Covid-19

Saran Epidemiolog Jelang Bali Dibuka Untuk Turis Asing

Ilham — Asumsi.co

featured image
Pixabay

Pemerintah akan membuka Bali untuk turis Asing. Rencananya Bandara Internasional Ngurah Rai Bali akan membuka pintu kedatangan internasional mulai 14 Oktober 2021.

Namun, wisatawan mancanegara yang diperbolehkan hanya berasal dari beberapa negara seperti Korea Selatan dan Selandia Baru.

“Kalau posisi di Bali, tadi sudah disampaikan oleh Pak Gub (Gubernur Koster), saya kira berani dan saya putuskan berani travel bubble dengan nanti negara-negara yang kemarin sudah kita lihat, China, Korea Selatan, Jepang, Uni Emirate Arab, dan nanti secara teknis akan disampaikan oleh Pak Gubernur. Tetapi, intinya kita terus menyiapkan infrastrukturnya. Kebutuhan kesehatannya, dan tanggal 14 itu betul-betul telah siap dibuka,” ujar Presiden Jokowi, Jumat (8/10).

Syaratmya: Wisatawan harus melakukan RT-PCR dengan kurun waktu 1×24 jam sebelum keberangkatan dari negara asal. Lalu pengunjung juga diwajibkan untuk melakukan karantina selama 8×24 jam. Setelah itu, pelancong baru diperbolehkan melakukan kegiatan di Bali.

Pesan Epidemiolog: Dicky Budiman, epidemiolog dari Griffith University berpesan kepada pemerintah pada rencana pembukaan Bali untuk turis asing mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik agar tidak terjadi lonjakan pandemi.

“Sebaiknya dibukanya untuk negara yang divaksinasi, akan lebih baik dari negara terkendali pandeminya. Turis yang bersangkutan sebelum pergi negatif dan di sini negatif dan paling penting sistem pendulilindungi juga sudah bisa mengakomodasi penerimaan vaksin luar negeri,” katanya saat dihubungi Asumsi.co, Senin (11/10/2021).

Ujicoba: Di samping itu, dari sisi kesiapan destinasi terpilih harus sudah diuji dulu sebelum pembukaan, karena kalau pembukaan ini tidak matang akan lebih serius masalahnya.

“Jadi menurut saya Oktober ini harus dipastikan siap dari semua aspek. Kita pastikan trennya stabil. Pintu masuk diperkuat vaksinasi 60 persen yang lengkap dan kelompok rawan sudah terlindungi. Itu disebut cukup relatif tapi memadai kondisi awal,” katanya.

Karantina: Ia melanjutkan kesiapan dan menghadapi varian baru masa karantina ini untuk sudah divaksinasi harus tetap ada dan diberlakukan. “Sekarang sulit, karena tidak vaksin yang mencegah penularan sehingga karantina diperlukan. Bila ada positif, kita harus bisa menerima konsekuensinya dan sistem pedulilindungi harus siap ketika ada kasus bisa ditelusuri,” katanya.

Selama percobaan pembukaan itu pemerintah harus mengamati sampai dua minggu ke depan dampaknya dan bagaimana protokolnya. “Kita masih dalam daftar negara merah. Pembukaan ini kesempatan untuk menguji dan membuktikan dunia bahwa kita sudah punya sistem dan kesiapan masyarakat yang mendukung terkendali pandemi,” katanya.

Baca Juga

Share: Saran Epidemiolog Jelang Bali Dibuka Untuk Turis Asing