Pimpinan organisasi pemenang Hadiah Nobel Perdamaian 2024, Nihon Hidankyo menyoroti situasi yang tengah melanda Gaza selama setahun ini. Wakil Kepala Nihon Hidankyo, Toshiyuki Mimaki Dia menganggap situasi di sana layaknya Jepang 80 tahun silam yang luluh-lantak akibat peperangan.
Mimaki menyatakan keprihatinan mendalam atas aksi genosida Israel yang sedang berlangsung di Gaza. Ia menyamakan penderitaan anak-anak di Gaza dengan kengerian yang dihadapi anak-anak Jepang setelah pemboman atom di Hiroshima dan Nagasaki pada 1945.
“Di Gaza, anak-anak berdarah [terluka] ditahan. Seperti di Jepang 80 tahun yang lalu, ” ujar Mimaki dalam konferensi pers di Tokyo, Jepang, Jumat (11/10/2024), dikutip melalui Maktoob Media.
Komentar Mimaki datang di tengah genosida yang dilakukan Israel terhadap rakyat Gaza. Agresi negara itu ke wilayah Gaza telah merenggut nyawa puluhan ribu orang. Mimaki menyoroti kesamaan yang mencolok antara dua momen tragis dalam sejarah ini.
Hadiah Nobel yang diberikan kepada Nihon Hidankyo, sebuah kelompok anti-nuklir yang mewakili para penyintas bom atom, menyoroti kampanye tanpa henti mereka terhadap dunia bebas-nuklir.
Namun, pernyataan Mimaki membawa situasi Gaza menjadi sorotan, yang mencerminkan perjuangan berkelanjutan melawan dampak perang yang paling menghancurkan, terutama pada anak-anak.
Otoritas kesehatan Gaza telah mengkonfirmasi jumlah korban tewas Palestina akibat serangan Israel telah mencapai 42.010 orang. Sementara itu, sebayak 97.720 orang lainnya terluka. Sebagian besar dari korban ini adalah perempuan dan anak-anak.
Kantor Media Pemerintah Gaza menyebut, militer Israel telah melakukan 3.654 pembantaian di Gaza selama setahun terakhir. Pembantaian itu telah menewaskan setidaknya 17.000 anak-anak, dan 11.487 perempuan.
Aksi brutal Israel telah membuat Gaza hancur dengan lebih dari 87.000 rumah telah rata dengan tanah, serta menggusur setidaknya 1,9 juta warga Palestina.
Infrastruktur penting untuk kehidupan sehari-hari, seperti sekolah, rumah sakit, dan tempat penampungan, juga telah hancur. Sekitar 456 lembaga pendidikan telah diserang, dan 32 rumah sakit rusak. Hal itu sangat menghambat upaya untuk memberikan perawatan medis dan pendidikan kepada penduduk Gaza.
Sementara itu, pemboman atom di Hiroshima dan Nagasaki pada Agustus 1945 menimbulkan dampak terhadap manusia yang belum pernah terjadi sebelumnya. Diperkirakan 120.000 orang tewas akibat dua ledakan itu, dengan banyak lainnya menderita kematian yang menyakitkan dalam bulan-bulan dan tahun-tahun berikutnya karena luka bakar, penyakit radiasi, dan cedera lainnya.
Total korban tewas, termasuk mereka yang kemudian meninggal karena paparan radiasi, mencapai sekitar 210.000. Korban, yang dikenal sebagai Hibakusha, dibiarkan dengan bekas luka fisik dan psikologis seumur hidup, penyakit yang bertahan lama, cacat, dan diskriminasi.
Pemboman menghancurkan kedua kota, menghapus seluruh lingkungan dan meninggalkan warisan trauma yang masih beresonansi sampai sekarang.
Baca Juga:
Keberuntungan Kokura, Kota Jepang yang Luput dari Bom Atom
WNI di Jepang Ditangkap karena Rampok dan Aniaya Seorang Wanita, Tolak Didampingi KBRI
Peraih Nobel Muhammad Yunus Ditunjuk jadi Pemimpin Pemerintahan Sementara Bangladesh