Pemerintah Kota Jayapura, Papua menetapkan status tanggap darurat terkait dengan bencana banjir dan longsor. Sedikitnya empat dari lima distrik di daerah itu dikepung banjir dan longsor.
“Penetapan status tanggap darurat itu diputuskan setelah forkopimda menggelar rapat di kantor wali kota di Jayapura,” kata Wali Kota Jayapura Benhur Tomi Mano di Jayapura, Jumat (7/1) dikutip dari Antara.
Tanggap darurat sepekan: Benhur mengatakan status tanggap darurat berlangsung selama sepekan ke depan. Pemerintah setempat membuka sejumlah posko di Pasar Youtefa, SMA Negeri 4 Entrop, dan Perumahan Organda guna penanganan bencana tersebut.
Selama masa tanggap darurat, kata Benhur, para korban akan diberi bantuan makan tiga kali sehari. Sementara itu tim kesehatan akan tetap siaga memberikan pelayanan kesehatan kepada warga yang sakit.
Data pengungsi: Terkait dengan data pengungsi, kata dia, belum final karena petugas di lapangan masih mendata. Namun demikian, diperkirakan warga yang menjadi korban, baik banjir maupun longsor, sekitar 7.000 orang tersebar di Distrik Jayapura Utara, Jayapura Selatan, Abepura, dan Heram.
“Puji Tuhan Distrik Muara Tami aman karena sebelumnya dikhawatirkan tanggul jebol, ” kata dia.
Ia mengharapkan warga tetap mewaspadai kemungkinan terjadi bencana susulan, terutama mereka yang bermukim di kawasan lereng gunung.
“Saya sudah minta RT/RW mengingatkan warganya untuk waspada, terutama yang tinggal di lereng gunung dan bila memungkinkan untuk sementara mengungsi ke saudara atau tempat yang aman,” kata dia.
Bencana banjir terparah terjadi di Pasar Youtefa, Perumahan Organda, SMA 4 Entrop, dan Perumnas IV. Tanah longsor terjadi di empat lokasi, yakni Nirwana, Bhayangkara, APO Bengkel, dan Klofkam menyebabkan tujuh orang meninggal serta enam orang luka-luka.
Dinamika atmoser: Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memaparkan faktor dinamika atmosfer yang mengakibatkan banjir dan longsor terjadi di Kota Jayapura. Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Fachri Radjab mencatat beberapa pengaruh yang menyebabkan curah hujan tinggi di Kota Jayapura.
“Suhu muka laut sekitar perairan Papua yang cukup hangat sehingga meningkatkan aktivitas konvektif,” ujar Fachri.
Selain itu menurut Fachri, terdapat daerah belokan angin di wilayah utara Papua. Angin meridional monsoon baratan bersifat basah. Pengaruh lainnya yang menyebabkan curah hujan tinggi di Jayapura adalah kelembapan udara yang relatif sangat basah dari lapisan permukaan hingga lapisan 200 mb.
“Berdasarkan analisis citra satelit, awan-awan yang tumbuh didominasi oleh awan-awan awan konvektif seperti cumulus dan cumulonimbus mulai pukul 19.00-07.00 WIT,” ujar Fachri.
Baca juga:
Menag Imbau Tak Buru-Buru Hakimi Ferdinand soal ‘Allahmu Lemah’, Maklumi Mualaf
Lagi, Artis Naufal Samudra Ditangkap Polisi Terkait Narkoba
PDIP Jawab Jagoan Pilgub DKI 2024: Stok Banyak, Bukan Cuma Gibran dan Risma