Isu Terkini

Luhut ‘Pede’ Utang Indonesia Masih Aman, Bisa Lanjut Gas Proyek IKN dan Program Makan Siang Gratis

Yopi Makdori — Asumsi.co

featured image
YouTube Sekretariat Presiden

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menkomarves) Luhut Binsar Pandjaitan meyakini bahwa utang Indonesia masih dalam tahap aman. Pasalnya rasio utang Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) hanya di angka 36 persen.

Luhut menilai rasio utang Indonesia terhadap PDB masih tergolong rendah ketimbang kebanyakan negara di dunia. Hal itu disampaikan Luhut dalam acara HUT HIPMI ke-52 di Fairmont Hotel, Jakarta, Senin (10/6/2024).

Rasio utang yang rendah membuat Luhut yakin bahwa pemerintah tetap bisa menuntaskan berbagai proyek-proyek besar seperti megaproyek Ibu Kota Nusantara (IKN), jalan tol, hingga program Makan Bergizi Gratis atau Makan Siang Gratis, salah satu program utama Pemerintahan Prabowo-Gibran.

Terpisah, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani juga mengonfirmasi rendahnya rasio utang Indonesia. Bendahara Negara itu bilang, Pemerintah Indonesia mampu mengelola rasio utang dalam level yang relatif rendah, yakni di kisaran 39 persen hingga 40 persen sepanjang 2020 sampai 2023.

Sedangkan negara lain mencatatkan rasio utang terhadap PDB dengan level yang cukup tinggi, seperti India yang berkisar 81 persen hingga 88 persen dan AS yang melampaui 100 persen.

“Namun, kita berusaha untuk tetap menjaga rasio utang pada level yang tetap rendah,” ujar Sri Mulyani saat Rapat Kerja Komite IV DPD RI di Jakarta, Selasa (11/6/2024), seperti dikutip dari ANTARA.

Pada kesempatan itu, Sri juga menyatakan pengelolaan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia lebih baik bila dibandingkan negara lain.

“Banyak negara di dunia mengalami lonjakan defisit saat COVID-19, namun tidak banyak negara yang berhasil menurunkan kembali defisit. Indonesia adalah sedikit negara yang mampu menurunkan defisit fiskal,” katanya.
Dia mencontohkan India mengalami lonjakan defisit dari 7,7 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) menjadi 12,9 persen akibat pandemi. Hal serupa juga terjadi di Amerika Serikat (AS), di mana defisit membengkak dari 5,8 persen menjadi 13,9 persen.

Indonesia bukan pengecualian. Defisit APBN pada 2019 dan 2020 meningkat dari 2,2 persen menjadi 6,1 persen terhadap PDB.

Kendati begitu, dalam kurun waktu tiga tahun setelah pandemi, Indonesia berhasil menekan defisit. Per 2023, defisit Indonesia berada di level 1,6 persen. Capaian itu jauh berbeda bila dibandingkan dengan negara lain, seperti India yang mencetak defisit 8,6 persen dan AS 8,8 persen pada 2023.

“Kita juga meningkatkan saat itu karena ekonomi terhenti dan kita membutuhkan dukungan bagi masyarakat dan pemulihan ekonomi,” katanya.

“Namun, kita juga mampu menurunkan defisit secara sangat cepat dengan defisit yang relatif sangat kecil, sementara negara lain masih berjuang dengan tingkat defisit,” sambungnya.

Diketahui pada awal tahun ini, utang pemerintah naik sekitar 1,33 persen ketimbang Desember 2023, yakni dari Rp8.144,69 triliun menjadi sebesar Rp8.253,09 triliun. Utang itu didominasi oleh surat berharga negara (SBN) senilai Rp7.278,03 triliun. Sisanya berasal dari pinjaman sebesar Rp975,06 triliun.

Share: Luhut ‘Pede’ Utang Indonesia Masih Aman, Bisa Lanjut Gas Proyek IKN dan Program Makan Siang Gratis