Isu Terkini

Pendiri Eks NII, Khilafatul Muslimin Punya Visi Seperti HTI

Manda Firmansyah — Asumsi.co

featured image
ANTARA/Twiter/@miduk17/Yogi Rachman

Sosial media dihebohkan dengan konvoi rombongan premotor dengan membawa atribut bertuliskan ‘Kebangkitan Khilafah’ di Brebes, Jawa Tengah (Jateng), dan Cawang, Jakarta Timur (Jaktim). Dalam atributnya, kelompok yang mengatasnamakan Khilafatul Muslimin itu mengkampanyekan tegaknya sistem khilafah sebagai solusi umat. 

Seperti HTI: Menanggapi hal itu, Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Pol. R. Ahmad Nurwakhid mengatakan, kelompok Khilafatul Muslimin ini sebenarnya memiliki cita dan ideologi yang sama dengan HTI (Hizbut Tahrir Indonesia). 

“Bedanya, HTI merupakan gerakan trans-nasional dan sedang memperjuangkan sistem khilafah di berbagai negara. Sementara Khilafatul Muslimin mengklaim sudah mendirikan khilafah dengan adanya khalifah yang terpilih,” tutur Nurwakhid di Bogor, Selasa (31/5/2022), dilansir dari Antara. 

Genealogi NII: Menurut Nurwakhid, genealogi Khilafatul Muslimin tidak bisa dilepaskan dari Negara Islam Indonesia (NII). Sebab, sebagian besar tokoh kunci dalam gerakan ini adalah mantan NII.

Pendiri dan pemimpinnya adalah Abdul Qadir Hasan Baraja, mantan anggota NII sekaligus salah satu pendiri Pondok Pesantren Ngruki. Abdul Qadir Hasan Baraja juga ikut ambil bagian dalam Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) tahun 2000, meski memilih tidak aktif.

Mengkafirkan sistem: Ia menilai, dari aspek ideologi, Khilafatul Muslimin sangat berbahaya, karena memiliki cita ideologi khilafah di Indonesia, seperti HTI yang telah dibubarkan pemerintah.

“Walaupun dalam pengakuan mereka tidak bertentangan dengan Pancasila, namun ideologi mereka adalah mengkafirkan sistem yang tidak sesuai dengan pandangannya,” ucapnya.

Secara historis, pendiri gerakan ini sangat dekat dengan kelompok radikal seperti NII, MMI dan memiliki rekam jejak dalam kasus terorisme. Baraja telah mengalami 2 kali penahanan. Yaitu, pada Januari 1979 berhubungan dengan Teror Warman, ditahan selama 3 tahun. Kemudian, ditangkap dan ditahan kembali selama 13 tahun terkait kasus bom di Jawa Timur dan Borobudur pada awal tahun 1985.

Rentan jadi teror: Dari segi dampak ideologis, gerakan ini yang memiliki cita-cita ideologi perubahan sistem sangat rentan bermetamorfosa dalam gerakan teror. 

“Lihatlah kasus penangkapan NAS tersangka teroris di Bekasi yang ditemukan di kontrakannya kardus berisi Khilafatul Muslimin dan logo bordir Khilafatul Muslimin,” ujar Nurwakhid. 

Terafiliasi dengan ISIS: Selain itu, gerakan Khilafatul Muslimin mudah berafiliasi dengan jaringan kelompok teror seperti ISIS. Bahkan, pada masa kejayaan ISIS pada tahun 2015, Rohan Gunaratna Peneliti Terorisme dari Singapura menggolongkan Khilafatul Muslimin telah berbaiat kepada ISIS.

BNPT, kata dia, akan berkoordinasi dengan pemerintah daerah, Forkopimda di seluruh wilayah untuk mewaspadai gerakan ini karena bertentangan dengan falsafah bangsa dan berpotensi melahirkan gerakan terorisme. 

“Koordinasi ini akan terus dikuatkan. Tujuannya untuk terus melakukan deteksi sedini mungkin terkait potensi munculnya akar radikalisme dan terorisme di tengah masyarakat,” tutur Nurwakhid.

Baca Juga:

NII Disebut Induk Jaringan Teroris di Indonesia 

Konvoi Motor Bawa Atribut Khilafah Bagikan Selebaran di Jaktim 

Densus Tangkap 24 Orang Terduga Teroris MIT Poso dan ISIS

Share: Pendiri Eks NII, Khilafatul Muslimin Punya Visi Seperti HTI