Isu Terkini

Wagub DKI Lebih Eksis dari Anies, Antara Bumper dan Rivalitas Politik

Tesalonica — Asumsi.co

featured image
ANTARA FOTO/Deka Wira S

Serangkaian persoalan terkait Pemprov DKI Jakarta terjadi dalam kurun waktu belakangan ini. Salah satu persoalan yang paling hangat adalah penyelenggaraan Formula E di DKI Jakarta. Sejumlah fakta terkuak terkait ajang balap itu, mulai dari utang bank hingga besarnya anggaran.

Sayangnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan seolah menghilang dari sorot media yang ingin mendapat sepatah dua patah kata dari mulutnya terkait dengan berbagai persoalan di Jakarta.. 

Justru, sosok Wakil Gubernur DKI Jakarta Riza Patria yang kerap tampil untuk menjawab segala pertanyaan yang diajukan pewarta terkait berbagai masalah di Jakarta. Politisi Gerindra itu seolah menggantikan peran Anies sebagai orang yang paling bertanggungjawab atas semua urusan Jakarta.

Persoalan Komunikasi

Pengamat Politik Idil Akbar menilai sikap Anies menghilang dari sorot media ketika berurusan dengan masalah di DKI bukan hal yang mengejutkan. Sebab, sikap serupa juga diperlihatkan Anies kepada DPRD DKI.

Pada pertengahan Oktober 2021 misalnya, Anies tidak hadir dalam sidang paripurna penandatanganan MoU Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Prioritas Plafon Anggaran Sementara (KUPA PPAS). Lalu, mangkir dalam rapat paripurna dengan agenda pertanggungjawaban penggunaan APBD DKI 2020 hingga interpelasi Formula E.

“Jangankan menghadapi media, bahkan ketika dipanggil DPRD sekali pun, Anies seringkali tidak hadir. Beberapa kali DPR marah karena mengharapkan Anies hadir, tetapi tidak memenuhi kehadiran tersebut. Seperti isu Formula E dan beberapa masalah anggaran lainnya Anies beberapa kali tidak hadir.” ujar Idil kepada Asumsi.co pada Rabu (10/11/2021).

Idil menilai perilaku Anies berkaitan dengan agenda politik jangka panjang, yakni Pilpres 2024. Anies seolah menghindar dari persoalan yang dapat menurunkan citranya. Dugaan lain, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu memang tidak punya kemampuan untuk menjawab persoalan.

Perbedaan tugas

Pengamat politik Arif Susanto menduga lebih seringnya Riza tampil di media ketimbang Anies terkait dengan perbedaan tugas. Anies lebih bermain dalam konteks strategis, sedang Riza dalam konteks teknis. 

Menurutnya, ini yang membuat Riza sering dihadapkan dengan masalah-masalah sensitif di lingkup Jakarta. Contohnya seperti kasus sumur resapan di atas trotoar yang merupakan ranahnya secara teknis. 

Jika untuk level strategis terkait dengan upaya penanganan bencana banjir di sejumlah wilayah Jakarta, Anies yang mengambil alih.

“Saya tidak heran bila Riza lebih sering bertemu wartawan dan dalam tanda petik untuk ‘berkotor tangan’.” ujar Arif. 

Rivalitas Politik

Arif juga menduga rivalitas politik bisa menjadi menjadi penyebab lain mengapa Anies juga kerap tidak satu sikap dengan Riza. Dalam konteks struktural, Arif melihat kondisi itu mirip ketika era pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Menurutnya, kondisi perbedaan parpol membuat Jusuf Kalla mengambil panggung. Padahal, dalam sistem presidensial, Presiden yang seharusnya mendominasi era kepemimpinan saat itu.

“Jangan kaget saat Jusuf Kalla mengambil panggung, padahal dalam sistem presidensialisme, Wapres dalam tanda kutip ‘ban serep’. Ini juga sama dalam konteks politik Jakarta.” katanya kepada Asumsi.co pada Rabu (10/11/2021).

Oleh karena itu, Arif melihat perbandingan tersebut dengan Anies-Riza. Anies yang tidak memiliki latar belakang parpol, sedangkan Riza berasal dari parpol dan lebih lama mengerti isu-isu politik di Indonesia. Sehingga, Riza lebih mampu dalam menciptakan panggung karena sebenarnya kalau dalam bidang konstruksi ketua eksekutif akan jauh lebih dominan dibandingkan dengan wakilnya. 

“Riza berasal dari parpol. Sehingga, relasi dia dengan Gerindra di DPRD dan partai-partai lainnya tampak lebih luas relatif dibandingkan dengan Anies Baswedan yang bukan hanya pendatang baru dalam dunia politik, tapi juga tidak berasal dari satu pun parpol.” katanya. 

Senada, Arif juga melihat adanya gaya politik yang berbeda antara keduanya. Anies lebih banyak terjun dalam politik yang high-profile, karena jarang membahas isu-isu yang bersifat teknis. Sedangkan Riza dikenal lebih piawai dalam politik karena telah lama terjun sebagai politisi.

Tameng politik

Mangkirnya Anies juga bisa dikaitkan dengan posisi Riza sebagai tameng. Anies seolah mencari perlindungan dengan mendorong Riza untuk merespons segala hal yang sifatnya sensitif.

Meski demikian, Riza yang memang seorang politisi tampak tidak mempermasalahkan hal itu. Terlihat dari sikap Riza yang lebih diplomatis dalam menyikapi segala tudingan terhadap Jakarta dan Anies.

Lebih dari itu, Arif mengingatkan konflik terbuka antara Anies dan Riza bisa saja terjadi di kemudian hari, terutama ketika dipicu oleh situasi politik. Sebab, jabatan gubernur atau wakil gubernur DKI Jakarta adalah jabatan strategis.

Asumsi.co sudah berusaha menghubungi Riza Patria, Anies Baswedan, dan Pihak Pemprov DKI, tetapi tidak adanya jawaban terkait isu tersebut.


Baca Juga:

Share: Wagub DKI Lebih Eksis dari Anies, Antara Bumper dan Rivalitas Politik