Indonesia masuk dalam daftar negara yang berpotensi turut mengalami resesi. Survei dari Bloomberg menempatkan Indonesia di urutan kedua terbawah dari 15 negara yang berpotensi resesi. Meskipun kemungkinannya hanya 3 persen.
Resesi merupakan kondisi ketika produk domestik bruto (PDB) atau pertumbuhan ekonomi suatu negara negatif selama dua kuartal berturut-turut. Indonesia pernah mengalami hal ini pada 2020, ketika gelombang pandemi Covid-19 pertama kali menerjang Tanah Air.
Potensi kecil: Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Mohammad Faisal menekankan bahwa potensi resesi di Indonesia amat kecil. Karena pangsa pasar yang besar dan rendahnya ketergantungan terhadap ekonomi global relatif lebih rendah.
Harga barang melambung: Faisal menerangkan bahwa efek resesi adalah meningkatnya harga barang-barang di negara yang terdampak. Efek ini akan membuat masyarakat kelimpungan karena kesulitan membeli barang, apalagi jika merambah ke harga sembako.
“Seperti yang umumnya terjadi di banyak negara yang mengalami inflasi yang tinggi, seperti juga yang dialami Amerika sekarang adalah kesulitan untuk memperoleh barang-barang dari sisi keterjangkauan harganya. Kalau di Amerika sampai ke pangan yang harganya mahal sekali,” katanya Faisal kepada Asumsi.co, Senin (18/7/2022).
Pengangguran meningkat: Dampak ini akan diikuti oleh penurunan penyerapan tenaga kerja oleh dunia industri. Sebab kenaikan harga barang memicu produsen menekan biaya produksi dengan menekan upah buruh dan penyerapan terhadap tenaga kerja.
“Tapi sekarangkan kalau lihat dari kenyataan sampai dengan hari ini rilis BPS kemarin kan tingkat pengangguran mengalami penurunan. Ya jadi belum kelihatan, dari sisi ini juga potensinya (potensi resesi di Indonesia) rendah,” ujarnya.
Senggol bidang politik: Faisal mengatakan, dampak resesi juga bakal menyenggol lini lain, seperti ranah sosial maupun politik. Timbulnya resesi di Indonesia dipastikan bakal mengganggu bidang yang erat kaitannya dengan ekonomi, yang pasti tak bisa dielakkan adalah dampaknya terhadap bidang politik.
Faisal menyarankan pemerintah untuk melakukan sejumlah langkah guna menekan serendah mungkin potensi timbulnya resesi tersebut. Dia menekankan supaya pemerintah menjaga stok pangan di pasaran.
“Misalkan terjadi kekurangan suplai [pangan] dari luar, dari dalam negeri bisa meng-cover sehingga harganya tidak meningkat terlalu tinggi dan cukup terjangkau oleh masyarakat,” sarannya.
Pertahankan subsidi: Faisal juga menyarankan supaya pemerintah juga tetap mempertahankan subsidi yang diberikan ke masyarakat kelas bawah supaya mereka bisa mengakses kebutuhannya. Terutama barang-barang yang menyangkut kebutuhan pangan.
“Yang terkait juga masalah pangan adalah BBM karena BBM ini mempengaruhi harga pangan ya karena dipakai untuk transportasi logistik ya. Untuk distribusi pangan, sehingga harga BBM bersubsidi harus tetap terjaga untuk menahan inflasi,” pintanya.
Dalam situasi seperti ini, Faisal juga meminta pemerintah agar mempertahankan kebijakan pemberian bantuan sosial kepada masyarakat rentan. Pemerintah harus memfokuskan kebijakan untuk membantu kalangan lapis bawah.
“Terus menjaga iklim usaha supaya para pebisnis tidak mengalami tekanan dari sisi keuntungan, sehingga tidak juga berdampak pada pengurangan tenaga kerja,” tandas Faisal.
Baca Juga:
Kenapa Harga Emas Bisa Naik Turun?