Iran mengatakan bahwa pihaknya menjatuhkan sanksi kepada 61
 warga Amerika Serikat (AS) , termasuk mantan Menteri Luar Negeri Mike Pompeo,
 Sabtu (16/7).
Sanksi itu dijatuhkan kepada para individu itu karena
 dianggap mendukung kelompok pembangkang Mujahidin-e-Khalq (MEK).
Penjatuhan sanksi ini terjadi di saat buntunya pembicaraan
 untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir.
Individu lainnya yang masuk daftar hitam oleh Kementerian
 Luar Negeri Iran karena menyuarakan dukungan untuk kelompok pembangkang
 Mujahidin-e-Khalq (MEK) yang diasingkan, di antaranya mantan pengacara Presiden
 Donald Trump Rudy Giuliani dan mantan penasihat keamanan nasional Gedung Putih
 John Bolton.
Sanksi, yang dikeluarkan terhadap lusinan orang Amerika di
 masa lalu dengan berbagai alasan, memberi kuasa pada otoritas Iran untuk
 menyita aset apa pun yang mereka miliki di Iran.
Tetapi, karena tidak adanya aset semacam itu, berarti
 langkah-langkah tersebut kemungkinan bersifat simbolis.
Giuliani, Pompeo dan Bolton telah dilaporkan secara luas
 telah mengambil bagian dalam acara MEK dan menyuarakan dukungan untuk kelompok
 tersebut.
Pada Januari Iran memberlakukan sanksi terhadap 51 orang
 Amerika.
Kemudian, Iran kembali memasukkan 24 warga AS ke dalam
 daftar hitam pada April.
Pembicaraan tidak langsung Iran dengan Amerika Serikat
 mengenai upaya menghidupkan kembali pakta nuklir 2015 dimulai pada November di
 Wina dan berlanjut di Qatar pada Juni.
Namun, negosiasi tersebut menemui jalan buntu selama
 berbulan-bulan.
Pada 2018, Presiden AS Trump meninggalkan kesepakatan itu
 karena pakta itu terlalu lunak terhadap Iran.
Trump, Presiden AS saat itu, menerapkan kembali sanksi keras
 AS, mendorong Teheran untuk melanggar batas nuklir dalam pakta tersebut.
Sementara itu, Pemerintahan Biden berjanji untuk mendukung
 semua orang Amerika meskipun ada ketidaksepakatan mengenai politik atau kebijakan.
“Amerika Serikat akan melindungi dan membela warganya.
 Ini termasuk mereka yang berdinas bagi 
 Amerika Serikat sekarang dan mereka yang dulu bertugas,” kata juru
 bicara Departemen Luar Negeri, seperti dikutip Antara dari Reuters.
“Kami bertekad melawan ancaman dan provokasi, dan kami
 akan bekerja dengan sekutu dan mitra kami untuk mencegah dan menanggapi setiap
 serangan yang dilakukan oleh Iran.”
Baca Juga