Internasional

Sederet Fakta Memanasnya Konflik Palestina-Israel

Manda Firmansyah — Asumsi.co

featured image
Doc. Laman Palestine Islamic Resistance Movement Hamas

Israel dengan kelompok pejuang kemerdekaan Palestina, Hamas kembali terkunci dalam siklus baru peperangan. Tensi permusuhan kedua pihak memanas setelah Hamas melancarkan operasi di bawah bendera “Operasi Banjir Al-Aqsa” pada Sabu pagi (7/10/2023) waktu setempat.

Serangan itu melibatkan operasi udara, laut dan darat, yang diprakarsai oleh kelompok Palestina dari Jalur Gaza. Israel membalasnya dengan pemboman mematikan di daerah Jalur Gaza.

Israel pun membalas serangan dengan melancarkan “Operasi Pedang Besi” terhadap Hamas di Jalur Gaza. Israel secara resmi mengumumkan keadaan perang pada Minggu (8/10/2023).

Adapun deretan fakta kecamuk perang antara keduanya adalah sebagai berikut:

1. Serangan Mendadak Hamas

Setelah menyatakan berperang, jet-jet Israel melakukan serangan udara secara intens terhadap sasaran di Jalur Gaza. Pertempuran sedang berlangsung di setidaknya tiga komunitas dekat perbatasan Gaza yang dikuasai Hamas, sehari sebelumnya pada Minggu (8/10/2023).

Saat itu Hamas terus menerus meluncurkan tembakan roket dengan mengincar komunitas Israel. Itu terjadi ketika Israel bersiap untuk melakukan apa yang diperkirakan akan menjadi kampanye berkepanjangan melawan Hamas yang berbasis di Gaza.

Dalam serangan yang sangat luas, kelompok bersenjata Hamas menyerbu ke 22 lokasi di Israel selatan pada Sabtu (7/10/2023) pagi waktu setempat. Termasuk, kota-kota dan komunitas kecil sejauh 15 mil (24 kilometer) dari perbatasan Gaza.

Di beberapa tempat, Hamas berkeliaran selama berjam-jam, menembaki tentara ketika militer Israel berusaha memberikan balasan.

Pada saat yang sama, ribuan roket ditembakkan ke kota-kota di selatan dan tengah Israel.

Kegagalan intelijen, persoalan penempatan pasukan, serta berbagai kesalahan kebijakan lainnya telah menyebabkan kekacauan dan penderitaan di Israel. Bencana nasional tersebut mengakibatkan ratusan korban jiwa dan Hamas ‘membanjiri’ komunitas sipil dengan konvoi bersenjata.

2. Korban Tewas

Dilansir dari Times of Israel, jumlah korban meninggal dunia akibat serangan Hamas lebih dari 700 orang dan diperkirakan akan terus bertambah. Serangan Hamas di komunitas Israel di dekat Gaza itu menjadi hari paling berdarah dalam sejarah negara tersebut.

Berdasarkan keterangan sebuah kelompok sukarelawan yang menangani jasad manusia setelah serangan, ZAKA, jumlah korban tewas meningkat tajam ketika tim Israel berhasil mengusir kelompok bersenjata Hamas dari komunitas di sepanjang perbatasan dan memulihkan korban.

Menteri Urusan Strategis Israel, Ron Dermer mengatakan, jumlah korban tewas jauh di atas 600 orang.

“Mungkin akan ada lebih dari ratusan, beberapa ratus lagi,” kata Dermer, Minggu (8/10/2023).

Kementerian Kesehatan Israel melaporkan, jumlah korban luka di rumah sakit mencapai 2.243 orang. Termasuk 22 orang dalam kondisi kritis dan 343 orang luka berat.

3. Jalanan Dipenuhi Mayat

Pembebasan wilayah komunitas Israel di dekat perbatasan Gaza dan wilayah lain, dari kendali Hamas mengungkapkan pemandangan mengerikan. Jalan raya sampai ladang dilaporkan penuh mayat dengan kendaraan dan barang-barang pribadi yang ditinggalkan.

Nahas, banyak orang terbunuh di rumah mereka sendiri. Dalam beberapa kasus, Hamas membakar gedung-gedung di Nir Oz untuk mengusir keluarga-keluarga dari tempat persembunyian mereka, kemudian melanjutkan dengan menembak atau menculik mereka.

4. Nasib Tawanan

Selain mereka yang tewas dan terluka, orang-orang bersenjata Hamas menawan sejumlah warga sipil dan tentara ke Gaza setelah menguasai beberapa pangkalan militer dan komunitas.

Media sosial dipenuhi dengan video-video mengerikan berisi laki-laki, perempuan dan anak-anak yang dibawa ke Jalur Gaza. Banyak dari mereka tampaknya telah dianiaya.

Ada juga video mengenai orang-orang Israel tewas, termasuk tentara yang beberapa jenazahnya diarak di jalan-jalan. Kendati begitu, video tersebut belum dikonfirmasi validitasnya.

Pasukan Pertahanan Israel atau IDF telah membentuk ruang situasi untuk fokus mengumpulkan informasi akurat mengenai sandera Israel yang ditahan oleh Hamas di Jalur Gaza.Tim IDF akan menyusun gambaran situasi untuk menemukan para tawanan, entah tentara maupun warga sipil.

Diketahui, pada Minggu (8/10/2023), Hamas mengaku telah menyandera sekitar 130 orang Israel. Hamas mengklaim bahwa di antara sandera tersebut ada pejabat tinggi militer.

5. Dampak Serangan Balik Israel

Di sisi lain, sejumlah warga Palestina juga dikabarkan meninggal dunia dan mengalami luka-luka akibat pasukan pendudukan Israel membom sebuah apartemen hunian di Menara Abu Zuhri di lingkungan Al-Najma di Kegubernuran Rafah, selatan Jalur Gaza, pada Minggu (8/10/2023) malam.

Dilansir dari Wafa, saksi mata melaporkan bahwa pesawat tempur Israel membom sebuah apartemen perumahan di Menara Abu Zuhri dengan beberapa rudal, yang menyebabkan kematian sejumlah warga.

6. Pilot Diminta Hati-Hati

Pejabat penerbangan Amerika Serikat (AS) telah mengeluarkan pengumuman khusus kepada pilot dan maskapai penerbangan yang beroperasi di dekat Tel Aviv. Pengumuman mendesak agar pilot sangat berhati-hati.

“Situasi yang berpotensi berbahaya – Wilayah Udara Israel. Karena situasi konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Gaza, operator disarankan untuk sangat berhati-hati saat beroperasi di wilayah informasi penerbangan Tel-Aviv,” demikian bunyi pemberitahuan Administrasi Penerbangan Federal (FAA) kepada pilot, yang secara resmi dikenal sebagai NOTAM, dilansir dari CNN.

Pemberitahuan menggarisbawahi kemungkinan penutupan wilayah udara’ karena awak penerbangan diminta berhubungan dengan pengatur lalu lintas udara setiap saat.

Pemberitahuan FAA ini menyusul peringatan sebelumnya dari Otoritas Penerbangan Sipil Israel yang meminta pilot dan maskapai penerbangan untuk berhati-hati, mengantisipasi penundaan, serta ‘menghitung bahan bakar dengan tepat’.

Share: Sederet Fakta Memanasnya Konflik Palestina-Israel