Budaya Pop

Asumsi Kolektif: Film Justice League, Menghibur tapi Katro

Admin — Asumsi.co

featured image

Hi guys!

Buat kalian yang suka nonton film superhero-superhero-an, pasti udah gak asing dong sama film “Justice League” yang lagi gencar tayang di bioskop-bioskop tanah air? Yep, film besutan DC comics itu akhirnya rilis dengan jejeran nama-nama mentereng yang bikin penasaran. Ada Ben Affleck yang jadi Batman, Henry Cavill yang jadi Superman, Gal Gadot si Wonderwomen, hingga Amy Adams yang jadi pacarnya Superman. Sayangnya, punya banyak bintang mentereng nggak jamin hasil akhirnya mentereng juga. Pasalnya, sejak dirilis pada 13 November lalu, film dengan ongkos produksi sebesar 300 juta dollar ini cuma mendapatkan rating 7,5/10 di IMDb dan 5,3/10 saja di Rotten tomatoes. Wah wah, emang sejelek apa sih film Justice League itu? Untuk menjawab pertanyaan ini, tim asumsi keliling ruang redaksi untuk ngobrol-ngobrol sama mereka yang udah nonton filmnya. Ini dia jawabannya!

1. Lima kata yang muncul pertama kali di kepala lo setelah nonton film Justice League!

Iman: Awkward, maksa, nanggung, bosen, dangkal

Pangeran: Stop it and reboot. Please

Haryo: Seru, tanggung, ide besarnya?, Batman, Gal Gadot

Jessica: Gak sekeren yang gue bayangkan.

Haifa: Ngantuk, bosen, ceritanya ketebak, wow ada Doutzen Kroes!

2. Part paling bagus dalam film?

Iman: Diane Prince lagi bersihin patung

Pangeran: Setiap Wonder Woman muncul. Dia mungkin satu-satunya anggota Justice League yang terlihat tidak punya pergolakan internal. Di tengah-tengah kerumunan superhero yang entah mengapa semuanya labil secara emosional, Diana Prince adalah seseorang yang paling stabil. Lagipula, kalau tak ada Wonder Woman, Justice League bisa jadi all-male panel.

Haryo: Pas Batman dikeroyok sama pasukan serangga terus dibantuin sama 1 tim

Jessica: I can’t even remember. Ya untung Gal Gadot keren ya di situ..

Haifa: semuanya generally jelek menurut gue, jadi gak ada yang bisa diinget

3. Part paling jelek?

Iman: Part berantem terakhir keroyokan

Pangeran: Setiap para superhero ini mengeluarkan kalimat-kalimat corny yang membuat mereka terlihat sok bijak. Justice League mungkin satu-satunya kawanan superhero yang terlihat seperti lulusan John Robert Powers dan penggemar Paulo Coelho secara bersamaan. Superman bilang sesuatu soal, “I believe in justice and truth bla bla bla” ketika muncul dalam fase Deus Ex Machina. Bloody hell. Stick to flying and destroying things.

Haryo: Waktu Superman bangkit lagi dan nyerang yang lain, kok tiba-tiba aja gitu, nggak jelas

Jessica: Ada beberapa, tapi paling jelek pas scene Clark Kent lagi jalan sama Lois Lane di ladang.. green screen problem, I guess. Terus, di awal film.. Wonder Woman punya kekuatan menghindar dari peluru teroris (kayak kekuatan super si Flash). Keren banget kan? Tapi ditunjukin di situ doang. Sampe selesai film bahkan ngelawan si Steppenwolf, Wonder Womannya lupa kali ya?

Haifa: Amy Adams ama Henry Cavill mesra-mesraan di ladang jagung. Itu awkward abis, percakapannya udah kayak ABG mau putus malah balikan lagi.

4. Jujur deh, selama nonton Justice League lo ngantuk gak?

Iman: Nggak, abis minum Vietnamese coffee

Pangeran: Gak ngantuk, tapi setiap Batman/Bruce Wayne muncul, gue pengen mencet fast-forward. Ini menyedihkan karena Batman mungkin adalah karakter superhero favorit gue, tapi Ben Affleck sukses membuatnya tak berkharisma.

