Isu Terkini

Kronologi Tragedi Kanjuruhan versi Aremania

Manda Firmansyah — Asumsi.co

featured image
Antara/Ari Bowo S

Pendukung Arema FC (Aremania) dari wilayah Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang, mengungkapkan kronologi tragedi di Stadion Kanjuruhan yang menyebabkan ratusan orang meninggal dunia.

Dipicu minta foto: Aremania Korwil Bantur The Black Lion Slamet Sanjoko mengatakan, sesungguhnya selama jalannya pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya berjalan kondusif.

“Awalnya, ada dua orang yang mau berfoto setelah pertandingan bersama pemain Arema FC. Kami sudah menyampaikan ke petugas untuk tidak memberikan izin,” ucapnya, dilansir dari Antara.

Kronologi: Namun, karena dua orang suporter tersebut terus memaksa agar diperbolehkan masuk area lapangan, akhirnya diizinkan ke lapangan. Setelah diizinkan untuk memasuki area lapangan, kata dia, kedua orang itu ternyata menghampiri pemain Arema FC yang masih berada di dalam lapangan untuk meminta maaf kepada para suporter atas kekalahan dari Persebaya.

“Dua anak itu, yang akan berfoto ternyata mereka mendekat ke pemain Arema FC. Kemudian terjadi bentrokan, pemicunya ada di situ,” ujar Slamet.

Aksi dua orang supporter tersebut memicu pendukung lainnya untuk memasuki area lapangan. Namun, Slamet tetap meminta kepada rekan-rekannya yang dari wilayah Bantur untuk tidak ikut masuk lapangan.

Setelah melihat situasi mulai tidak terkendali, Slamet bersama rekan-rekannya segera mengemasi bendera yang mereka bawa dan bergegas mencari jalan keluar karena khawatir situasi akan memburuk.

“Sekitar tiga menit kami keluar gerbang, itu ada tembakan gas air mata ke arah tribun, kami lolos dan tidak tahu bagaimana kondisi di dalam. Namun ada rekan yang terkena gas air mata,” tutur Slamet..

Gas air mata: Ia menyayangkan adanya penembakan gas air mata ke arah tribun. Sebab, gas air mata membuat para penonton panik dan berusaha untuk berhamburan keluar. Saat itu, lampu pencahayaan di dalam Stadion Kanjuruhan juga sudah dimatikan oleh petugas, meski kondisi tribun masih penuh penonton.

“Kalau yang masuk ke lapangan mungkin masih bisa kami terima karena mereka memang melanggar batas area. Tetapi kenapa yang di tribun? salah apa ditembak gas air mata?,” ucapnya.

Sebagai informasi, petugas menggunakan gas air mata untuk membubarkan kerusuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan usai laga antara Arema FC melawan Persebaya Setelah peluit panjang ditiup, ribuan suporter masuk ke dalam lapangan dan mengejar pemain serta ofisial.

Baca Juga:

Polri akan Kumpulkan Rekaman CCTV di Tragedi Kanjuruhan

Harus Ada Tim Pencari Fakta Tragedi Kanjuruhan

Jokowi Minta Liga 1 Dihentikan dan Perintahkan Kapolri Usut Tuntas Tragedi Kanjuruhan

Share: Kronologi Tragedi Kanjuruhan versi Aremania