Ibu hamil disebut sebagai satu kelompok yang dianggap rentan terpapar COVID-19. Bukan cuma itu, janin yang ada di dalam kandungannya dikatakan berpotensi terinfeksi virus Corona. Benarkah demikian?
Berpotensi Picu Keguguran
Dosen Fakultas Keperawatan (FKep) Universitas Padjadjaran, Ida Maryati, mengingatkan, protokol kesehatan sangat perlu diperhatikan kelompok ibu hamil untuk menjaga kesehatan diri dan janin.
Sebetulnya, kata dia, pencegahan pada ibu hamil sama saja dengan pencegahan pada dewasa lainya. Namun, untuk mereka harus benar-benar mendapatkan perhatian lebih ekstra karena janin yang di kandungnya berisiko tinggi terinfeksi virus mematikan ini hingga menyebabkan terjadinya keguguran.
“Selama kehamilan ada berbagai perubahan yang terjadi pada ibu hamil, termasuk hormonal sehingga menempatkan ibu hamil menjadi kondisi yang rentan. Semakin dini ibu hamil terkena infeksi, semakin besar pula terjadinya risiko keguguran,” kata Ida dalam webinar Self Management Ibu Hamil Mempersiapkan Persalinan di Masa Second Wave Pandemi COVID-19.
Selain keguguran, lanjutnya, ada hal lain yang bisa dialami ibu hamil yang terinfeksi virus Corona. Risiko berbahaya lainnya antara lain terjadinya gawat janin, persalinan prematur, ketuban dini, hingga gangguan pertumbuhan janin.
Ia menyarankan untuk mencegahnya hal ini, ibu hamil diharapkan dapat menerapkan protokol kesehatan dengan ketat, mulai dari sering mencuci tangan, memakai masker dengan benar, hingga menjaga jarak secara maksimal.
“Kemudian berupaya untuk tetap di rumah kecuali untuk hal mendesak. Ibu hamil juga diharapkan rajin berolahraga sesuai kondisi, istirahat cukup, menerapkan etika batuk dan bersin dengan benar, makan dengan gizi seimbang, serta melakukan vaksinasi,” terangnya.
Jangan Termakan Hoaks
Ida Maryati juga mengingatkan para ibu hamil untuk senantiasa mencari informasi yang benar dari sumber terpercaya, dengan tidak termakan hoaks selama kehamilannya di masa pandemi COVID-19.
“Ini penting dilakukan ibu hamil. Informasi ini dapat diperoleh dari tenaga kesehatan atau media kredibel yang isinya dapat dipertanggung jawabkan,” ucapnya.
Menurutnya, pengetahuan yang dimiliki ibu hamil menjadi salah satu faktor yang menentukan kepatuhan mereka terhadap protokol kesehatan. Selian itu, proteksi serta dukungan keluarga juga menjadi hal yang tak kalah penting.
“Semakin baik pengetahuan yang didapat, ibu hamil diyakini akan semakin patuh pada protokol kesehatan. Selain pengetahuan, faktor lain yang menentukan kepatuhan ibu hamil pada protokol kesehatan adalah sikap, keluarga, dan kondisi sosial,” imbuhnya.
Baca Juga: Berkaca Pengalaman Istri Ahok, Ini Tips Pertolongan Pertama Ibu Hamil Jika Positif Covid-19
Dosen Fkep Unpad, Lilis Mamuroh, menambahkan, protokol kesehatan yang ketat penting diterapkan ibu hamil selama proses Ante Natal Care (ANC) atau pemeriksaan kesehatan kehamilan di fasilitas kesehatan.
Salah satu yang penting diperhatikan dalam ANC di masa pandemi COVID-19 ini, kata dia, adalah perlunya melakukan janji temu atau teleregistrasi melalui media komunikasi dengan petugas kesehatan.
“Ketika akan dilakukan ANC harus dilakukan janji temu dulu dengan petugas kesehatan melalui Teleregistrasi sehingga petugas bisa menanyakan gejala atau faktor riskio yang ada pada ibu,” pungkasnya.
Mengelola Stres di Masa Pandemi
Alumnus Fkep Unpad, Ananda Azaria Zandra, menimpali salah satu yang penting diperhatikan pada kondisi ibu hamil di tengah pandemi adalah mengelola kondisi stres dalam menghadapi situasi pandemi COVID-19.
“Setiap orang rentan stres, terlebih ibu hamil. Mereka rentan terkena stres karena adanya perubahan dan gejolak hormon. Beberapa contohnya, menurut penelitian, ibu hamil di masa pandemi ini mengalami kecemasan, stres, insomnia, dan depresi,” jelas dia.
Oleh sebab itu, ia menyarankan dukungan secara emosional, penghargaan, instrumental, dan asupan informasi yang benar merupakan hal penting untuk dilakukan orang-orang sekitar supaya ibu hamil bisa mengelola stres dengan baik.
“Selain dukungan, bisa juga dengan yoga untuk mereduksi stres. Sekalian latihan fisik juga mereduksi stres,” ucap wanita yang juga praktisi kesehatan sekaligus mahasiswi Program Profesi Keperawatan Unpad ini.
Kepala Departemen Epidemiologi FKM Universitas Indonesia, Tri Yunis Miko Wahyono angkat bicara soal ini. Ia mengamini, ibu hamil bisa keguguran karena mengalami stres selama menghadapi situasi pandemi saat ini.
“Dari stres ini benar. Stres menghadapi pandemi ini kan, bisa bikin tekanan mental buat ibu hamil. Saat kena mental pasti jadi pikiran segala macam yang akhirnya bisa mempengaruhi kondisi fisik dan kehamilan dia. Memang penting ibu hamil mengelola stres ini yang tentunya perlu dukungan dari suaminya dan keluarga lain. Bikin bahagia ibu hamil ini supaya dia enggak merasa sendirian menghadapi kehamilan,” jelasnya kepada Asumsi.co, Selasa (27/7/21).
Tri Yunis mengatakan, kandungan obat-obatan bisa memicu reaksi pada janin dan jika tidak dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, berpotensi menyebabkan keguguran pada kandungan.
“Memang ibu hamil berisiko tinggi terpapar COVID-19 karena kondisi fisik dan hormonnya yang tidak stabil, ketika tertular lalu dalam perawatan itulah yang mesti hati-hati obatnya ini bisa bereaksi ke janinnya. Maka, perlu konsultasi lebih lanjut,” ujarnya.