Isu Terkini

Khilafatul Muslimin Sama Bahayanya dengan HTI, NII, dan ISIS

Joko Panji Sasongko — Asumsi.co

featured image
ANTARA/HO-BNPT

Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme
(BNPT) Brigjen Pol R Ahmad Nurwakhid mengatakan kelompok Khilafatul Muslimin
sama bahayanya dengan HTI, NIII dan ISIS karena mengkampanyekan tegaknya sistem
khilafah.

Hal ini diungkapkan Nurwakhid di Bogor, menanggapi tayangan
di media sosial terkait konvoi rombongan pemotor dengan membawa atribut
bertuliskan ‘Kebangkitan Khilafah’ di Brebes, Jawa Tengah, dan Cawang, Jakarta
Timur.

Dalam beberapa atributnya, mereka mengkampanyekan tegaknya
sistem khilafah sebagai solusi umat yang dilakukan oleh kelompok Khilafatul
Muslimin.

Nurwakhid, dalam keterangan tertulisnya, mengatakan
Khilafatul Muslimin ini sebenarnya memiliki cita dan ideologi yang sama dengan
HTI yang telah dibubarkan oleh pemerintah, yaitu mendirikan khilafah.

“Bedanya, HTI merupakan gerakan trans-nasional dan sedang
memperjuangkan sistem khilafah di berbagai negara. Sementara Khilafatul
Muslimin mengklaim sudah mendirikan khilafah dengan adanya khalifah yang
terpilih,” jelas Nurwakhid seperti dilansir Antara.

Nurwakhid menjelaskan genealogi Khilafatul Muslimin tidak
bisa dilepaskan dari NII karena sebagian besar tokoh kunci dalam gerakan ini
adalah mantan NII.

Pendiri dan pemimpinnya adalah Abdul Qadir Hasan Baraja
mantan anggota NII sekaligus salah satu pendiri Pondok Pesantren Ngruki dan
ikut ambil bagian dalam Majelis Mujahidin Indonesia pada 2000, walaupun memilih
tidak aktif.

Nurwakhid menambahkan ada beberapa parameter yang bisa
dipakai dalam melihat Khilafatul Muslimin. Pertama, aspek ideologi sangat
berbahaya dengan memiliki cita ideologi khilafah di Indonesia sebagaimana HTI.

“Walaupun dalam pengakuan mereka tidak bertentangan
dengan Pancasila, namun ideologi mereka adalah mengkafirkan sistem yang tidak
sesuai dengan pandangannya,” jelasnya.

Kedua, lanjut Nurwakhid, secara historis, pendiri gerakan
ini sangat dekat dengan kelompok radikal seperti NII, MMI dan memiliki rekam
jejak dalam kasus terorisme. Baraja telah mengalami 2 kali penahanan, pertama
pada Januari 1979 berhubungan dengan Teror Warman, ditahan selama 3 tahun.
Kemudian ditangkap dan ditahan kembali selama 13 tahun, berhubungan dengan
kasus bom di Jawa Timur dan Borobudur pada awal tahun 1985.

Ketiga, dampak ideologis, gerakan ini yang memiliki
cita-cita ideologi perubahan sistem sangat rentan bermetamorfosa dalam gerakan
teror.

“Lihatlah kasus penangkapan NAS tersangka teroris di
Bekasi yang ditemukan di kontrakan-nya kardus berisi Khilafatul Muslimin dan
logo bordir Khilafatul Muslimin,” ungkapnya.

Selain itu, lanjut Nurwakhid, gerakan Khilafatul Muslimin
mudah berafiliasi dengan jaringan kelompok teror seperti ISIS. Bahkan pada masa
kejayaan ISIS pada tahun 2015, Rohan Gunaratna Peneliti Terorisme dari
Singapura menggolongkan Khilafatul Muslimin telah berbaiat kepada ISIS.

Terkait masalah ini, Nurwakhid memaparkan, BNPT yang
diamanatkan sebagai leading sector untuk melakukan koordinasi pencegahan
terhadap paham yang dapat mendorong terorisme telah mengkoordinasikan
Pemerintah Daerah, Forkopimda di seluruh wilayah NKRI untuk mewaspadai gerakan
ini karena bertentangan dengan falsafah bangsa dan berpotensi melahirkan
gerakan terorisme.

“Koordinasi ini akan terus dikuatkan. Tujuannya untuk
terus melakukan deteksi sedini mungkin terkait potensi munculnya akar
radikalisme dan terorisme di tengah masyarakat,” ucap Nurwakhid
menegaskan.

Baca Juga

Share: Khilafatul Muslimin Sama Bahayanya dengan HTI, NII, dan ISIS