Covid-19

Tertinggi Sepekan Terakhir, Covid-19 di DKI Belum Berakhir

Ray Muhammad — Asumsi.co

featured image
ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

DKI Jakarta tercatat menjadi provinsi tertinggi di lima besar wilayah penambahan kasus COVID-19 selama sepekan terakhir. Data Satgas COVID-19 mencatatkan dalam rentang 16 sampai 22 November 2021, Jakarta mencatatkan penambahan lebih dari 500 kasus.

Satgas COVID-19 melaporkan sejak 16 November kasus Corona di DKI terus mengalami kenaikan dimulai dari penambahan 79 kasus sehari. Selanjutnya, penambahan kasus Covid-19 di DKI di atas 100 kasus per harinya sampai 22 November.

Hanya pada tanggal 19 November, terjadi penurunan kasus COVID-19 sebesar 97 kasus. Penambahan kasus sepekan tertinggi terjadi pada tanggal 17 November 2021 yang mencapai 130 kasus.

Jumlah kasus keseluruhan di DKI sejauh ini berada di posisi puncak dengan terjadi total penambahan 657 kasus di dalam sepekan. Jumlah kasus keseluruhan sejak awal pandemi sampai saat ini, DKI Jakarta yang paling besar mencapai 863.482 kasus.

Adapun rata-rata kenaikan jumlah kasus di DKI Jakarta sebesar 20 persen. Jawa Barat dilaporkan berada di posisi kedua dengan penambahan 444 kasus dalam sepekan. Sejauh ini, jumlah kasus keseluruhannya sebesar 707.344 kasus dengan rata-rata kenaikan kasus mencapai 16,6 persen.

Jawa Tengah berada di peringkat ketiga dengan penambahan 212 kasus dalam sepekan. Total kasus keseluruhan mencapai 486.068 kasus dan rata-rata penambahan kasus sebesar 11,4 persen.

Jawa Timur berada di peringkat keempat dengan penambahan kasus mingguan mencapai 197 kasus. Total kasus kumulatif hingga hari ini mencapai 399.147 kasus dan memiliki rata-rata penambahan kasus sebesar 9,4 persen.

Kalimantan Timur menempati posisi kelima daerah dengan penambahan kasus tertinggi dalam sepekan. Penambahan kasus mingguannya di kisaran 100 kasus. Jumlah kasus kumulatifnya sebesar 158.183 kasus dengan persentase penambahan kasus sebesar 3,7 persen. 

Euforia Status PPKM

Kepala Departemen Epidemiologi FKM Universitas Indonesia Tri Yunis Miko Wahyono mengatakan, saat ini status Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 1 di DKI Jakarta memang berada di level 1.

Status ini, justru menyebabkan warga banyak yang bereuforia menganggap Jakarta sudah aman untuk melakukan mobilitas seperti sedia kala. Padahal virus corona masih ada di sekitar kita.

“DKI Jakarta kan memang PPKM Level 1. Nah ini yang sering dianggap kalau sudah aman untuk beraktivitas normal lagi. Padahal kan belum,” katanya kepada Asumsi.co melalui sambungan telepon, Selasa (23/11/2021).

Ia pun mengaku setuju dengan keputusan pemerintah yang memutuskan memperketat mobilitas dengan menerapkan PPKM Level 3 pada akhir tahun ini di seuruh daerah, termasuk ibu kota. Dirinya mengkhawatirkan bila ini tidak diberlakukan, terlebih di tengah momentum Natal dan Tahun Baru maka penambahan kasus sepekan di Jakarta bisa semakin tak terkendali.

“PPKM Level 3 itu memang untuk semua daerah di Indonesia. Tujuannya mengurangi mobilitas yang akhirnya diharapkan bisa menurunkan kasu sdan transmisi,” ucapnya.

Efektifitas Pengetatan PPKM

Yunis meyakini pengetatan PPKM Level 3 saat akhir tahun efektif untuk menekan kasus yang tinggi di berbagai daerah seperti di Jakarta. Namun menurutnya, tanpa dukungan masyarakat yang abai melindungi dirinya dari penularan Covid-19 maka pengetatan itu menjadi sia-sia.

“Saya yakin efektif, tapi efektifitasnya seberapa besar menurut saya bisa 40 sampai 60 persen. 50 persen lah paling tidak. Semua tergantung pada partisipasi masyarakat. Aktivitas perkantoran yang kembali mulai ramai kalau bisa dikurangi lagi nih. Sedih juga kan kalau kasus sepekannya tinggi terus gini,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Adib Khumaidi mengingatkan masyarakat untuk tetap patuh protokol kesehatan dan tidak “bandel” untuk keluyuran liburan jelang akhir tahun.

“Patuh prokes ya itu harus. Kan, kita lihat agak mulai disepelekan lagi nih. Akhir tahun ini memang jangan sampai warga memaksakan diri euforia liburan akhir tahun yang akhirnya merugikan kita semua karena kasus naik,” tandasnya.

Baca Juga:

Share: Tertinggi Sepekan Terakhir, Covid-19 di DKI Belum Berakhir