Hubungan Partai Gerindra dengan Sandiaga Uno menjadi sorotan. Pasalnya, Gerindra tak senang dengan deklarasi yang mengatasnamakan Ijtima Ulama di Jawa Barat dan DKI yang mendukung Sandiaga menjadi calon presiden.
Sandiaga memang merupakan salah satu tokoh di Partai Gerindra. Saat ini, ia menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra. Pada 2019, Sandiaga juga maju sebagai calon wakil presiden mendampingi Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto.
Dengan status tersebut, Politikus Partai Gerindra Kamrussamad, mengingatkan agar Sandiaga lebih berhati-hati mendapat dukungan dari Ijtima Ulama. Ia pun menyesalkan deklarasi tersebut.
Ia juga menegaskan bahwa deklarasi yang dilakukan di Jakarta pada November dan di Jawa Barat pada Desember 2021 itu merupakan tindakan yang berpotensi menimbulkan politik identitas sebagai pemecah belah bangsa.
“Saya khawatir sekelompok oknum yang bekerja secara sistematis bersama Sandiaga sehingga tega lakukan eksploitasi identitas ulama,” kata Kamrussamad.
Merugikan Gerindra dan Sandi
Pengamat politik Universitas Al-Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, mengatakan bahwa polemik ini justru akan merugikan Sandiaga maupun Gerindra. Menurut dia, bagi Sandiaga, isu ini bisa saja menjadi akhir perjalanannya bersama Gerindra.
Sementara, Gerindra juga bakal merugi apabila Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif itu meninggalkan partai. Sebab, Sandiaga merupakan salah satu tokoh yang memiliki popularitas dan elektabilitas yang cukup baik.
Di sisi lain, Ujang melihat peluang Sandiaga untuk maju sebagai calon presiden dari Gerindra cukup kecil. Pasalnya, tingkat elektabilitas dan popularitas Prabowo juga masih cukup tinggi, terlebih Gerindra sejak awal sudah menegaskan bahwa mereka bakal kembali mengusung eks Danjen Kopassus itu pada Pemilu 2024.
Sandi memang bisa saja memilih bergabung dengan partai lain agar bisa maju sebagai calon presiden. Namun, jika langkah ini yang ditempuh, sudah hampir pasti perjalanannya di Gerindra akan tamat.
“Nasib Sandi di Gerindra bisa tamat jika memaksakan diri maju sebagai capres dari partai lain. Posisi Sandi di Gerindra tertutup. Karena Gerindra hanya punya satu nama yaitu Prabowo,” kata Ujang saat dihubungi Asumsi.co, Sabtu (18/12/2021).
Lagipula, menurut Ujang, terbuka atau tidaknya peluang Sandiaga menjadi calon presiden pada Pemilu 2024 mendatang bukan di tangan Ijtima Ulama. Menurut dia, lebih dari itu, Sandiaga harus bisa merebut hati partai yang ingin mengusungnya sebagai calon presiden.
Menurut Ujang, salah satu yang perlu diperbaiki Sandiaga dalam dua tahun ke depan yakni soal tingkat elektabilitasnya. Dari hasil sejumlah lembaga survei, saat ini tingkat elektabilitas masih kalah dari Prabowo, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
“Terbuka atau tidaknya Sandi menjadi capres nanti itu bukan karena Ijtima Ulama. tapi lebih pada dapat dukungan 20 persen dari partai dan juga tingginya elektabilitas. Ijtima Ulama penting, namun sifatnya hanya supporting psikologis,” jelas Ujang.
Menurut Ujang, jika memang Sandiaga ngebet ingin maju jadi capres, maka salah satu jalan keluarnya adalah keluar dari Gerindra dan bergabung dengan partai lain. Namun, konsekuensinya, hubungan Sandiaga dengan pendukung Prabowo bisa menjadi buruk.
“Efeknya akan ada permusuhan antara Sandiaga dengan pendukung Prabowo,” tuturnya.
Peluang Cukup Berat
Direktur Political and Public Policy Studies (P3S) Jerry Massie mengatakan bahwa peluang Sandiaga menjadi calon presiden pada Pemilu 2024 nanti masih tetap ada. Apalagi, Sandiaga juga punya pengalaman ikut dalam kontestasi Pemilu pada 2019 lalu ketika menjadi calon wakil presiden Prabowo.
Namun, yang perlu diingat adalah partai politik mana yang mau meminang Sandiaga sebagai calon presiden. Mengingat, sejumlah partai besar sudah memiliki jagoannya masing-masing.
Gerindra sampai saat ini masih bersikeras bakal kembali mengusung Prabowo sebagai calon presiden. Sementara, Partai Golkar pun sudah menetapkan Ketua Umum mereka, Airlangga Hartarto, sebagai calon presiden.
Pun dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Meski sampai saat ini PDIP belum menentukan siapa yang calon bakal diusung, namun kader mereka seperti Ganjar Pranowo masih memiliki tingkat elektabilitas yang lebih tinggi dibanding Sandiaga.
Oleh sebab itu, menurut Jerry, kemungkinan Sandiaga untuk maju sebagai calon presiden juga cukup berat.
“Untuk posisi capres agak berat lantaran dia bukan ketum Parpol. Tapi politik probabilitas untuk papan dua masih mungkin. Sandiaga menang di pemilih milenial apalagi dia salah satu menteri Jokowi berkinerja terbaik,” kata Jerry kepada Asumsi.co.
Sementara itu, Pengamat Komunikasi Politik Universitas Padjadjaran Kunto Adi Wibowo berpandangan, sampai saat ini nasib Sandiaga di Gerindra belum akan berakhir. Friksi yang terjadi tidak akan terlalu berpengaruh dengan posisi Sandiaga di Gerindra.
Bahkan, menurutnya, peluang Sandiaga untuk diusung oleh Gerindra juga masih terbuka lebar. Kunto meyakini partai besutan Prabowo itu tidak akan begitu saja melepaskan sosok seperti Sandiaga ke partai lain.
“Nasib sandiaga di Gerindra masih oke-oke aja, apalagi kalau dia punya peluang jadi capres, pada akhirnya Gerindra akan menimbang. Ini kita punya dua jagoan, Prabowo dan Sandiaga. Tinggal dilihat di ujung, elektabilitas yang paling tinggi siapa, nothing to lose buat Gerindra,” kata Kunto kepada Asumsi.co.
Malah, ia melihat peluang Sandiaga diusung oleh partai lain cukup kecil. Pasalnya, Kunto menilai Gerindra juga tidak akan begitu saja merelakan eks Wakil Gubernur DKI Jakarta itu bergabung dengan partai lain.
“Peluang untuk maju dari partai lain pasti ada, seperti PAN, PKS, itu kan juga agak naksir sama Sandiaga, karena diharapkan dapat coattail effect kalau mencalonkan Sandi sebagai capres. Problemnya adalah, Sandiaga sendiri masih di Gerindra, sehingga enggak mungkin untuk kemudian partai lain seperti merampok dari Gerindra,” tegasnya.
Baca Juga
Gerindra Peringatkan Sandiaga Uno Soal Dukungan Ijtima Ulama
Mengukur Potensi Ganjar Salip Elektabilitas Prabowo
Prabowo Ganjar dan PDIP Gerindra Masih yang Tertinggi versi Polmatrix