Jebolnya bendungan Nova Kakhovka di Kherson, Ukraina menyebabkan banjir yang berpotensi mematikan. Bahaya itu datang dari kemungkinan tercabutnya ranjau-ranjau yang ditanam di wilayah perang.
Palang Merah Internasional menyatakan kekhawatiran itu. Banjir sangat mungkin membawa ranjau ke area permukiman dan lahan pertanian warga. Sipil terancam.
Menurut catatan, sebagian besar dari 600 kilometer persegi area yang terendam banjir adalah wilayah penguasaan Rusia. Misalnya di pinggiran Sungai Dnipro.
Sebelumnya, Selasa (6/6/2023), bendungan peninggalan Uni Soviet yang juga berfungsi sebagai PLTA jebol karena ledakan. Hingga hari ini Ukraina dan Rusia masih saling tuding soal siapa yang harus bertanggung jawab dalam peristiwa ini.
Banjir akibat ledakan itu kemudian menyapu berbagai area yang telah ditanami ranjau dengan jumlah tak terhitung, baik oleh Rusia ataupun Ukraina selama perang 15 bulan belakangan. “Sebelum ini kita tahu di mana (zona) bahaya. Sekarang kita tidak tahu. Yang kita tahu adalah mereka ada di hilir,” kata Kepala Unit Kontaminasi Senjata Komite Palang Merah Internasional Erik Tollefsen, dikutip Reuters.
Tollefsen mencontohkan ranjau bekas perang dunia II yang ditemukan di dasar sungai di Denmark pada 2015. Saat itu seluruh ranjau teridentifikasi aktif meski berusia sangat tua.
“Kita sangat ngeri melihat berita yang keluar … Kita tidak tahu berapa jumlahnya. Kita hanya tahu jumlahnya sangat banyak.”
Baca Juga:
Zelensky Tuduh Rusia yang Ledakkan Bendungan Kakhova untuk Halau Serangan Tentara Ukraina
Presiden Akan Minta Penjelasan Prabowo Terkait Proposal Ukraina-Rusia
Putin Perintahkan Wajib Militer bagi Sipil di Tengah Kesulitan Rusia di Ukraina