Kesehatan

Mengenal Fenomena People Pleaser

Tesalonica — Asumsi.co

featured image
Pixabay

Sering tidak mendengar kalau ingin dicintai oleh orang lain, maka harus menjadi orang yang menyenangkan dan mudah untuk melakukan apa pun? Orang yang memiliki sifat seperti itu cenderung ingin orang lain bahagia.

Padahal, sikap itu tidak baik bagi diri sendiri. Faktanya, orang yang selalu mengikuti kemauan orang lain cenderung bakal mengabaikan kebutuhannya. Terutama, mereka takut mengecewakan orang tersebut ketika ada yang minta pertolongan.

Perlu hati-hati tandanya orang seperti itu sudah masuk dalam fase people pleaser atau akrab disebut tidak enakan. Jeleknya dari sifat ini membuat mereka terkuras secara emosional, stres, dan kehabisan tenaga.

Tanda-tanda mengalami people pleaser, yakni ingin selalu menyenangkan, menghindari konflik, mengalami kesulitan mengatakan tidak, menjadi stres dan kewalahan, pasif agresif, rentan terhadap dendam, terlalu cepat mengambil kesalahan, sulit untuk setia pada keyakinan diri sendiri.

Sulit Mengekspresikan Diri

Orang yang mengalami fase ini cenderung sulit untuk menghentikan perilaku untuk menyenangkan orang lain. Psikolog dari New York Lauren Appio mengatakan menyenangkan orang adalah strategi bertahan hidup. Sehingga, menetapkan batasan tersebut bisa menjadi hal yang paling ditakutkan dan bersifat mustahil.

“Menjadi orang yang menyenangkan bisa membuat pengalaman yang melelahkan dan cenderung frustasi. Orang seperti ini kerap tidak peduli dengan rasa stress yang dialaminya dan lebih mengutamakan masalah orang lain,” kata Appio.

Psikolog dari New Jersey Susan Newman berpendapat people pleaser cenderung memiliki rasa aman dan percaya diri lewat persetujuan orang lain. Sehingga, apabila tidak dapat pengakuan atau penerimaan dari orang tersebut, mereka bakal minder, bingung, hingga merasa diri tidak pantas atau kurang baik.

Lebih lanjut, Susan menambahkan, orang seperti ini akan sulit mengekspresikan diri mereka karena takut dianggap aneh atau tidak sesuai dengan pandangan orang lain. People pleaser ingin selalu tampil rapi, ramah, supel, murah hati, dan ringan tangan dalam membantu orang lain, kreatif, menyenangkan, peduli, dan hangat, hingga ingin populer.

Sulit Mengatakan ‘Tidak’

Kata ‘tidak’ menjadi hal yang sulit keluar dari mulut people pleaser. Psikoterapis dan Psikoanalis dari New York Diane Barth mengungkap orang yang sulit mengatakan ‘tidak’ dikarenakan mereka takut konflik.

Banyak dari orang yang takut konflik, apalagi ketika orang lain mengkritik atau marah kepada mereka. Pasalnya, ketakutan itu dianggap hanya merusak hubungan baik pasangan, teman, bos, rekan kerja, dan sebagainya.

Lebih lanjut, Barth memberikan gambaran saat seseorang sedang tidak di rumah maka Ia tidak memberi tahu ibunya karena takut kecewa. Menurutnya, hal itu wajar karena ingin menyenangkan hati ibunya. Namun, terkadang people pleaser melakukan hal yang sama kepada orang lain, walaupun tidak sesuai dengan keinginan diri sendiri.

Melansir dari PsychCentral, Pekerja Sosial Klinis di Portland Fara Tucker mencatat menetapkan batasan dapat terasa beresiko bagi kelangsungan hidup seseorang. People pleaser sejak awal belajar kalau nilai mereka berasal ketika dapat memenuhi kebutuhan orang lain.

People pleaser cenderung berpikir ‘siapa saya jika tidak melakukan apa yang orang lain lakukan?’ artinya jika Anda merasa bangga menjadi ‘dermawan’, ‘dapat diandalkan’, dan sebagainya, mengatakan ‘tidak’ dan menetapkan batasan sulit untuk dilakukan,” kata Tucker.

Perlu Kesadaran Diri

Psikolog dari Nevada Matthew Boland mengatakan perlu adanya kesadaran kalau diri sendiri punya pilihan. Orang yang memiliki kesadaran tersebut dapat mengetahui prioritas dan kemauan yang diinginkan.

Terutama, orang yang sebelumnya sulit mengatakan ‘tidak’ suatu saat akan mudah mengatakan hal itu sebagai penolakan jika tidak sesuai dengan keinginan. Selain itu, Matthew mengingatkan people pleaser untuk berupaya memiliki batasan.

Sehingga, jangan kaget apabila hubungan yang sebelumnya terjalin baik-baik saja tiba-tiba terputus. Lebih lanjut, Matthew menambahkan, perlu adanya batasan waktu apabila ada panggilan, beri tahu mereka kalau sedang dalam perjalanan keluar. Selain itu, ketika sudah menetapkan tanggal, beri tahu mereka kalau harus berada di rumah pada waktu tertentu.

“Akan menakutkan awalnya untuk menyuarakan perasaan Anda yang sebenarnya, karena Anda sudah terbiasa melayani orang lain dan perasaan mereka,” kata Psikoterapis dari Carolina Utara Keischa Pruden.

Hati-hati juga ketika hal ini malah berujung manipulasi. Apabila seseorang memiliki tugas dan dia mengarahkan tugas tersebut ke people pleaser dengan dalih pekerjaan akan lebih dikerjakan dengan maksimal, waspada itu bisa jadi bentuk manipulasi.

People pleaser cenderung takut terlihat lemah apabila ada minta bantuan ke orang lain, walaupun dirinya merasa ada seseorang yang bisa diandalkan atau dipercaya. Namun, sikap itu hanya dapat menyiksa diri sendiri, perlu sesekali minta bantu ke orang lain juga.

People pleaser wajib belajar lebih dalam untuk mendapatkan bantuan dan nasihat dari orang lain untuk melakukan sesuatu. Tenang saja, orang tersebut tidak akan risih atau kesal kalau ada yang minta bantuan, justru membuat orang itu merasa diandalkan atau penting.

Baca Juga

Share: Mengenal Fenomena People Pleaser