Haryo: Nggak, seru kok

Jessica: Ngantuk sih nggak. Bosen? Iya.

Haifa: Ngantuk banget, sampe ketiduran gue! (ya untungnya tiket nonton midnight cuma 30 ribu, jadi gak rugi-tugi banget-lah)

5. Abis nonton film ini, lo jadinya team DC atau team Marvel?

Iman: Masih DC karena kemaren baru nonton film “Thor Ragnarok” juga

Haryo: Gua suka dua-duanya, top 2 superhero yang gua suka adalah Spiderman dan Batman

Pangeran: Sebenarnya gue bisa sama-sama menikmati DC dan Marvel, tapi Batman vs Superman telah meninggalkan rekam jejak yang terlalu buruk. Gue masih terngiang-ngiang adegan “mari stop berkelahi karena nama ibu kita sama” dan fakta bahwa “Martha” adalah hal pertama yang gue pikirkan ketika melihat Henry Cavill di “Justice League” sama sekali tidak mengubah pandangan itu.

Jessica: Gak ada pilihan buat Disney? (Gak nyambung ya) Hahaha. Pilihan gue rahasia. Ada di kotak suara. Lol
Haifa: Team Marvel karena seseksi-seksinya Ben Affleck tetap gak pernah bisa ngalahin keseksian Mark Ruffalo

6. Kalo Justice League jadi partai peserta pemilu 2018, seberapa besar peluang mereka lolos ke DPR?

Iman: Cukup besar, Bruce Wayne punya banyak uang buat beli suara

Pangeran: Di atas kertas mereka punya segala sesuatu tidak hanya untuk lolos ke DPR tapi juga jadi partai terbesar. Tapi ini tergantung pada bagaimana strategi lawan politiknya. Sebagai contoh, partai Justice League rentan digempur isu minoritas dan pribumi karena separuh anggotanya berasal dari tempat lain. Bruce Wayne terlalu elitis untuk mengerti masalah warga biasa. Lagipula, ketika Bruce Wayne mem-bailout rumah Clark Kent yang disita bank, ini jadi titik rentan diserang.  dan bank belakangan jadi sensitif.

Haryo: Gede lah, punya massa (Amazon + Atlantian), teknologi, duit dan kekuasaan haha

Jessica: Sorry to say. Parliamentary Threshold 4% bakal berat buat mereka. Tapi Bruce Wayne duitnya banyak sihh.. bisa aja. So…Good luck superheroes!

Haifa: Gak lolos sih kayaknya, karena keterwakilan perempuannya gak nyampe 30%, jadi pas baru daftar KPU udah bakalan di diskualifikasi. Gal Gadot butuh temen kayaknya.

7. Siapa anggota Justice League yang bakal punya karier politik paling bagus?

Iman: Ya tentu Bruce Wayne, ada uang ada suara

Pangeran: Barry Allen potensial karena masih muda, namun terlalu banyak bacot dan potensial untuk keseleo lidah saat kunjungan politik dengan mengutip kalimat-kalimat yang tak seharusnya dikutip. Gue pikir Bruce Wayne paling potensial, karena walau dia kaya dan elitis, dia bisa membayar konsultan untuk rebranding dirinya menjadi dekat dengan wong cilik. Bagaimana pun, ini soal keberpihakan. Atau paling tidak, terlihat demikian.

Haryo: Bruce lah, tegaan dan banyak duit

Jessica: Bruce Wayne mungkin memang punya materi berlimpah ya.. tapi Kalo dapilnya    Jakarta, I bet for Gal Gadot…

Haifa: Barry Allen kayaknya, karena dia cocok banget buat menangin suara anak-anak jaman now. Udah ganteng, muda, mobilisasinya juga cepet, jadi doi bisa sering-sering blusukan ke banyak tempat dan gak kena macet. Allen for DPR 2019 lah, pokoknya.

Share: Asumsi Kolektif: Film Justice League, Menghibur tapi Katro