Covid-19

Rencana Singapura Hidup Berdampingan dengan Corona Berantakan

Ilham — Asumsi.co

featured image
Pixabay

Singapura menjadi negara yang dianggap sukses dalam penanganan pandemi dengan tingkat vaksinasi mencapai 80%. Negari Singa juga sempat menyatakan akan hidup berdampingan dengan Covid-19, tapi kemudian terjadi lonjakan kasus pada September.

Tadinya, dengan vaksinasi diharapkan Singapura bisa keluar dari pandemi, tapi semuanya tidak berjalan sesuai rencana.

Terjadi kasus berlipat ganda selama 10 hari pada September, sehingga membuat pemerintah memberlakukan kembali pembatasan kegiatan masyarakat.

Pembelajaran Serius

Melansir New York Times, pengalaman Singapura menjadi pembelajaran yang serius bagi negara-negara lain yang mengejar strategi pembukaan kembali. Bagi penduduk Singapura, mereka percaya bahwa negaranya akan dibuka kembali jika tingkat vaksinasi mencapai tingkat tertentu.

“Di satu sisi, kami adalah korban dari kesuksesan kami sendiri, karena kami telah mencapai hampir nol Covid dan tingkat kematian yang sangat, sangat rendah,” kata Dr. Paul Tambyah, spesialis penyakit menular di  National University Hospital.

“Jadi kami ingin mempertahankan posisi di puncak kelas, dan itu sangat sulit dilakukan.”

Berbeda dengan negara lain seperti Amerika Serikat dan Eropa yang sudah melakukan vaksinasi, dan telah menggelar konser, festival dan acara besar, Singapura masih berhati-hati. Namun, mereka gagal mencegah penyebaran varian delta yang cepat.

Lawrence Wong, Menteri Keuangan Singapura dan Ketua Satgas Covid-19 negara itu, mengatakan “Begitu Anda terbuka, lebih banyak interaksi sosial akan terjadi. Dan sifat varian Delta yang sangat menular,” katanya.

Vaksin telah berhasil membantu Singapura dengan membuat 98,4 persen kasus menunjukkan gejala ringan atau tanpa gejala. Kematian sebagian besar terjadi pada lansia, biasanya dengan penyakit penyerta, dan menyumbang 0,2 persen dari kasus selama 28 hari terakhir. Namun, semua itu menurut Wong tidak dapat melindungi terhadap infeksi, terutama ketika melawan varian Delta.

“Di Singapura, kami pikir Anda tidak bisa hanya mengandalkan vaksin saja selama fase peralihan ini,” katanya.

Peninjauan

Singapura berencana akan meninjau pembatasannya pada hari Senin (10/11/2021), dua minggu setelah diberlakukan, dan membuat penyesuaian tergantung pada situasi di masyarakat.

Wong menekankan bahwa Singapura masih melakukan segala bentuk pengetatan sekecil apa pun, akibat terjadi lonjakan pandemi. Pemerintah Singapura, bahkan meminta mereka yang memiliki gejala ringan atau tanpa gejala untuk pulih di rumah.

Banyak warga Singapura kebingungan tentang apa yang harus dilakukan dan pemerintah tampaknya tidak siap dengan situasi lonjakan Covid-19.

“Jika sistem perawatan kesehatan kewalahan, saat itulah kami tahu dari pengalaman, bahwa dokter tidak dapat mengatasinya dan ternyata memiliki tingkat kematian yang mulai naik,” kata Wong.

Namun, sejumlah dokter membantah klaim pemerintah bahwa sistem perawatan kesehatan sempat kewalahan. Dr Tambyah mengatakan ada cukup banyak penyangga di rumah sakit karena Singapura telah membatalkan semua operasi elektif.

Masalah bagi para pemimpin Singapura, katanya, adalah bahwa mereka “pada dasarnya melakukan transisi dari nol Covid menuju hidup dengan virus.”

Baca Juga

Share: Rencana Singapura Hidup Berdampingan dengan Corona Berantakan