Politik

Mahasiswa UGM Sampaikan Surat Terbuka Untuk Pratikno, Sisipkan Pernyataan Guru Besar Cornelis Lay

Yopi Makdori — Asumsi.co

featured image
UGM Yogyakarta/Portal UGM

Mahasiswa Departemen Politik dan Pemerintahan (DPP) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada (Fisipol UGM) Yogyakarta menyampaikan surat terbuka kepada dua figur di Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang berlatarbelakang akademisi UGM. Kedua figur tersebut ialah Menteri Sekretaris Negara, Pratikno dan Koordinator Staf Khusus Presiden, Ari Dwipayana.

Surat tertanggal 11 Februari 2024 tersebut, menyoroti upaya sejumlah pihak menggerogoti demokrasi di Indonesia. Melihat konstelasi politik saat ini, para mahasiswa memandang demokrasi di Tanah Air tengah sekarat.

“Kita melihat bersama, bahwa kekuasaan telah merusak pagar yang menjaga agar demokrasi tetap hidup dan terus dapat dirayakan. Jika pada akhirnya demokrasi kita, demokrasi milik rakyat Indonesia ini, mati, maka sejarah akan mengingat siapa saja pembunuhnya. Untuk itu, menjadi keharusan bagi seluruh pihak untuk menyadarkan kekuasaan atas perbuatannya,” demikian petikan surat tersebut, dikutip pada Selasa (13/2/2023).

Surat tersebut juga menyinggung konsepsi “intelektual jalan ketiga” yang dicetuskan mendiang Guru Besar UGM, Cornelis Lay atau Conny. Di mana konsepsi itu di luar dikotomi konsepsi intelektual yang dibuat pemikir Italia, Antonio Gramsci.

Menurut Conny, intelektual jalan ketiga itu merupakan para intelektual yang mampu bersahabat dengan kekuasaan tetapi tetap membawa nilai dasar intelektual, demi kepentingan pembebasan manusia dan pemuliaan kemanusiaan.

“Pemerintahan saat ini jelas berada dalam upaya melanggengkan kekuasaan, terbilang tidak anti-intelektual dan malah mendegradasi intelektualisme, tetapi justru disokong oleh banyak intelektual sebagai instrumen “stempel” dan pihak justifikasi kebijakan penguasa. Lalu, berada di jalan mana para intelektual yang saat ini menjadi bagian kekuasaan berada?” katanya.

Surat tersebut juga dibubuhi pernyataan Conny dalam pidato pengukuhannya sebagai guru besar UGM.

“Dosa terbesar kaum intelektual tidak diperhitungkan berdasarkan jumlah kesalahan yang dibuat, tetapi oleh kebohongan dan ketakutan dalam mengungkapkan kebenaran yang diketahuinya.”

Terakhir, mahasiswa mengajak Pratikno dan Ari Dwipayana supaya kembali pulang untuk mengabdi pada nurani bukan kekuasaan.

“Hari ini kami berseru bersama: kembalilah pulang. Kembalilah membersamai yang tertinggal, yang tertindas, yang tersingkirkan. Kembalilah ke demokrasi; dan kembalilah mengajarkannya kepada kami, dengan kata dan perbuatan,” katanya.

Menanggapi surat tersebut, Ari Dwipayana berterima kasih atas “surat cinta” dari mahasiswa UGM yang disampaikan kepada dirinya dan Pratikno tersebut. Ari mengaku dirinya bersama Pratikno berkomitmen untuk menjaga integritas, memperkuat demokrasi, membangun tata kelola pemerintahan yang baik dan efektif, serta mencurahkan energi dan kemampuan untuk kemajuan bangsa dan negara Indonesia.

Dia meminta kalangan akademisi menjaga budaya akademik dengan pemikiran yang kritis, terbuka, serta menghargai perbedaan perspektif demokrasi di Indonesia.

“Kita harus terus menjaga budaya akademik dengan pemikiran yang kritis, terbuka, menghargai keragaman atau perbedaan perspektif, disertai semangat kontribusi bagi kemaslahatan bersama,” kata Ari, dikutip via ANTARA.

Share: Mahasiswa UGM Sampaikan Surat Terbuka Untuk Pratikno, Sisipkan Pernyataan Guru Besar Cornelis Lay