Alih-alih menggiatkan kembali sistem bekerja dari rumah (work from home/WFH) supaya karyawan tetap mengurangi mobilitasnya di masa pandemi Covid-19, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Panjaitan justru malah menggagas program supaya orang-orang, utamanya aparatur sipil negara, bekerja dari Bali (work from Bali/WFB). Kenapa harus ke Bali?
WFB Bidik Pekerja Profesional dan Pengusaha
Melalui keterangan pers yang dikutip CNN, Luhut mengatakan, gagasan ini dilakukan dalam rangka memulihkan pariwisata Bali yang terpuruk akibat pandemi Covid-19. Bahkan, komitmen program WFB dituangkan dalam nota kesepahaman Dukungan Penyediaan Akomodasi untuk Peningkatan Pariwisata The Nusa Dua Bali pada Selasa (18/5) lalu.
“Nota kesepahaman ini dibuat sebagai upaya mendukung peningkatan pariwisata The Nusa Dua Bali dengan prinsip-prinsip Good Corporate Governance, dan berlaku untuk tujuh kementerian dan lembaga di bawah koordinasi Kemenko Marves,” ujar Luhut.
Nah, gagasan WFB ini digencarkan programnya sampai ke tingkat kementerian. Ia mengharapkan, program ini dapat mendongkrak pemulihan pariwisata dan transformasi Pulau Dewata dengan pelaksanaan vaksinasi yang dilakukan secara paralel.
Baca juga: Banjir Wisatawan, Pemda Seolah Limpahkan Kesalahan ke Masyarakat | Asumsi
Hal senada juga disampaikan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno. Ia mengharapkan nota kesepahaman ini mampu memberikan dampak positif bagi sektor pariwisata dan perekonomian di Bali.
Upaya pemulihan pariwisata Bali, kata dia, juga terus dilakukan pemerintah. Wisatawan domestik menjadi prioritas, dengan membidik pekerja profesional dan pengusaha, untuk menghabiskan waktunya sambil bekerja di sana.
“Work from Bali mudah-mudahan dapat menarik para profesional di sektor pemerintahan maupun dunia usaha untuk memastikan peningkatan tingkat kunjungan hotel,” katanya.
WFB Dikhawatirkan Picu Ledakan Kasus Covid-19
Pakar Kebijakan Publik dari Universitas Trisakti, Trubus Rahadiansyah, menilai, usulan ini sangatlah tidak strategis. Pasalnya, kasus Covid-19 di Bali juga belum bisa dikatakan aman saat ini.
“Ini karena banyak wisatawan asing yang datang ke Bali kemarin ini. Jadinya banyak varian virus Corona yang datang ke sana. Vaksin Sinovac yang sudah disuntikkan juga belum tentu ampuh melawan varian virus baru ini,” kata Trubus kepada Asumsi.co melalui sambungan telepon, Kamis (20/5/21).
Selain itu, lanjutnya, dengan bekerja dari Bali belum tentu menjamin kinerja seseorang bisa efektif. Begitu pula buat pengusaha, mereka belum tentu bisa dapat banyak investor di sana.
“Khawatirnya malah lebih banyak jalan-jalan karena bekerja dari Bali. Belum tentu juga bikin orang jadi produktif kalau bicara jam kerja mereka. Lebih kasihan lagi, kalau punya keluarga. Mereka ke Bali terus pas pulang lagi ke rumah enggak tahunya terpapar Corona dari sana. Sekeluarga terpapar semua, ambyar! Sudah lah, WFH ya, kerja dari rumah saja. Menurut saya tempat wisata juga selama ini dibuka. Enggak perlu khawatir. Kalau tetap sepi ya, karena orang-orang khawatir keluar rumah,” terang dia.
Sementara itu, Epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM-UI), Tri Yunis mengatakan, daripada bekerja di Bali, sebaiknya pekerja atau pengusaha tetap fokus WFH alias bekerja dari rumah masing-masing.
Baca juga: Paspor Turis Asing Pelaku “Prank” Masker Bakal Disita, Apa Sih Status Mereka? | Asumsi
“Daripada ke Bali mending sekalian saja balik lagi kerjanya di kantor. Terus pulangnya nongkrong sama teman-teman sekantor dan risiko tertularnya sama,” katanya saat dihubungi terpisah.
Ia pun mengamini program ini tidak tepat untuk dilakukan. “Begini deh, orang yang tidak mengerti sebaiknya tidak usah bicara usul kebijakan yang macam-macam lah. Kasus Corona di Indonesia ini kan tidak sedang menurun. Menurut saya belum tepat usulan ini,” ucapnya.
Yunis mengaku khawatir jika masyarakat mengikuti gagasan ini dan ramai-ramai work from Bali, bisa-bisa mempercepat terjadinya ledakan kasus Covid-19 yang belakangan dikhawatirkan banyak pihak setelah libur Idulfitri lalu.
“Saya khawatir ledakan kasus Corona seperti di India meledak, ini yang saya takutkan. Fokus yang saat ini seharusnya dilakukan memutus rantai penularan Covid-19 bukan sekadar membatasi pergerakan orang. Kalau kondisi kesehatan tertangani, ekonomi nasional secara otomatis juga naik. Kalau cuma terus-terusan memikirkan ekonomi, tapi kesehatannya enggak ya, pertumbuhan ekonominya enggak bakal tetap segitu-gitu juga. Malah turun terus,” ungkapnya.
Selain itu, ia juga mengingatkan perusahaan yang tetap memaksa karyawannya bekerja di kantor supaya selalu menyediakan surat tugas yang harus selalu mereka bawa setiap berangkat ke kantor. Hal ini perlu dilakukan supaya terpantau pergerakan masyarakat yang ke luar rumah untuk kepentingan bekerja.
“Ke kantor harus pakai surat tugas. Tegakkan protokol kesehatan di kantor. Buat perusahaan yang enggak bikin surat tugas buat karyawannya enggak betul itu perusahaannya. Egois sama karyawannya. Selain itu, semua kebijakan harus pakai Perda (Peraturan Daerah), supaya mengikat secara hukum mulai dari sekarang. Bukan cuma Pergub, Perbup, atau Perwalkot yang berubah-ubah. Jangan suka bikin bingung lah, kalau bikin aturan intinya. Bikin gemas epidemiolog kalau begini terus,” pungkas Yunis.