General

Apa Jadinya Jika Megawati Tak Lagi Pimpin PDIP?

Ramadhan — Asumsi.co

featured image

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) tumbuh sebagai partai besar di kancah perpolitikan tanah air dalam proses demokratisasi di Indonesia. Partai sebesar PDIP pun masih dipimpin sosok karismatik Megawati Soekarnoputri sampai hari ini. Lalu, apa jadinya jika suatu saat nanti PDIP akhirnya harus lepas dari kepemimpinan Megawati?

Megawati seolah tak tergantikan. Dalam artikel sebelumnya sudah dijelaskan bahwa Megawati punya sejarah panjang dalam memimpin PDIP sampai hari ini. Putri Presiden Indonesia pertama Soekarno itu bahkan sudah mulai memimpin partai berlambang banteng itu sejak tahun 1993. Tentu itu bukanlah waktu yang sebentar.

Megawati melewati jalan yang tak mulus untuk berkuasa sebagai pucuk pimpinan di PDIP. Bahkan, di awal-awal perjalanan politiknya, ia harus berjuang keras lebih dulu dengan berseteru menghadapi PDI kubu Soerjadi. Bahkan, puncaknya, perseteruan keduanya memunculkan peristiwa berdarah pada 27 Juli 1996 silam.

Baca Juga: Sudah Saatnya Megawati Diganti dari Ketum PDIP(?)

Kala itu, PDI pimpinan Soerjadi yang didukung pemerintah memberi ancaman akan merebut secara paksa kantor DPP PDI yang terletak di Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat. Hingga suasana pecah pun terjadi pada tanggal 27 Juli, di mana kubu Soerjadi merebut kantor DPP PDI dari pendukung Mega.

Mirisnya, perebutan kantor PDI dengan penyerangan tersebut, membuat sekitar puluhan pendukung Mega meninggal dunia, sehingga berbuntut pada kerusuhan massal di Jakarta yang dikenal dengan nama Peristiwa 27 Juli. Kerusuhan itu pula yang membuat beberapa aktivis mendekam di penjara. Namun, hal itu justru tak menyurutkan perjuangan Megawati yang terus berlanjut.

Megawati pun mencatatkan rekor baru dengan menjadi ketum partai terlama di Indonesia. Bahkan, ia pun terkesan sudah bukan seperti sosok politisi lagi, melainkan terlihat layaknya sebagai pemilik PDIP. Ya tentu karena PDIP memang sangat identik dengan Megawati, begitu pula sebaliknya.

Dalam perjalanannya itu pula, Megawati selalu tak pernah memiliki kendala berarti dalam memenangkan posisi tertinggi sebagai pimpinan PDIP. Apalagi, sepertinya memang tak ada persaingan yang ketat dalam setiap perebutan kursi nomor satu di partai yang identik dengan warna merah tersebut.

Dengan periode menjabat selama itu sebagai ketum PDIP, dari 1993 sampai 2020 mendatang, apakah Megawati sudah seharusnya digantikan dengan sosok lain? Namun, dengan posisinya yang seolah tak tergantikan, sepertinya memang ada dua kemungkinan yang bisa membuat Megawati tak lagi memimpin PDIP. Pertama, hanya Megawati yang tau sampai kapan ia tak lagi memimpin PDIP dan yang kedua, mungkin Megawati hanya bisa dihentikan oleh alam atau ketika akhirnya dirinya merasa tidak kuat lagi baik secara fisik dan moril.

Plus Minus Kepemimpinan Figur dalam Partai

Pengamat Politik Bakir Ihsan percaya bahwa setiap partai pada masanya pasti akan melalui tahap pergantian pucuk pimpinan. Hal yang sama dan tak akan bisa dihindari juga tampaknya akan terjadi pada PDIP suatu hari nanti. Ya jika melihat mekanisme partai, Megawati bisa saja tergantikan dengan sosok lain.

Baca Juga: Adakah Kawan Sejati Dalam Politik?

“Kalau kemungkinan Megawai diganti dari Ketum PDIP, setiap organisasi ada mekanisme pergantian ketua umum atau pengurusnya. Partai politik sebagai organisasi modern dalam sistem demokrasi, pergantian kepemimpinan atau kepengurusan itu hal yang niscaya karena itu merupakan bagian dari regenerasi dan rekrutmen kepemimpinan,” kata Bakir Ihsan kepada Asumsi.co, Rabu, 14 November 2018.

