Bisnis

Seberapa Kuat IPO Bukalapak Menarik Minat Investor Muda?

Ilham — Asumsi.co

featured image
unsplash

Bukalapak tinggal menunggu waktu untuk menjadi perusahaan publik. Salah satu Unicorn Indonesia ini telah membuka penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) sejak 27-30 Juli 2021. Hari ini (3/8/2021), Bukalapak bersama para penjamin emisi IPO akan melakukan penjatahan saham-saham yang ditawarkan.

Bukalapak menawarkan sebanyak 25,76 miliar saham dengan harga perdana Rp850 per saham. Jika sesuai rencana itu, maka Bukalapak akan meraup dana segar hingga Rp21,9 triliun dan menjadi salah satu IPO terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Namun seberapa besar minat investor untuk menggenggam saham dengan kode BUKA ini?

Head of Communications and Sustainability Bukalapak Herry Cahyono enggan menyebut berapa banyak minat investor yang membeli saham Bukalapak saat IPO. Termasuk berapa banyak investor milenial atau muda yang membeli dan total investor. Herry menyampaikan belum bisa memberikan informasi tersebut kepada khalayak media. “Untuk informasi seperti itu, mohon maaf kami belum bisa membagikan, ya, ujar Herry saat dihubungi Asumsi.co.

Meski begitu, Herry menyampaikan, manajemen telah mengalokasikan 0,05% atau setara 14,02 juta saham yang ditawarkan pada saat IPO untuk program alokasi saham kepada karyawan atau employee stock allocation (ESA). Harga alokasi saham ini pun setara dengan harga perdana yang ditawarkan ke publik.

Selain itu, kami juga akan menerbitkan opsi saham untuk program Management Employee Stock Option Plan (MESOP) sebanyak-banyaknya 4,91% atau 5,06 miliar dari modal ditempatkan dan disetor penuh dalam perseroan setelah pelaksanaan IPO,” katanya.

Dihubungi terpisah, Direktur Utama BEI Inarno Djayadi juga belum mendapatkan data yang pasti mengenai kenaikan investor saham terkait IPO Bukalapak. “Saya belum tahu detailnya. Berapa persen millenialnya dan berapa banyak tambah Single Investor Indentification (SID) baru. Saya belum dapat data rincinya,” terang Inarno.

Data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) per akhir Desember 2020 menyebutkan, jumlah investor di pasar modal mencapai 3,87 juta atau naik 55,83% dari posisi akhir 2019 sebanyak 2,48 juta. Dari jumlah itu, investor reksadana masih mendominasi dengan jumlah 3,16 juta, disusul investor saham 1,69 juta, dan investor surat berharga negara (SBN) 460.041.

Dari sisi demografi, investor muda memang mendominasi jumlah investor di pasar modal. Data KSEI menyebut, jumlah investor dengan usia 30 ke bawah mencapai 54,79%, usia 31-40 sebanyak 22,55%, usia 41-50 sebanyak 11,91%, usia 51-60 sebanyak 6,56%, dan 60 ke atas sebanyak 4,19%.

Potensi Bukalapak Menarik Investor Muda

Sejatinya, penawaran perdana saham perusahaan-perusahaan besar selalu menarik minat para investor, khususnya investor muda. Terlebih, bagi Bukalapak yang selama ini cukup dekat dengan kalangan milenial dan manajemennya pun diisi oleh anak-anak muda.

Salah satu investor yang meminati saham Bukalapak adalah CEO Finansialku Melvin Mumpuni. Kepada Asumsi.co, Melvin menyampaikan dirinya sempat mengikuti animo IPO Bukalapak. Ia sempat membeli saham Bukalapak. Melvin juga melihat milenial seperti dirinya banyak yang membeli, karena animonya tinggi. “Namun, kalau nggak yakin perusahaannya jangan membeli,” tutur Melvin.

Melvin sebagai investor milenial mengatakan bahwa memang dari kinerja Bukalapak itu minus. Secara pribadi, ia tidak bisa mengatakan murah atau mahal. Karena secara value, ia belum mendapat banyak data terkait Bukalapak. “Meski fakta laporan keuangan minus, dan marketing juga mahal. Kalau harga naik, kemungkinan akan naik, karena adanya kepercayaan market berbeda dengan value,” jelas Melvin. 

Ia menyarankan kepada masyarakat apabila ada perusahaan yang IPO, harus tahu prospektus perusahaannya. Kinerjanya bagaimana. “Jangan mau ikut-ikutan saja,” imbuh dia.

