Isu Terkini

Fenomena Kampanye Jelang Pemilu 2019: Dari ‘Golput’ Sampai Masa Bodoh terhadap Pemenang

Hafizh Mulia — Asumsi.co

featured image

Pemilihan Umum (Pemilu) Serentak 2019 kurang dari sebulan lagi. Makin mendekati hari pemilu pada 17 April 2019, bisa dibilang sudah banyak cerita terrangkai. Meski demikian, golongan putih (golput) masih menjadi tren pembahasan hangat di masyarakat.

Bagi Iman Sjafei selaku co-founder Asumsi, gerakan golput ini bisa saja terjadi karena adanya ‘perang yang tidak beretika’ antara kubu-kubu yang berkontestasi di pemilu ini. Kubu-kubu tersebut terutama berasal dari pendukung masing-masing paslon presiden-cawapres, Joko Widodo (Jokowi)-Ma’ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Pernyataan ini ia sampaikan dalam “Asumsi Bersuara with Rayestu”. Lebih lagi, Iman juga mengaku bahwa ia telah memberikan perhatian khusus terhadap penyebab makin banyaknya golput.

“Jadi memang dari awal campaign itu gue memperhatikan kenapa golput makin lama makin banyak dan bukan sesuatu yang salah banget lagi dalam tanda kutip gitu. Karena memang fenomenanya itu kayaknya si kedua belah kubu ini memang menunjukkan sebuah perang yang udah enggak beretika lagi dan lain-lain lah,” ujar Iman. Parahnya, banyak orang yang belum berposisi juga dihajar sama orang-orang yang mendukung salah satu paslon. “Bahkan lo belom berposisi untuk memilih pun lo udah dihajar gitu.”

Pembahasan terkait pemilu juga pastinya tak lepas dari topik-topik lain. Pemilu serentak juga menyisakan cerita bagi para pejuang kursi di Senayan. Berita kampanye para caleg seakan tenggelam karena hebohnya berita mengenai kampanye pilpres. Memang harus diakui bahwa pemberitaan media terfokus pada berita-berita pilpres, bahkan sebelum pengumuman capres-cawapres diumumkan. Pemberitaan kampanye pilpres pun mengalami pergeseran.

Persaingan Legislatif Kalah dengan Serunya Persaingan Presiden

Iman juga berbagi cerita tentang fenomena dan dinamika pemilu legislatif yang dinilainya kalah dengan pilpres. Padahal, selama ini DPR sudah sering banget dikritik oleh masyarakat dengan alasan kinerjanya. Namun, masyarakat justru belum menaruh perhatian lebih ke pileg tersebut. “ya sangat disayangkan karena menurut gue DPR penting banget, nanti lihat deh misalnya abis pemilu gitu, yang kita ributin lima tahun pasti DPR, pasti tingkah-tingkahnya DPR,” tutur Iman. Ia pun melanjutkan, “jelas karena kemakan sama pilpres yang lebih seru, yang lebih terpolarisasi.”

Iman merasa bahwa partai politik selain pengusung capres-cawapres tidak akan senang dengan adanya fenomena ini. Menurut dia, hanya PDIP dan Gerindra yang diuntungkan dengan naiknya fenomena Pilpres. “Partai politik seneng enggak? Ya enggak. Partai politik itu sebenarnya sangat susah menghadapi kontestasi yang sekarang kecuali Partai Gerindra dan PDIP,” ucap Iman. Dalam analoginya, jika ada delapan kursi DPR tersedia, sudah hampir pasti yang lima dikuasai oleh PDIP dan Gerindra. “ini sebagai gambaran ya misalnya dapil-dapil yang kursinya delapan, itu udah hampir semua formatnya kayaknya hampir sama gitu, bahwa nanti yang dapat tiga kursi adalah PDI Perjuangan, dua kursi Gerindra, nah yang lain rebutan tuh, jadi lima udah dapat, tiga lo rebutan partai-partai yang lain.”

Ia pun mengungkapkan kalau ada caleg yang akhirnya mengendurkan semangat memperjuangkan calon presiden yang diusung partainya. Mereka lebih berfokus untuk memperjuangkan dirinya terpilih masuk sebagai anggota legislatif. “Jadinya ya pas gue liat ya beberapa caleg dari partai non-PDIP dan Gerindra udah kampanyenya sekarang udah enggak pake foto lagi, yang kedua adalah mereka udah mulai ngomong nih ‘bapak ibu terserah mau pilih capres 01,02 yang penting DPR-nya siapa’.”

Perjuangan Calon Legislatif di Lapangan

Berbicara mengenai perjuangan memenangkan pemilu mendatang, Iman merasa bahwa uang sudah tidak lagi ampuh memenangkan calon-calon tertentu. Hal ini disebabkan banyaknya orang yang memberi uang, membuat pemberian uang sudah tidak lagi signifikan.“Ada beberapa jenis sih misalnya kalo kaos, kalender, dan segala macem itu menurut gue okelah masih ada engagement-nya, cuman lebih banyak ke awareness-nya, kalo duit sekarang itu udah agak aneh karena semua ngasih duit, dan kayaknya enggak akan terlalu berpengaruh lagi kalo menurut gue gitu.”

Iman melihat bahwa cara yang ampuh adalah yang nyata dan dapat langsung dinikmati. Beberapa contoh diantaranya seperti baju-baju majelis ta’lim, peralatan rebana, dan instalasi air. “Yang cukup berpengaruh mungkin pemberian-pemberian yang sifatnya tuh memang kayak untuk orang banyak tapi yang nyata dan langsung dinikmati tuh kayak baju-baju ibu majelis ta’lim, atau peralatan untuk rebana, atau instalasi air, itu ada yang bikin kayak gitu,” ungkap Iman.

Pergeseran Gimmick Sandi

Kemudian, Rayestu bertanya ke Iman soal Sandiaga Uno yang sudah tidak lagi melakukan banyak gimmick seperti di masa-masa awal kampanye. Terdapat dua kemungkinan, pertama Iman merasa kalau Sandi sedang sibuk berkampanye keliling Indonesia. “Pertama adalah karena Sandi sekarang sangat sibuk, dia memang jadi andalan tim Prabowo-Sandi untuk keliling, makanya kemarin pas dia klaim ‘saya udah keliling ke 1500 titik’ somehow gue percaya aja gitu,” ujarnya.

Sedangkan yang kedua, Iman merasa adanya pikiran di kubu Sandiaga kalau gimmick ini tidak selamanya berhasil. “Yang kedua adalah mungkin mereka berpikir ‘kalau misalnya gue keluarin hal-hal yang nyampah-nyampah mulu, yang clickbait-clickbait mulu atau yang misalnya kritik-kritik yang datanya salah atau hiperbola dan segala macem gitu, yang pada akhirnya juga dipatahkan dan bikin malu’ lama-lama orang akan paham kalau ini orang cari ribut doang.”

Menutup perbincangan, Rayestu bertanya apakah ada satu fakta rahasia di kalangan elite politik yang tidak banyak diketahui orang. Iman menjawabnya dengan satu fakta trivia yang sering ia dengar. “Kalau mereka ketemu dan ketemu gue gitu mereka selalu bilang gini, ‘rasanya pengen pilpres atau pileg itu besok saja, cepet ini selesai, gue bodoh amat siapa yang menang.”

Share: Fenomena Kampanye Jelang Pemilu 2019: Dari ‘Golput’ Sampai Masa Bodoh terhadap Pemenang