Vaksin Covid-19

Belum Ada Uji Klinis, Kemenkes Jamin Pemberian Vaksin Campuran Buat Nakes Aman

Ray Muhammad — Asumsi.co

featured image
Foto: Unsplash

Tenaga kesehatan bakal disuntik dengan vaksin ketiga dengan menggunakan vaksin Moderna, setelah sebelumnya mereka telah menerima dua dosis suntikan vaksin CoronaVac buatan Sinovac. Keputusan ini diumumkan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam jumpa pers daring hari Jumat (9/7/21)

Alokasi 1.47 Juta Dosis untuk Tenaga Kesehatan

Suntikan dosis ketiga menggunakan vaksin berbeda jenis ini diberikan kepada para tenaga kesehatan sebagai peningkat imun (booster) bagi mereka yang merupakan garda pertahanan terakhir para pasien COVID-19.

Mengutip Tempo, pemberian vaksin dosis ketiga untuk tenaga kesehatan akan dilakukan pemerintah mulai pekan depan. Sedianya, vaksinasi ini menargetkan 1,47 juta tenaga kesehatan, mulai dari perawat sampai dokter.

“Vaksin (Moderna) ini rencananya datang minggu ini dan diharapkan mulai minggu depan sudah bisa kita mulai (vaksinasi),” kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.

Baca juga: Mengenal Vaksin Pfizer, Novavax, dan Moderna yang Akan Tiba di Indonesia

Ia memastikan hanya tenaga kesehatan yang bakal menerima vaksinasi dosis ketiga karena keterbatasan stok vaksin. Namun dirinya tak mengungkapkan lebih lanjut berapa banyak vaksin Moderna yang bakal datang pekan ini. 

“Vaksinasi ketiga ini hanya diberikan kepada nakes. Karena mereka itu yang setiap hari bertemu dengan virus yang tinggi sekali kadarnya dan mereka harus kita lindungi mati-matian agar mereka bisa konsentrasi bekerja,” imbuhnya.

Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Siti Nadia Tarmizi mengatakan bahwa vaksinnya akan datang pada akhir pekan ini.

“Vaksinnya datang antara hari ini atau besok, 11 Juli. Jumlahnya ada tiga juta dosis vaksin,” kata Nadia kepada Asumsi melalui sambungan telepon, Sabtu (10/7/21).

Vaksin Moderna Belum Direncanakan untuk Umum

Sebelumnya Menkes telah mengatakan bahwa ada empat juta vaksin Moderna yang akan diterima oleh Indonesia dari Amerika Serikat sebagai bagian dari program vaksinasi dunia, COVAX. Komitmen ini dikonfirmasi oleh Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat, Jake Sullivan yang mengatakan bahwa Amerika akan mengirimkan vaksin tersebut secepatnya, seperti dikutip Reuters. Dengan begitu, sisa satu juta dosis vaksin Moderna akan menyusul.

Dengan dialokasikannya 1,47 juta dosis kepada tengan kesehatan, berarti akan ada sekitar 2,53 juta dosis yang belum dialokasikan dari jumlah total yang diumumkan. Lalu bagaimana pemerintah berencana untuk mendistribusikan sisa vaksin tersebut?

Nadia sayangnya belum dapat memastikan stok vaksin yang tersisa bakal diberikan untuk masyarakat umum. Pasalnya, jumlah tenaga kesehatan yang saat ini terdaftar di Kemenkes RI, kata dia, jumlahnya lebih dari yang ditargetkan.

“Belum tahu apakah nanti sisanya disimpan lalu diberikan kepada masyarakat. Bisa saja target yang 1,47 juta ini lebih. Ini karena sebenarnya jumlah nakes yang terdata oleh kita itu ada 1,60 juta,” tuturnya.

Saat ini, ia mengatakan vaksinasi yang difokuskan untuk masyarakat umum adalah dengan menggunakan vaksin AstraZeneca dengan jangka waktu antara dosis pertama dan kedua selama delapan hingga 12 minggu. 

“Walaupun katanya jedanya itu 44 minggu, kita tetap delapan sampai 12 minggu untuk jeda vaksin pertama dan keduanya. Enggak apa-apa. Kan, ini juga sudah ada kajiannya dari BPOM jangka waktunya segitu dan efikasinya oke-oke saja. Catatanya yang penting disarankannya untuk usia 18 tahun ke atas,” terang dia.

Belum Ada Uji Klinis Campuran CoronaVac dengan Moderna

Adapun uji klinis pemberian vaksin campur diakui Nadia saat ini belum dilakukan oleh Kemenkes RI. Namun, berdasarkan rekomendasi para ahli, penggunaan vaksin Moderna sebagai dosis ketiga setelah disuntikkan CoronaVac sudah disarankan oleh mereka. 

“Sampai sekarang memang belum ada, tapi kita tahu ada kesepakatan ahli pemberian dosis vaksin tambahan. IDI (Ikatan Dokter Indonesia) juga sudah memberikan rekomendasinya, kemudian Badan POM juga memberikan izin keamanan. Intinya ada jaminan aman digunakan. Kalau enggak aman, enggak bakal diberikan,” pungkas wanita yang juga menjabat Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Ditjen P2P Kemenkes RI ini.

Baca juga: Campuran Vaksin Diyakini Bisa Bentuk Antibodi Lebih Tinggi, Apa Alasannya?

Sampai saat ini uji klinis untuk percampuran vaksin yang telah dilakukan baru melibatkan kombinasi Pfizer, Moderna, dan AstraZeneca, dan penerapannya telah dilakukan di Kanada dan Inggris. Kanada bahkan merekomendasikan dosis Pfizer atau Moderna setelah dosis pertama dari AstraZeneca, seperti dilaporkan oleh Associated Press.

Kepada Asumsi pada kesempatan sebelumnya, epidemiolog Universitas Griffith di Australia, Dicky Budiman, mengatakan bahwa seharusnya tidak ada masalah jika pemberian vaksin yang berbeda pada orang yang sama ini diterapkan di Indonesia.

“Hasil penelitiannya sudah terbukti bagus dalam membentuk imun. Saya sudah baca hasilnya. Ini sebetulnya bukan hal baru untuk mencampurkan suntikan vaksin. Waktu ebola juga begitu, yaitu mengkombinasikan vaksin. Opsi suntikan selanjutnya dengan Pfizer, kalau nantinya kehabisan stok AstraZeneca ini, enggak masalah dan bisa diterapkan di Indonesia.”

Share: Belum Ada Uji Klinis, Kemenkes Jamin Pemberian Vaksin Campuran Buat Nakes Aman