Senada, CEO Ternakuang.id Timothy Ronald menilai IPO mendorong antusias investor retail akan membeli saham bukalapak. “Tapi sebelum IPO, investor diperbolehkan membeli saham. Ada namanya fix allotment juga. Waktu fix allotment saya tidak dapat banyak. Mereka yang ikut juga nggak dapat,” ungkap Timothy.

Timothy sempat ingin membeli 4,5 miliar saham Bukalapak, tapi hanya mendapatkan jatah 27 juta saham. Namun, dia cukup yakin harga saham Bukalapak akan naik. Apalagi banyak yang tidak kebagian sampai ditutupnya IPO beberapa hari lalu.

Pelaksana Tugas Direktur Utama Mandiri Sekuritas Silva Halim pernah mengatakan, kehadiran perusahaan teknologi seperti Bukalapak di pasar saham berpotensi meningkatkan jumlah investor. “IPO saham-saham teknologi juga menjadi salah satu alasan investor melihat ke pasar modal Indonesia,” kata Silva dikutip Katadata.

Silva berharap aksi perusahaan teknologi yang menjual sahamnya di pasar modal bisa membangkitkan kembali minat investor, tidak hanya investor dalam negeri, tetapi juga investor asing yang dalam beberapa tahun terakhir mencatatkan aliran dana keluar (capital outflow).

Valuasi Mahal

Namun persoalan minat investor, khususnya investor anak muda terhadap IPO suatu perusahaan akan bergantung pada valuasi (nilai perusahaan). Menurut pengamat sekaligus Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim valuasi saham Bukalapak secara harga terbilang cukup mahal.

Tapi harga sahamnya bukan tidak bisa naik. Apalagi ada faktor demand yang besar,” katanya saat dihubungi Asumsi.co

Ia mengungkapkan, Bukalapak menang melalui promosi, tapi sekaligus mengakibatkan munculnya beban yang tinggi dari promosi itu. Hanya saja, kata Ibrahim, saat ini momen yang tepat, sehingga bukalapak langsung menonjol.

Mirip First Media yang rugi Rp500 miliar, tapi saat pandemi harganya sahamnya naik. Sehingga cukup menarik, yang tadinya mau mempailitkan jadi terangkat. Sama dengan Bukalapak,” jelasnya.

Sedangkan Direktur Infovesta Parto Kawito mengatakan bahwa harga IPO Bukalapak memang mahal, tapi bukan berarti nggak bisa naik, karena faktor permintaan yang besar.

“Bahkan permintaan besar bisa membuat harga setelah IPO naik,” katanya.

Mengutip laporan keuangan per Desember 2020, Bukalapak tercatat masih mengalami kerugian Rp1,35 triliun. Namun angka itu membaik dibandingkan tahun sebelumnya yang mencatat rugi Rp2,79 triliun. Kerugian tersebut seiring dengan masih tingginya beban penjualan dan pemasaran yang mencapai Rp1,51 triliun dan juga beban umum dan administrasi Rp1,49 triliun. Sementara pendapatan Bukalapak pada 2020 mencapai Rp1,35 triliun, naik 25,56% dibandingkan 2019 Rp1,07 triliun.

Sementara itu, total aset konsolidasian perseroan pada per akhir Desember 2020 mencapai Rp2,59 triliun, naik 26,29% dari tahun sebelumnya Rp2,05 triliun. Kenaikan total aset konsolidasian perseroan terutama disebabkan oleh kenaikan kas dan setara kas konsolidasian sebesar 67,93% atau senilai Rp600 miliar, serta kenaikan aset pajak tangguhan konsolidasian senilai Rp477,79 miliar.

Sebagai tambahan informasi, seluruh dana hasil IPO Bukalapak, setelah dikurangi biaya penerbitan, akan digunakan untuk mendanai kebutuhan modal kerja dengan rincian sebagai berikut: 66% akan dialokasikan kepada Bukalapak dan 34% akan dialokasikan untuk kebutuhan modal kerja entitas anak Bukalapak, yaitu 15% untuk masing-masing PT Buka Mitra Indonesia (BMI) dan PT Buka Usaha Indonesia (BUI), dan 1% untuk masing-masing PT Buka Investasi Bersama (BIB), PT Buka Pengadaan Indonesia (BPI), Bukalapak Pte. Ltd., dan PT Five Jack. Adapun pencatatan saham Bukalapak di BEI dijadwalkan pada 6 Agustus 2021 dengan kode saham BUKA.

Share: Seberapa Kuat IPO Bukalapak Menarik Minat Investor Muda?