Isu Terkini

Kerokan dari Segi Medis dan Kepercayaan Orang Jawa

Manda Firmansyah — Asumsi.co

featured image
ANTARA/Bayu Kuncahyo

Dokter Umum RS Sari Asih Karawaci, Kota Tangerang, Fadli Ambara mengatakan, kerokan (scraping treatment) menyebabkan pembuluh darah melebar (banyak oksigen yang masuk) dan membantu proses peradangan (inflamasi).

Perspektif medis: Imbasnya, kerokan dapat mengurangi rasa pegal. Pengerokan mengubah biomolekuler di dalam tubuh. Di antaranya, menyebabkan tubuh lebih hangat dan meningkatkan imunitas terhadap infeksi.

“Banyak masyarakat yang masih memilih dikerok karena timbul sensasi nyaman dan rileks setelah dikerok,” ucapnya, dilansir dari Antara.

Namun, kerokan juga memiliki efek samping. Yaitu, membuat kulit menjadi lecet. Kerusakan terjadi pada kulit bagian atas (stratum corneum) yang memang akan mati dengan sendirinya dengan ganti kulit.

Kerokan memang menjadi alternatif mengurangi gejala pegal-pegal, kembung, atau masuk angin (perut melilit, mual, badan tidak enak, panas dingin, pusing, dan sering sendawa). Jika gejalanya berlanjut, kata dia, sebaiknya harus segera diperiksakan ke dokter.

Menurut Fadli, sebenarnya tidak ada istilah sakit karena masuk angin. Kerokan dipilih masyarakat untuk mengurangi masuk angin karena mudah, murah, cepat, dan mungkin efektif. Meski sangat mengganggu aktivitas, masuk angin termasuk masalah kesehatan bersifat ringan dan dapat sembuh dengan sendirinya.

Perspektif antropologi: Sementara itu, antropolog dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Atik Triratnawati mengatakan, orang Jawa percaya kerokan mampu mengembalikan keseimbangan individu baik fisik maupun metafisik.

“Dalam mengatasi masuk angin, orang Jawa menggunakan cara `kerokan` sebagai penyembuhan holistik, yakni berusaha mengembalikan keseimbangan `jagad gedhe` (makrokosmos) maupun `jagad cilik` (mikrokosmos). Artinya, manusia berusaha memperbaiki relasi sosial, baik dengan sesama, lingkungan maupun Tuhan,” ucapnya.

Menurut Atik, penyembuhan holistik melihat manusia secara lengkap. Artinya, pasien bukan hanya sekadar tampilan jasad yang harus dibebaskan dari bakteri maupun penyakit fisik lainnya, melainkan lebih dari itu. Kerokan mengandung unsur tolong menolong.

“Dalam pengobatan holistik tidak hanya individu yang diperlakukan secara pribadi, tetapi juga ada unsur merawat, karena individu yang tidak mampu merawat diri sendiri, dibantu orang lain. Dalam hal ini kasih sayang akan muncul,” tutur Atik.

Bahkan, pascapengobatan, perilaku orang Jawa akan berubah lebih pasrah dan sabar atas apa yang akan terjadi, entah dalam keadaan sembuh maupun tidak. Dengan rasa sugesti yang kuat, kerokan mampu mempercepat proses kesembuhan. Bagi orang Jawa masuk angin telah dianggap sebagai gangguan kesehatan yang sifatnya lumrah, bahkan sering dianggap penyakit harian.

Pemahaman konsep Jawa mengenai masuk angin dikaitkan dengan yang masuk ke dalam tubuh. Sehingga, seluruh tubuh menjadi dingin. Angin yang bersifat dingin tersebut jika terdapat dalam jumlah yang tidak seimbang akan menimbulkan gangguan kesehatan. Teori penyebab penyakit ini muncul lebih didasarkan pada naturalistik daripada personalistik.

“Bagi orang awam masuk angin dianggap terjadi karena kehujanan, perut kosong, atau pencernaan kurang beres. Namun, bagi orang Jawa justru berbeda, dapat berupa fisik maupun mental bahkan keduanya,” ujar Atik.

Ia menganggap, perspektif medis hanya melihat masuk angin sebagai kumpulan gejala, seperti flu, sehingga penyembuhannya cenderung menekankan pada aspek klinis yang mandiri dan terpisah dari unsur budaya.

“Untuk angin duduk, kalangan medis menganggap sebagai gangguan pembuluh darah yang jika dibiarkan bisa menjadi serangan jantung,” ucapnya.

Baca Juga:

Terlalu Sering Main Medsos Berdampak pada Kesehatan Mental

Kesehatan Mental jadi Alasan Milenial Childfree

Polri Evaluasi Kesehatan Putri Candrawathi

Share: Kerokan dari Segi Medis dan Kepercayaan Orang Jawa