Isu Terkini

Hari Udara Bersih Internasional, Kualitas di Indonesia Masih Buruk

Maulana Iskandar — Asumsi.co

featured image
Aviv Rachmadian/ Unsplash

Udara bersih merupakan elemen penting bagi kesehatan dan kehidupan manusia. Masyarakat internasional juga mengakui bahwa peningkatan kualitas udara dapat meningkatkan mitigasi perubahan iklim yang dapat meningkatkan kualitas udara.

Maka dari itu, berkat meningkatnya minat masyarakat internasional terhadap udara bersih, PBB dalam Environment Programme menetapkan tanggal 7 September sebagai hari udara bersih untuk langit biru dunia atau International Day of Clean Air for Blue Skies.

Dilansir dari laman United Nations (7/9/21) pada tahun ini, Hari Udara Bersih Internasional mengangkat tema “Healthy Air, Healthy Planet” yang menekankan pada kesehatan dari polusi udara serta memproritaskan kebutuhan udara yang sehat, terutama pada masa pandemic COVID-19.

Selain itu, peringatan Hari Udara Bersih Internasional tahun ini juga bertujuan sebagai seruan untuk bertindak mengklaim hak kita atas udara bersih dengan kampanye #HealthyAirHealthyPlanet.

Kita semua berhak untuk menghirup udara bersih dan sehat. Namun, pencemaran dan polusi udara yang ada, tanpa disadari manusia sendiri yang membuatnya. Tidak hanya berdampak pada kesehatan manusia, tapi juga akan berdampak negatif kepada seluruh mahluk yang ada di bumi.

Polusi dan Dua Dampak Penting

Polusi atau pencemaran udara adalah sebuah risiko lingkungan terbesar bagi kesehatan, bahkan menjadi salah satu penyebab utama kematian manusia dan juga berdampak negatif pada ekosistem. Sekitar 6,5 juta kematian dini (2016) di seluruh dunia disebabkan oleh polusi udara dalam maupun luar ruangan.

Kualitas udara yang buruk menjadi tantangan bagi semua negara dalam konteks pembangunan yang berkelanjutan. Khususnya di kawasan perkotaan yang ada di negara berkembang yang tingkat polusi udaranya lebih tinggi dari batas yang ditetapkan dalam pedoman kualitas udara organisasi kesehatan dunia. Polusi udara juga memberikan dampak penting bagi kesehatan dan juga iklim.

Dampak Kesehatan 

Partikel dari polusi udara yang sangat kecil dapat menembus ke dalam paru-paru, aliran darah dan tubuh kita. Partikel kecil ini bertanggung jawab sekitar sepertiga kematian akibat stroke, pernapasan kronis dan kanker paru-paru, serta seperempat kematian akibat serangan jantung.

Penyebab asma dan penyakit pernapasan kronis juga diakibatkan oleh ozon di permukaan tanah yang dihasilkan dari interaksi berbagai polutan di bawah sinar matahari.

Dampak Iklim

SLCPs atau polutan iklim berumur pendek adalah salah satu polutan yang paling terkait dengan efek kesehatan dan pemanasan jangka pendek di bumi. Mereka dapat bertahan samapi beberapa dekade, sehingga mengurangi manfaat bagi kesehatan dan iklim.

Baca Juga: Kualitas Udara Jakarta Memburuk Padahal PPKM, Kenapa?

Beberapa polutan udara, seperti karbon hitam, metana, dan ozon di permukaan tanah, juga merupakan polutan iklim berumur pendek dan bertanggung jawab atas sebagian besar kematian terkait polusi udara.

Udara Bersih dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

Negara-negara PBB menyadari, untuk mengurangi jumlah kematian dan penyakit akibat bahan kimia berbahaya serta polusi udara, air dan tanah, perhatian khusus harus diberikan pada kualitas udara dan pengelolaan sampah dan lainnya pada tahun 2030.

Selain itu, dalam dokumen hasil Konferensi PBB tentang pembangunan berkelanjutan yang berjudul “Masa Depan Yang Kita Inginkan” yang mana Negara-negara berkomitmen untuk mempromosikan kebijakan pembangunan berkelanjutan yang mendukung kualitas udara yang sehat. Serta mengakui bahwa pengurangan polusi udara penting untuk pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan.

Masih Buruk

Sebagai salah satu organisasi lingkungan tertua di Indonesia, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia atau WALHI menilai bahwa kondisi udara di beberapa tempat di Indonesia pada waktu-waktu tertentu masih buruk. Hal ini terjadi karena polusi udara memang sangat dipengaruhi oleh iklim, topografi dan sumber pencemarannya.

Sawung Eknas, salah satu juru kampanye isu urban WALHI mengatakan, “Kondisi udara di wilayah tertentu masih buruk. Berbahaya untuk kesehatan pada durasi dan konsentrasi tertentu. Ini bisa merusak organ pernafasan dan membuat penyakit kronis.” ujarnya.

Beberapa wilayah di Indonesia seperti Jakarta dan sekitarnya memiliki kualitas udara yang buruk. Sumatera dan Kalimantan juga buruk jika sedang dalam musim asap. Bahkan kota-kota besar dan industri di Jawa pun memiliki kualitas udara yang kurang baik.

Sawung Eknas juga mengatakan bahwa solusi utama untuk mengatasi pencemaran udara adalah dengan mengendalikan sumber pencemarannya. Selama sumber pencemarannya masih terjadi maka polusi udara akan tetap ada begitu tuturnya.  

Ia menjelaskan, sumber pencemaran udara terbesar di Indonesia adalah kebakaran hutan, walau tidak setiap tahunnya tinggi. “Itu kalau akumulasi, cuma kebakaran yang besar 4-5 tahun sekali. Sementara untuk sehari-hari, sumber pencemaran udara terbesar dari sektor industri dan transportasi,” ucap dia.

Share: Hari Udara Bersih Internasional, Kualitas di Indonesia Masih Buruk