Bakir Ihsan melihat bahwa Megawati memang jadi salah satu figur atau tokoh yang sangat kuat pengaruhnya di internal PDIP, persis seperti sosok Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Partai Demokrat. Meski begitu, Bakir menjelaskan bahwa ada plus minusnya dari sosok pemimpin berdasarkan figur seperti keduanya tersebut. Terutama jika terkait regenerasi.

“Ada plus minius kepemimpinan yang menekankan pada faktor sosok atau figur personal seperti Megawati di PDIP atau SBY di Demokrat. Plusnya, ia bisa menjaga stabilitas partai, sehingga partai bisa fokus pada agenda penguatannya. Minusnya, faktor figur personal bisa menjadi penghambat bagi regenerasi meritokratif,” ujar Bakir.

Maka dari itu, lanjut Megawati, situasi itu pula yang bisa membuat partai cenderung menjadi terpersonifikasi dengan segala konsekuensinya, salah satunya regenerasi didasarkan pada trah. Dalam hal ini, PDIP sepertinya masih akan menempatkan trah Soekarno sebagai pucuk pimpinan partai. Menurut Bakir, kepemimpinan model ini harus bisa mentransformasikan dirinya menjadi kekuatan yang melembaga.

“Kekuatan (karisma) personal harus digunakan untuk menata organisasi secara profesional, sehingga walaupun ditinggalkan oleh sosok personal tersebut organisasi atau partai bisa terus berjalan secara lebih stabil dan terlembagakan secara baik. Untuk mentransformasikan tersebut diperlukan dua kehendak, yaitu kehendak dari sang sosok personal dan keinginan dari anggota partai tersebut.”

Jalan Terjal PDIP Jika Ditinggalkan Megawati

Sementara itu, Pengamat Politik Universitas Padjajaran (UNPAD) Idil Akbar melihat bahwa PDIP untuk saat ini memang terkesan sangat sulit untuk keluar dari patron Megawati. Apalagi jika bicara pengganti, rasanya memang cukup berat untuk mencari penerus Megawati. Tentu dibutuhkan kerja keras untuk mewujudkan PDIP yang sama seperti di bawah kepemimpinan Megawati.

“Kalau saya pikir kan memang PDIP itu kan memang susah keluar dari patron Megawati. Memang cukup berat dan perlu kerja keras yang luar biasa untuk mendapatkan pengganti sosok Megawati yg memiliki patron sebesar itu,” kata Idil kepada Asumsi.co, Rabu, 14 November 2018.

Baca Juga: Raih Gelar Kehormatan dari IPDN, Megawati Sudah Koleksi 7 Gelar

Meski begitu, lanjut Idil, bukan berarti PDIP tidak memiliki tokoh-tokoh yang layak menggantikan Megawati. Menurut Idil, ada banyak kader-kader dan tokoh-tokoh PDIP yang dinilai layak untuk menjadi suksesor Megawati. “Saya lihat banyaklah ya (tokoh) di PDIP potensial seperti sosok Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, lalu ada juga Hasto Kristiyanto sebagai Sekjen PDIP.”

“Di trah soekarno sendiri masih ada Prananda Prabowo yang juga cukup punya kapasitas untuk memimpin PDIP. Jadi untuk ke depannya memang PDIP butuh sosok yang bisa menghimpun kader-kadernya, untuk kemudian tetap dalam jalur kesetiaan dengan PDIP. Ya memang tidak akan mudah karena Megawati sudah sangat kuat menjadi patron besar di PDIP selama ini.”

Menurut Idil, tokoh-tokoh pengganti Megawati seperti beberapa yang disebutkan di atas, dinilai punya potensi dan peluang untuk bisa membawa PDIP ke arah yang sama baiknya dengan era Megawati. Apalagi, PDIP memiliki kader-kader yang loyalitasnya tinggi, dan tak hanya ditujukan kepada Megawati saja, tapi juga loyalitas kepada ideologi yang dijalankan PDIP selama ini.

Nah, hal itulah yang nantinya bisa jadi modal penting bagi PDIP untuk tetap kuat meski suatu saat nanti tak lagi dipimpin Megawati. Artinya PDIP tak akan mengalami banyak guncangan lah,” kata Idil.

Share: Apa Jadinya Jika Megawati Tak Lagi Pimpin PDIP?