Isu Terkini

Riset: Polusi Udara Dapat Meningkatkan Angka Bunuh Diri

Manda Firmansyah — Asumsi.co

featured image
Ilustrasi kasus bunuh diri, Selasa (23/1/2024). ANTARA/HO- Foto Antara (Abdul Fatah)

Riset terbaru menemukan angka bunuh diri meningkat secara signifikan saat polusi udara memburuk dan berdampak sangat kuat kepada kelompok lansia.

Riset itu juga menyebut, langkah Tiongkok untuk mengurangi polusi udara telah berhasil mencegah 46.000 kematian akibat bunuh diri selama lima tahun. Polusi udara berhubungan erat dengan masalah kesehatan fisik dan peningkatan risiko asma, penyakit kardiovaskular, hingga kanker paru-paru.

Salah satu penulis utama riset ini, Tamma Carleton menilai, faktor lingkungan dapat berdampak buruk pada kesehatan mental.

“Kita sering menganggap bunuh diri dan kesehatan mental sebagai masalah yang harus dipahami dan diselesaikan pada tingkat individu. Hasil ini menunjukkan pentingnya peran kebijakan publik, kebijakan lingkungan, dalam memitigasi krisis kesehatan mental dan bunuh diri di luar intervensi pada tingkat individu,” ujar Carleton, dilansir dari Antara.

Carleton telah mempelajari dampak suhu terhadap tingkat bunuh diri di India. Ketika melihat penurunan angka bunuh diri yang lebih cepat di Tiongkok dibandingkan dengan rata-rata global, Carleton dan rekannya, Peng Zhang, memutuskan untuk mengeksplorasi korelasinya dengan upaya memerangi polusi udara.

Para peneliti mengumpulkan data demografi dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok periode tahun 2013-2017. Serta, juga mengumpulkan data meteorologi dari Pusat Layanan Data Meteorologi Tiongkok. Mereka harus memisahkan dampak polusi terhadap tingkat bunuh diri dari faktor-faktor lain yang berkorelasi seperti aktivitas ekonomi, pola perjalanan, dan hasil industri.

Mereka memanfaatkan inversi (kondisi atmosfer) yang mana udara hangat memerangkap lapisan udara dingin di bawahnya seperti tutup panci. Hasilnya, dapat memetakan hari-hari dengan tingkat polusi lebih tinggi yang tidak berkorelasi dengan aktivitas manusia.

Kemudian, para peneliti membandingkan jumlah kasus bunuh diri di 600 wilayah, serta membedakan antara minggu-minggu dengan cuaca inversi dan minggu-minggu dengan cuaca yang lebih umum. Mereka pun menganalisis data menggunakan model statistik yang menunjukkan bahwa dampak polusi sangat terasa di kalangan lansia.

Khususnya, perempuan lanjut usia 2,5 kali lebih rentan dibandingkan kelompok lain. Namun, para peneliti tidak yakin mengapa perempuan lanjut usia sangat rentan terhadap dampak polusi terhadap kesehatan mental, meski faktor budaya mungkin berperan.

Riset itu mengungkapkan, polusi udara mungkin memiliki efek neurologis langsung, dibandingkan menciptakan masalah kesehatan kronis yang mendorong angka bunuh diri meningkat. Apalagi, ada semakin banyak bukti bahwa polusi partikulat mempengaruhi neurokimia.

Selain itu, beberapa faktor lingkungan dapat mempengaruhi tingkat bunuh diri. Misalnya, pemanasan udara selama tiga puluh tahun di India menyebabkan dampak bunuh diri yang sama besarnya dengan pengendalian polusi udara selama lima tahun di Tiongkok.

“Kebijakan publik mengenai polusi udara sesuatu yang tidak dapat anda kendalikan, apa yang ada di luar jendela anda mempengaruhi kemungkinan anda bunuh diri dan menurut saya hal ini memberikan sudut pandang yang berbeda pada solusi yang harus kita pikirkan. Penting bagi kita untuk memikirkan hal ini. pejabat kesehatan masyarakat juga mengetahui hal ini ketika iklim kita semakin panas dan polusi meningkat hal ini terjadi di banyak negara berkembang,” tutur Carleton.

Share: Riset: Polusi Udara Dapat Meningkatkan Angka Bunuh Diri