Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Bali membongkar praktik apotek sabu-sabu di Singaraja, Buleleng, Bali. Apotek sabu-sabu sendiri merujuk pada tempat tertentu, seperti kediaman seorang bandar untuk menjual narkoba dan menyediakan tempat bagi pecandu untuk menyalahgunakan barang ilegal tersebut.
Tangkap 4 tersangka: Kepala BNN Bali, Brigjen Pol. I Gde Sugianyar Dwi Putra mengatakan bahwa pihaknya menangkap bandar berinisial TOM yang mengoperasikan apotek sabu-sabu tersebut.
Selian TOM, apotek sabu-sabu itu juga dikendalikan oleh tiga anggota keluarganya, yaitu DP, KLS, dan AM. Kini BNN Bali telah menetapkan mereka sebagai tersangka dalam perkara ini.
Ratusan pelanggan: Melansir Antara, apotek sabu-sabu yang dioperasikan TOM beserta keluarga diduga memiliki ratusan pelanggan. Sugianyar mengatakan, pihaknya telah mengetahui daftar pemakai sabu-sabu yang merupakan pelanggan atau “pasien” dari apotek sabu-sabu milik TOM. Para pemakai itu diketahui masih berada di Kota Singaraja, Buleleng, dan daerah sekitarnya.
Pemasok: Kepala Bidang Pemberantasan BNN Bali I Putu Agus Arjaya menjelaskan, TOM mendapat pasokan sabu-sabu dari jaringan bandar di Desa Sidetapa, Kabupaten Buleleng, Bali.
“Hampir semua pemain di sana (Sidetapa) memasok ke Tom,” katanya saat jumpa pers di Denpasar akhir bulan lalu (31/5/2022).
Desa Sidetapa yang merupakan salah satu permukiman tua di Bali telah menjadi sorotan BNN dan aparat penegak hukum lain untuk kasus peredaran narkotika. Di desa yang terletak di wilayah perbukitan itu dikenal sebagai daerah “merah” atau rentan peredaran narkotika, khususnya jenis sabu-sabu.
Berlindung dengan masyarakat: Sementara itu, Sugianyar meyakini jaringan peredaran sabu-sabu di Desa Sidetapa berlindung di balik masyarakat untuk menghindari aparat penegak hukum. Oleh karena itu, pihaknya mempunyai strategi khusus untuk membongkar dan menghapus jaringan bandar sabu-sabu di Sidetapa sehingga tidak terjadi bentrok atau perselisihan antarkelompok masyarakat.
“Itu bagian dari proses penyidikan karena kami tahu, jaringan yang saya hadapi ini berkamuflase berlindung di balik kelompok masyarakat yang kadang-kadang diberikan informasi tidak lengkap tentang jaringan mereka,” kata dia.
Dia menjelaskan langkah itu sengaja dilakukan oleh jaringan bandar di Sidetapa demi menghambat upaya BNN.
“Namun, BNN punya strategi, kami tidak mau dibenturkan dengan kelompok masyarakat. Kami punya strategi yang suatu saat akan menjangkau (menangkap, red.) jaringan itu,” pungkas Sugianyar.
Baca Juga:
BNN Tangkap PNS-Kepala Lingkungan Terkait ‘Apotek’ Sabu Singaraja