Isu Terkini

Gunung Semeru, Sejarah Pendakian Hingga Ganasnya Letusan

Ray Muhammad — Asumsi.co

featured image
ANTARA FOTO/Cucuk Donartono/aa

Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, mengalami erupsi dan memuntahkan awan panas, Sabtu (4/12/2021) sore.Hal ini memicu kekhawatiran adanya peningkatan aktivitas yang memicu terjadinya letusan merapi.

Akibat erupsi ini saja, dilaporkan mengakibatkan korban jiwa dan kerusakan parah di sekitar wilayahnya. Hingga kini data sementara mencatat ada 13 orang meninggal akibat bencana alam ini.

Gunung Semeru sendiri memiliki sejarah aktivitas vulkanik yang ganas di balik pesonanya yang dikenal sebagai gunung berapi tertinggi di Jawa Timur dan kedua tertinggi di pulau Jawa.

Pesona Semeru

Mengutip eastjava.com, nama Semeru berasal dari mitologi Hindu-Buddha yang berasal dari kata “Meru” yang memiliki arti tempat tinggalnya para dewa.

Gunung Semeru memiliki profil ketinggian 3,676 meter di atas permukaan laut, dengan puncak gunungnya yang juga dikenal sebagai Mahameru atau Gunung Agung.

Dikenal sebagai gunung berapi yang masih sangat aktif, Gunung Semeru mengeluarkan abu vulkanik berwarna hitam dan pasir setiap lebih kurang 20 menit sekali kawahnya.

Gunung Semeru menjadi habitat beragam flora dan fauna. Pohon pinus, akasia dan jamuju mendominasi varietas flora kawasan gunung yang berada di Kabupaten Lumajang ini.

“Anggrek Edelweis merupakan tanaman endemik yang dapat ditemukan di sekitar puncak Semeru,” tulis situs tersebut. Sementara itu, fauna yang menjadikan kawasan Gunung Semeru sebagai habitatnya antara lain macan, monyet daun, musang, rusa, hingga tikus hutan.

Jalur Pendakian

Keindahan Semeru menjadi daya tarik para pendaki gunung. Bahkan, banyak ilmuwan yang mendaki Gunung Semeru mengeksplorasi pesonanya. Ahli geologi berkebangsaan Belanda, Clignet pada menjadi orang pertama yang menyusuri gunung ini pada tahun 1838.

Clignet menyusuri Gunung Semeru melalui sebelah barat daya lewat Widodaren. Ahli botani berkebangsaan Belanda, Junhuhn pada tahun 1945 menyusul menjadi orang yang mendaki gunung ini melalui jalur utara lewat gunung Ayet-ayek, gunung Inder-inder, dan gunung Kepolo.

Setelah itu, semakin banyak ilmuwan dan pendaki asing yang mengunjungi Gunung Semeru. Tahun 1911, pendaki lainnya yakni Van Gogh dan Heim menyusuri Gunung Semeru melalui lereng utara.

Sejak tahun 1945 hingga saat ini, jalur pendakian terbuka menuju Gunung Semeru dilakukan dengan menelusuri lereng utara yang rutenya melalui Ranupane dan Ranu Kumbolo.

Sejarah Vulkanik

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan letusan Gunung Semeru yang menyemburkan material vulkanik memiliki sejarah panjang yang terekam sejak Tahun 1818 hingga 1913. Sayangnya, tidak banyak dokumentasi yang terekam.

Mengutip Antara, Plt. Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari mengungkapkan sejarah letusan Gunung Semeru baru terdokumentasikan dengan baik pada tahun 1941 sampai 1942.

Ia mengatakan, sepanjang periode itu terekam aktivitas vulkanik dengan durasi yang panjang. Hal ini diamini oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).

PVMBG menjelaskan, leleran lava terjadi pada periode 21 September 1941 hingga Februari 1942 yang letusannya sampai di lereng sebelah timur, dengan ketinggian 1.400 hingga 1.775 meter.

Material vulkaniknya bahkan dilaporkanhingga menimbun pos pengairan yang terletak di kawasan Bantengan, Jawa Timur. Selepas itu, aktivitas vulkanik Gunung Semeru terjadi secara beruntun pada tahun 1945, 1946, 1947, 1950, 1951, 1952, 1953, 1954, 1955 sampai 1957, 1958, 1959, dan 1960.

Gunung Semeru, menurut PVMBG dikategorikan sebagai salah satu gunung api aktif yang berkesinambungan melanjutkan aktivitas vulkaniknya.

Letusan Dahsyat

Data PVMBG mencatat pada 1 Desember 1977 terjadi guguran lava yang menghasilkan awan panas guguran dengan jarak hingga 10 km di Besuk Kembar. Kala itu, volume endapan material vulkanik yang teramati bahkan mencapai 6,4 juta meter kubik.

Awan panasnya saat itu melintas hingga mengarah ke wilayah Besuk Kobokan, Desa Sapiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang. Akibat guguran lava Gunung Semeru, sawah, jembatan dan rumah warga yang dilintasi gugurannya mengalami kerusakan parah.

Berdasarkan catatan PVMBG, aktivitas vulkaniknya terus berlanjut pada tahun 1978 sampai 1989. Sempat jeda setahun, aktivitas vulkaniknya kembali terjadi pada tahun 1990.

“Tercatat aktivitas vulkanik Gunung Semeru pada 1990, 1992, 1994, 2002, 2004, 2005, 2007 dan 2008,” demikian disampaikan PVMBG dikutip dari Antara.

Di Tahun 2008, tercatat beberapa kali letusan Gunung Semeru sejak 15 Mei. Puncak letusan dahsyatnya terjadi pada 22 Mei 2008 ddngan terjadi empat kali guguran awan panas yang mengarah ke wilayah Besuk Kobokan, dengan jarak luncur 2.500 meter.

Bersifat Eksplosif

PVMBG mengungkapkan aktivitas Gunung Semeru selama ini berada di kawah Jonggring Seloko. Lokasi kawahnya berada di sisi tenggara puncak Mahameru.

Umumnya karakter letusan Gunung Semeru umumnya bertipe vulcanian dan strombolian yang terjadi tiga sampai empat kali setiap jam.

Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Eko Budi Lelono dalam keterangan pers yang disiarkan kanal YouTube BNPB menyebutkan Karakter letusan ini bersifat eksplosif yang dapat menghancurkan kubah dan lidah lava yang telah terbentuk sebelumnya.

Kini Gunung Semeru berada pada status Level II atau “Waspada”. BNPB telah mengeluarkan rekomendasi agar masyarakat, pengunjung atau wisatawan tidak beraktivitas dalam radius 1 km dari kawah atau puncak Gunung Semeru dan jarak 5 Km arah bukaan kawah di sektor tenggara hingga selatan.

Radius dan jarak rekomendasi ini akan terus dievaluasi para tim pengamat yang bertugas untuk mengantisipasi jika terjadi gejala perubahan ancaman bahaya untuk segera dilakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait dalam memitigasi darurat letusan.

Baca Juga

Share: Gunung Semeru, Sejarah Pendakian Hingga Ganasnya Letusan