Panglima TNI Jenderal TNI Andika Perkasa memastikan prajurit yang terlibat bentrok ditindak sesuai peraturan dan hukum yang berlaku. Dia mengakui, bentrokan yang terjadi tidak saja di Tembagapura, tetapi juga di dua kota lainnya di Indonesia, yakni di Batam dan Ambon.
“Tidak hanya diselesaikan secara damai dengan berjabat tangan yang dilanjutkan olahraga bersama, tetapi harus diproses hukum. Semua akan diproses hukum termasuk yang terjadi di Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua,” kata Jenderal TNI Andika Perkasa, di Jayapura, Rabu (2/12/2021) dikutip dari Antara.
Sesuai hukum: Andika mengatakan proses hukum harus ditegakkan, sehingga para pelaku harus ditindak sesuai hukum. Untuk kasus di Tembagapura tercatat empat prajurit sudah diperiksa.
Wakapolda Papua Brigjen Pol Eko Rudi Sudarto secara terpisah menyatakan kedua belah pihak yang sempat bentrok sudah berdamai. Namun proses hukum tetap dilakukan, kata Eko Sudarto seraya mengaku belum mendapat laporan terkait proses pemeriksaan tersebut.
Akibat jualan rokok: Insiden yang terjadi Sabtu (27/11/2021), di Ridge Camp Pos RCTU Mile 72 berawal dari kesalahpahaman saat anggota Satgas Amole Kompi 3 berjualan rokok.
Kemudian sekitar 20 anggota Satgas Nanggala yang hendak membeli rokok komplain harga rokok yang dijual, sehingga terjadi keributan dan pengeroyokan yang mengakibatkan enam orang terluka.
Adapun anggota brimob yang terluka yakni Bripka Risma terkena stik, Bripka Ramazana luka ringan, Briptu Edi luka ringan tergores sangkur, Bharaka Heru luka ringan, Bharatu Munawir tidak terluka, dan Bharatu Julianda luka ringan.
Kasus bentrok lainnya: Seperti dirangkum Asumsi.co sebelumnya, konflik antar sesama aparat keamanan di Indonesia belakangan marak terjadi. Terhitung pada akhir November lalu saja, setidaknya ada tiga bentrokan yang melibatkan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Polisi Republik Indonesia (Polri).
Di Ambon, kasus anggota TNI adu jotos dengan dua anggota Polresta Ambon, insiden terjadi lantaran pemeriksaan surat kendaraaan. Selain itu, bentrok di Batam melibatkan personel TNI AD dan AL.
Rawan terjadi: Pengamat Militer ISESS Khairul Fahmi menilai benturan kesatuan antara TNI dan Polri memang berpotensi sering terjadi. Apalagi di daerah rawan konflik, dimana tugas atau misi mereka kerap beriringan atau bersinggungan.
Menurutnya, kasus bentrok kerap terjadi karena ego internal masing-masing. Khairul menyarankan tindakan kekerasan itu harus menjadi fokus utama bagi pihak TNI dan Polri untuk saling membenahi. (zal)
Baca Juga: