Isu Terkini

Bagaimana Publik Memandang Situasi Dunia Semasa Pandemi?

Permata Adinda — Asumsi.co

featured image

Foto: Freepik

Survei yang dilakukan oleh Pew Research Center terhadap orang-orang di 14 negara memperlihatkan apa yang menjadi perhatian seseorang setelah pandemi berlangsung, termasuk apakah seseorang merasa hidup mereka berubah secara signifikan akibat COVID-19, bagaimana pandangan mereka tentang penanganan pemerintah di masing-masing negara, hingga bagaimana mereka memandang Cina yang menjadi tempat pertama virus merebak.

Hasilnya, rata-rata 58% orang dewasa yang disurvei menyatakan bahwa hidup mereka berubah drastis karena pandemi. Banyak pula yang mengaku tidak puas dengan cara pemerintah menangani pandemi. Di Amerika Serikat, hanya 47% responden mengatakan pemerintah telah menangani pandemi dengan baik. Tak begitu berbeda, hanya 46% responden di United Kingdom yang merespons positif performa pemerintahnya.

Tak begitu mengejutkan, responden yang menilai positif kinerja pemerintahnya berasal dari negara-negara yang telah berhasil menekan penyebaran virus. Jerman dan Korea Selatan yang sukses menekan gelombang pertama pandemi sejak Maret-April lalu, misalnya, mendapatkan 88% dan 86% dukungan warga negaranya secara berturut-turut. Begitu pula Denmark dengan nilai 95%, Australia 94%, dan Swedia 71%.

Sementara itu, ada pandangan negatif  terhadap Cina dan Amerika Serikat. Hasil survei kepada semua responden di 13 negara—selain responden dari Amerika Serikat—menunjukkan bahwa hanya 15% yang percaya bahwa pemerintah AS punya kinerja yang baik menangani pandemi. Hal ini dikontraskan dengan pandangan mereka terhadap World Health Organization (WHO) dan Uni Eropa, yang 64% dan 57% respondennya sepakat kedua lembaga telah merespons pandemi dengan baik.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump dipandang jauh lebih negatif dibandingkan pemimpin-pemimpin negara lain. 83% responden mengungkapkan keraguan terhadap Trump dalam merespons dan menangani persoalan dunia. Ketidakpercayaan kepada Trump bahkan mengalahkan ketidakpercayaan kepada Vladimir Putin di Rusia (73%) dan Boris Johnson di United Kingdom (73%). Selain itu, pandangan positif terhadap Amerika Serikat juga terus menurun dari tahun ke tahun dan mencapai penurunan terbesar tahun ini, yaitu dengan selisih 12-27% antara 2019-2020.

Skeptisisme itu juga hadir untuk Cina, di mana rata-rata 37% responden tidak percaya pemerintahnya telah menangani perebakan wabah dengan baik. Sentimen negatif juga datang dari warga Amerika Serikat, dengan separuhnya percaya bahwa Cina mesti bertanggung jawab terhadap kemunculan wabah dan 78% menilai menyalahkan pemerintah Cina dalam menangani kemunculan COVID-19 pertama kali.

Walaupun begitu, kepercayaan terhadap Cina masih lebih besar dibandingkan kepada Amerika Serikat. Rata-rata 48% responden percaya bahwa Cina adalah penggerak utama ekonomi di dunia—sementara hanya 34% yang menyatakan hal serupa tentang Amerika Serikat.

Dalam hal penanganan COVID-19, responden percaya bahwa kooperasi dan koordinasi antarnegara adalah kunci untuk melakukan mitigasi. Sebanyak 59% menyatakan hal ini, termasuk responden Amerika Serikat sebesar 58%. Rata-rata 58% responden pun tidak masalah jika negara mereka perlu melakukan kompromi untuk dapat bekerja sama dengan negara lain.

“Penemuan ini sesuai dengan survei Pew Research Center sebelum pandemi pada 2019. Survei tersebut menunjukkan dukungan publik yang kuat agar negara-negara dapat bekerja sama dan bukan bersaing di tingkat dunia,” demikian laporan tersebut.

Share: Bagaimana Publik Memandang Situasi Dunia Semasa Pandemi?