Sains

Studi: Pelukan Bisa Meringankan Stres

Yopi Makdori — Asumsi.co

featured image
Ilustrasi seorang wanita mengalami stres (Pixabay)

Sebuah studi yang dipublikasikan dalam International Journal of Environmental Research and Public Health menemukan bahwa pelukan secara ilmiah dapat meringankan stres.

Dalam studi tersebut, tim peneliti yang dipimpin oleh ilmuwan Chelsea E. Romney dari Departemen Psikologi di Brigham Young University di Provo, Utah, berfokus pada penyelidikan dasar biopsikologis bagaimana pelukan mengatur stres

Ilmuwan menggunakan teknik yang disebut ecological momentary assessment (EMA) untuk bertanya kepada relawan tentang kebiasaan memeluk mereka.

Melansir ANTARA, secara keseluruhan, 112 mahasiswa relawan untuk berpartisipasi dalam studi tersebut. Untuk menilai kebiasaan memeluk, para ilmuwan mengirimkan lima pesan teks yang bertanya tentang apakah mereka memeluk atau tidak dalam slot waktu tiga jam pada tiga hari yang berbeda.

Jadi, setiap relawan memberikan informasi tentang kebiasaan memeluk pada maksimum 15 kesempatan. Selain itu, relawan diberi kit pengambilan sampel dan instruksi untuk memberikan sampel saliva untuk mengukur hormon stres. Hal ini dilakukan segera setelah bangun tidur dan 30 menit kemudian.

Uji Tingkat Hormon Stres

Mereka menggunakan sampel saliva untuk menentukan tingkat kortisol. Kortisol adalah salah satu hormon stres yang paling penting pada manusia.

Dengan membandingkan sampel saliva yang diambil segera setelah relawan bangun tidur dengan sampel saliva yang diambil 30 menit kemudian, respons terhadap peningkatan kortisol (cortisol awakening response atau CAR) ditentukan.

Kortisol tidak dilepaskan secara merata sepanjang hari 24 jam, tetapi biasanya memiliki tingkat rendah di malam hari yang naik dengan cepat di pagi hari, itulah mengapa ilmuwan sering mengukurnya di pagi hari.

Hubungan Pelukan dengan CAR

Dalam studi ini, para ilmuwan menemukan hubungan menarik antara frekuensi memeluk dengan CAR. Secara rata-rata, relawan melaporkan bahwa mereka telah memeluk sekitar 15 persen dari interval tiga jam di mana data dikumpulkan dalam studi.

Relawan yang melaporkan lebih banyak pelukan dalam EMA menunjukkan CAR yang secara signifikan lebih rendah keesokan paginya dibandingkan dengan orang yang melaporkan lebih sedikit pelukan.

Efek ini juga tetap stabil ketika ilmuwan secara statistik mengontrol jenis kelamin biologis dan rata-rata jumlah pelukan seseorang.

Dengan demikian, secara keseluruhan, pelukan mengurangi tingkat hormon stres keesokan paginya. Para ilmuwan menyarankan bahwa pelukan dapat bertindak sebagai sinyal keamanan biologis.

Seseorang yang sering dipeluk mungkin mengurangi antisipasi stres keesokan harinya, yang menghasilkan CAR yang lebih rendah.

Share: Studi: Pelukan Bisa Meringankan Stres