Isu Terkini

PKB Akui Sulit Lakukan Demokratisasi Sahih di Indonesia

Yopi Makdori — Asumsi.co

featured image
ilustrasi merah putih/Unsplash

Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) mengakui bahwa sukar melakukan demokratisasi secara hakiki di Indonesia.

Wakil Ketua PKB, Jazilul Fawaid atau Gus Jazil menganggap bahwa angka Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia masih kurang bermutu, sehingga sulit untuk mewujudkan demokratisasi secara sahih di negeri ini.

“Pemilu kita ini sesungguhnya dilakukan di angka PDB yang kurang mutu untuk dilakukan demokrasi yang betul-betul bagus. Ujung-ujungnya akhirnya partai politik transaksi, karena apa? Baik partai politik maupun warganya gak cukup kuat untuk berdiri sendiri dan independen,” ujar Gus Jazil dalam acara Kasih Paham! oleh Asumsi, dikutip pada Rabu (23/11/2022).

Sulit terapkan demokrasi: Jika demikian, maka Gus Jazil menganggap bahwa semua hal bakal ditransaksikan utamanya dengan para pemilik kapital.

“Termasuk (transaksikan) ideologi dan lain-lain bakal ditransaksikan. Nah inilah yang kemudian melahirkan Gelora (partai) lah kira-kira begitu,” katanya.

Tak berideologi: Dalam forum yang sama, Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi mengkritisi raibnya ideologi yang dipegang partai politik Indonesia. Dari sekian banyak dimensi ideologi, menurut Burhan, hanya tersisa satu saja, yakni dimensi ideologi agama dengan nasionalis.

“Itu yang membuat partai-partai itu bergerak kanan kiri, sangat bergantung pada kesepakatan yang bersifat temporer dan kesepakatan yang menguntungkan masing-masing partai,” kata Burhan.

Hal itu terlihat ketika partai-partai yang mengaku nasionalis justru berkoalisi dengan partai berhaluan agama, semisal penjajakan koalisi antara NasDem dengan PKS. Begitu pun dengan PKB yang telah resmi berkoalisi dengan Partai Gerindra.

Padahal menurut Burhan kedua partai tersebut tak terlacak jejaknya pernah berkoalisi.

“Justru keduanya lebih punya pengalaman koalisi antara PKB dengan NasDem, tetapi dalam kepentingan 2024 sepertinya kepentingan mereka berpisah jalan,” katanya.

PKB akui: Gus Jazil mengakui bahwa partainya dalam tataran teknis terkadang lebih mempertimbangkan hal-hal berbau pragmatis ketimbang ideologis.

“Namun PKB tetap ingin mengedepankan idealisme tentunya, karena kita juga punya mandat sejarah untuk meneruskan politik yang digagas para ulama dan kiai. Cuman ketika kita pada posisi untuk menentukan pilihan, di situ kadang-kadang ideologi dipantas-pantaskan,” ujar Gus Jazil.

Baca Juga:

NasDem: Politik Perlu Duit, Tapi Bukan Didikte Bohir

Cerita di Balik Parpol Pengusung Anies Batal Deklarasi pada 10 November

PKB: Islam dan Jawa jadi Kunci Kemenangan Pilpres

Share: PKB Akui Sulit Lakukan Demokratisasi Sahih di Indonesia