Kondisi pandemi Covid-19 yang meluluhlantakkan ekonomi dunia
nampaknya memunculkan fakta menarik di dalamnya. Di tengah banjir pemutusan
hubungan kerja (PHK), segelintir petinggi perusahaan justru
mendapatkan kenaikan kompensasi berupa gaji yang nilainya membuat sebagian
pihak menggelengkan kepala.
Kesenjangan yang terjadi antara manajemen menengah ke bawah
dengan para eksekutif perusahaan kian terasa, bahkan di negara paling
demokratis dan maju di dunia yakni Amerikat Serikat. Kondisi diperparah dengan
adanya pandemi Covid-19 yang membuat ribuan orang harus terkena pemutusan
hubungan kerja.
Mengutip New York Times, kesenjangan kompensasi gaji antara
para eksekutif dengan rata-rata pekerja biasa terus melebar setiap tahunnya.
Data yang dihimpun oleh Economic Policy Institute menyebut gaji para eksekutif
secara rata-rata 320 kali lebih besar dari pekerja biasa.
Jika kita tarik mundur ke belakang, pada tahun 1989 rasio
kesenjangan gaji eksekutif di Amerika Serikat hanya sebesar 61 berbanding satu. Dari sisi kenaikkan gaji, kelas pekerja biasa hanya mendapatkan kenaikkan gaji
14% jika mengambil kurun waktu 1978 sampai 2019, sedangkan para eksekutif
meroket hingga 1.167%.
Pandemi Hantam Kinerja Perusahaan, Berujung PHK
Perusahaan produsen pesawat terbang asal Amerika Serikat,
Boeing jadi salah satu yang cukup menderita di tahun pandemi ini, setelah kasus
pengandangan seri 737 Max, perusahaan mencatat rugi hingga USD 12 miliar dolar
dan harus melakukan PHK hingga 30.000 pekerjanya. Namun, tetap saja, Chief
Executive Boeing, David Calhoun mendapatkan haknya hingga USD 21,1 juta.
Senada, perusahaan perhotelan Hilton juga harus berjibaku
melawan pandemi karena minimnya hunian kamar di sepanjang tahun. Alhasil PHK
tidak dapat dihindari. Hilton mencatat rugi hinga USD 4 miliar dan harus memangkas
20% karyawannya. Kembali lagi, Chris Nassetta, Chief Executive Hilton tetap
mendapat haknya hingga USD 55,9 juta.
Gaji Direksi Mulai Dipangkas, Tetap Saja Besar
Fenomena ini menjadi perhatian banyak pihak di Amerika
Serikat. Di rapat umum pemegang saham (RUPS) Starbucks mengusulkan untuk
mengkaji ulang gaji para eksekutifnya. Namun, tetap saja Kevin Johnson, Chief
Excecutif Starbucks kantongi gaji hingga USD 14,7 juta tahun 2020 silam.
Hal yang sama terjadi juga pada Walt Disney Company.
Chairmant Walt Disney, Robert Iger terpaksa harus gigit jari lantaran gajinya
dipangkas kurang dari setengah pada tahun 2020. Namun, tetap saja nilainya
mencapai USD 21 juta. Padahal di tahun yang sama, Disney harus memangkas 28.000
karyawannya karena banyak taman hiburannya yang tutup karena pandemi.
Gaji Selangit Eksekutif Jadi Perhatian
Senator Amerika Serikat, Elizabeth Warren dalam wawancaranya
di New York Times juga menyayangkan banyak CEO yang meningkatkan profitabilitas
dengan melakukan PHK. Menurut wanita yang mengusulkan pajak baru untuk orang
kaya ini, kondisi ini sangat memprihatinkan karena banyak orang yang kesulitan
karena pandemi dan harus tertinggal.
Menariknya, baru-baru ini Presiden Amerika Serikat, Joe
Biden juga menyiapkan aturan pajak baru bagi orang kaya di Amerika Serikat.
Tidak tanggung-tanggung, pajak keuntungan ini akan naik hingga 43,4%.
Mengutip Bloomberg, pajak ini nantinya akan digunakan pemerintahan
Biden untuk tutupi beban biaya sosial yang membengkak akibat pandemi. Warga
Amerika Serikat yang punya pendapatan hingga USD 1 juta ke atas akan siap
menanggung beban pajak lebih besar.