Bisnis

Asing Banyak Danai Startup Lokal, Erick Thohir: Salah Kita

Ilham — Asumsi.co

featured image
bumn.go.id

Menteri BUMN Erick Tohir mengajak perusahaan BUMN untuk investasi di Startup. Menurut dia, dibanding BUMN, perusahaan asing lebih banyak berinvestasi di lima unicorn Indonesia.

“Itu bukan salah asing, tapi salah kita. Maka kita coba list siapa yang future unicorn, ada enggak founder-nya orang Indonesia, tapi pembiayaan terbesarnyaa juga dari Indonesia,” katanya dalam keterangan resmi, Senin (20/9/2021).

Support Startup

Erick menegaskan Kementerian BUMN sangat mendukung investasi di perusahaan startup menjadi bagian besar program transformasi BUMN. “Kita akan support besar-besaran startup di Indonesia dengan kekuatan investasi,” tegasnya.

Salah satu bentuk KPI (Key Performance Indicator) BUMN adalah berinvestasi di 50 perusahaan startup. Karenanya BUMN belakangan banyak membentuk venture capital dan gencar berinvestasi pada startup.

Menurutnya beberapa BUMN sudah investasi di startup. Seperti Telkomsel 15, BRI 15, Mandiri Capital 15. “Saya juga berikan kesempatan BNI untuk mulai, masuk tapi cukup 5,” katanya.

Bahkan, Kementerian BUMN tengah mengkaji pembentukan equity financing (lembaga pembiayaan) khusus untuk membiayai perusahaan rintisan (startup).

Baca Juga: Serbuan IPO Saham Teknologi

Mantan bos Inter Milan ini menuturkan, dirinya akan mempersiapkan secara matang pembentukan equity financing. Apalagi, ia dengar, beberapa BUMN sudah tertarik bergabung.

“Tapi saya masih review. Saya tidak mau jadi isu baru, semuanya berinvestasi kejar return, tapi tanpa pondasi. Makanya harus matang,” katanya.

Saat ini Indonesia hanya memiliki lima perusahaan rintisan dengan valuasi nilai mencapai US$1 miliar atau biasa disebut unicorn. Hal ini berbeda dengan Cina yang memiliki 101 unicorn dan Amerika Serikat yang memiliki 207 unicorn.

Perlu Persiapan Matang

Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira, mengatakan pendirian modal ventura untuk membiayai startup sebetulnya sudah lama oleh beberapa BUMN khususnya dari bank seperti Mandiri Ventura.

Namun, valuasi kredit perbankan belum mampu untuk mengukur apakah startup layak diberikan kredit atau tidak. “Jadi jalan keluarnya perbankan atau BUMN membuat pendanaan sendiri terkait startup. Yang penting, harus ada standar khusus untuk perusahaan plat merah yang ingin masuk startup,” katanya saat dihubungi Asumsi.co, Senin (20/9/2021).

Ia menyarankan beberapa hal agar BUMN tidak terjebak ikut-ikutan investasi startup. Pertama melihat model bisnisnya, apakah dibutuhkan konsumen, apakah dapat meningkatkan efektifitas dan efiesiensi bagi BUMN atau tidak.

“Misal perbankan ingin membuat fintech berbentuk e-wallet. Itukan bermanfaat bagi modal ventura yang ingin mengembangkan bisnis intinya. Daripada mengembangkan atau investasi mahal lebih baik menginjeksi startup,” katanya.

Kemudian, harus diperhatikan kedua adalah persaingannya, kalau sudah ada startup existing dan market leader sebaiknya investasi di market leader itu. Lalu, ketiga yang harus dilihat juga kapan startup tadi meningkatkan profitabilitasnya dan pengembalian modalnya.

“Itu juga harus diperhatikan. Mengapa? Bagaimanapun juga BUMN. Secara regulasi lebih ketat dan pengawasan banyak dari DPR, dari internal pengawasan pemerintah. Jangan sampai ketika suntik startup rugi dan ditemukan kerugian negara, itu banyak dikhawatirkan. Apalagi BUMN yang masih mendapatkan dana penyertaan dari negara,” katanya.

Untuk itu, kata dia, diharapkan lebih hati-hati, dan memilih yang berkualitas. “Ke depan akan banyak pendanaan startup, tapi harus memilih startup yang memenangkan kompetisi dan dibutuhkan masyarakat Indonesia. Bukan sekedar startup yang valuasi besar- besaran,”katanya.

Menurutnya, jangan sampai BUMN hanya meramaikan pesta startup yang sudah existing. Kalau perlu menemukan bibit baru yang akan menjadi market leader. “Punya potensi, model bisnis yang bagus mengapa tidak melakukan pendanaan,” katanya.

Share: Asing Banyak Danai Startup Lokal, Erick Thohir: Salah Kita