Covid-19

Mengenal NeoCov yang Disebut Varian Baru COVID-19

Ray Muhammad — Asumsi.co

featured image
Pixabay

Baru-baru ini, mencuat kabar munculnya varian baru COVID-19
yang disebut dengan nama NeoCov. Virus ini memicu kekhawatiran masyarakat
karena disebut lebih mematikan, dibandingkan berbagai varian virus Corona yang
ada saat ini.

Berdasarkan rumor yang berkembang, NeoCov disebutkan
memiliki tingkat infeksi dan kematian yang lebih tinggi daripada jenis virus
sebelumnya, yakni SARS-CoV-2 yang menjadi penyebab pandemi COVID-19.

Bukan Varian Baru: Melansir The Independent, penemuan NeoCov
diketahui berdasarkan laporan ilmiah ilmuwan China yang diterbitkan jurnal
BioRxiv. Di dalam jurnal disebutkan, virus NeoCov bukaah varian baru dari
penyebab COVID-19 yang memicu pandemi global saat ini.

“NeoCov merupakan virus yang berasal dari jenis virus
corona yang berbeda yang terkait dengan sindrom pernapasan Timur Tengah
(MERS-Cov),” tulis jurnal tersebut.

Asal-Usul: Adapun awal mula kemunculan MERS-Cov belum
diketahui oleh para peneliti.  Namun
diduga MERS-CoV muncul dari penularan virus corona ke manusia dari unta
dromedari yang ada di Arab, serta terinfeksi virus ini.

“NeoCov adalah virus yang ditularkan oleh binatang,
kerabat dekat virus penyebab infeksi saluran pernapasan Timur Tengah, MERS-CoV
dan beredar di antara kelelawar. Virus ini juga bisa menular melalui kontak
langsung atau tidak langsung dengan hewan,” jelas sumber yang sama.

Pernyataan WHO: Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) menyebutkan keberadaan virus Mers-CoV telah diidentifikasi pada unta di
beberapa negara yang ada di Timur Tengah, Afrika dan Asia Selatan.

“Secara total, 27 negara telah melaporkan kasus
Mers-CoV sejak tahun 2012, dan dilaporkan telah menyebabkan 858 kematian yang
diketahui karena infeksi dan komplikasi terkait,” terang WHO.

WHO menambahkan, berdasarkan analisis genom virus yang
berbeda, diyakini bahwa virus yang ditularkan, sebelumnya berasal dari
kelelawar yang kemudian ditularkan lagi ke unta.

Mereka mengungkapkan, 35 persen pasien yang terinfeksi
Mers-Covid meninggal, meski berdasarkan catatan studi tetap ada kasus-kasus
ringan terkait penularan virus ini.

Potensi Penularan: Sementara itu, berdasarkan pengamatan
ahli virus ini bisa berbahaya jika penularannya terjadi antara kelelawar dengan
manusia. Sebab, diduga antibodi manusia cukup kesulitan untuk menetralisir
virus penyebab MERS-CoV.

Virologi dari Universitas Watwrick, Lawrence Young mengamini
ada potensi ancaman NeoCov mampu menginfeksi manusia. Namun ia mengatakan,
sejauh ini belum ada bukti serta indikasi seberapa menular atau fatalnya virus
ini.

“Kita membutuhkan lebih banyak data untuk mengonfirmasi
infeksi pada manusia dan tingkat keparahannya,” kata dia.

Baca Juga

Share: Mengenal NeoCov yang Disebut Varian Baru COVID-19