General

Amien Rais Ancam Jewer Ketum Muhammadiyah dan Lakukan Paksaan Senior di Pilpres

Winda Chairunisyah Suryani — Asumsi.co

featured image

Muhammadiyah merupakan salah satu organisasi Islam yang cukup besar di Indonesia. Anggotanya sudah mencapai puluhan juta. Pada Selasa 21 November 2018 kemarin, organisasi ini baru saja merayakan resepsi Milad ke-16 Masehi Muhammadiyah di Islamic Center Surabaya. Di acara itu, hadir pula Amien Rais, sebagai Ketua Umum Muhammadiyah ke-12 pada 1995-1998 silam.
Amien Rais yang saat ini menjabat sebagai Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional (PAN) itu, memanfaatkan acara Milad Muhammadiyah untuk memberikan penegasan pandangan politik di pemilihan presiden (Pilpres) 2019 nanti. Bahkan, Amien memberikan petuah secara terang-terangan untuk Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir.
Dalam pernyataan terbukanya, Amien mengatakan bahwa Ketua Umum Muhammadiyah saat ini harus menentukan sikap menjelang Pilpres 2019, dan jangan sampai para kader menentukan sikapnya masing-masing.
“Di tahun politik, tidak boleh seorang Haedar Nashir memilih menyerahkan ke kader untuk menentukan sikapnya di pilpres. Kalau sampai seperti itu akan saya jewer,” kata Amien seperti dilansir Antara.
Amien mewanti-wanti, agar Muhammadiyah saat 17 April 2019 nanti tidak ada lagi perdebatan dalam memilih pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres). Hal yang digarisbawahi Amien yaitu memilih pemimpin harus seiman.
“Pilih pemimpin yang beriman, diyakini, dan tidak diragukan keislamannya. Tanpa harus saya sebut nama, pasti Muhammadiyah sudah tahu,” ucap Amien.
Perlu diketahui juga bahwa bahwa saat ini Amien Rais menjadi dewan pembina di pasangan capres cawapres nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno. Sehingga, semua pendengar seruan Amien tentang penentuan sikap di Pilpres itu pastinya mengerti ke arah mana yang dimaksud.

Haedar Nashir Tolak Seruan Amien Rais
Haedar Nashir, sang Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah saat ini, memilih tak mematuhi pernyataan seniornya Amien Rais. Ia mengatakan sikap Muhammadiyah dalam Pilpres 2019 tak akan berubah seperti sejak organisasi itu didirikan.
“Tidak ada yang berubah dari Muhammadiyah dan tidak akan pernah berubah, Muhammadiyah tetap berdiri dengan kepribadian dan khittahnya,” ujar Haedar di sela menghadiri Muktamar Pemuda Muhmmadiyah ke XVII di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, pada Senin, 26 November 2018 kemarin.
Haedar pun menjelaskan bahwa yang dimaksud tak ada perubahan dari Muhammadiyah adalah sejak dibentuk oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan, organisasi dengan logo berwarna hijau itu tidak pernah terlibat politik praktis. Oleh karena itu, Haedar menyatakan bahwa ia akan tetap menjaga Muhammadiyah tetap berdiri sebagai organisasi netral dan tak mau terikat dengan politik praktis.
“Setiap periode, sejak mulai didirikan oleh Kiai Dahlan sampai kapan pun, Muhammadiyah akan selalu mengambil jarak dari pergumulan politik praktis, itu sudah prinsip yang tak akan berubah,” ujar Haedar.
Pria kelahiran Bandung, Jawa Barat, 25 Februari 1958 ini sendiri sudah menjabat sebagai Ketua Umum Muhammadiyah sejak 2015 lalu, dan sebelumnya menjabat sebagai sekretaris saat Muhammadiyah dipimpin Ahmad Syafii Maarif.  Sejak masih pelajar, Haedar sudah berkiprah di Ikatan Pelajar Muhammadiyah. Ia juga menjadi Pimpinan Redaksi Majalah Suara Muhammadiyah dan membuat banyak tulisan tentang Muhammadiyah. Bukunya yang berjudul “Muhammadiyah sebagai Gerakan Pembaharuan” menjadi salah satu karya yang sangat referensial.
Esai-esainya pun bisa dinikmati di rubrik “bingkai” Majalah Suara Muhammadiyah. Muktamar ke-47 Muhammadiyah akhirnya memilih Haedar sebagai ketua Umum periode 2015-2020. Dalam berbagai forum diskusi, namanya memang digadang-gadang bakal menggantikan Din Syamsudin.

Share: Amien Rais Ancam Jewer Ketum Muhammadiyah dan Lakukan Paksaan Senior di Pilpres