Tangki di kilang minyak PT Pertamina (Persero) di Cilacap, Jawa Tengah terbakar pada Sabtu (13/11/2021). Kebakaran itu terjadi di tangki 36 T-102 yang berisi Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite.
Ini bukan kali pertama kebakaran terjadi di area kilang Pertamina. Dengan peristiwa kemarin, total kebakaran yang terjadi di area kilang Pertamina di tahun ini sudah mencapai tiga insiden.
Kebakaran pertama pada 2021 terjadi di kilang minyak RU VI Balongan, Indramayu, Jawa Barat pada 29 Maret 2021. Kebakaran ini sempat membuat geger, lantaran besarnya kebakaran. Api baru padam dua hari setelahnya.
Kemudian, kebakaran sempat terjadi di Komplek Kilang Paracilin PT Pertamina RU IV Cilacap, Jawa Tengah pada 11 Juni 2021 lalu. Ini merupakan tempat yang sama dengan insiden kebakaran pada Sabtu lalu.
Bahkan jika kita menarik lebih jauh ke belakang, kejadian terbakarnya kilang Pertamina bukanlah kejadian langka. Dihimpun dari berbagai sumber, tercatat kilang Pertamina sudah terbakar beberapa kali.
Pada 9 Maret 2008, pipa kilang minyak Pertamina di Cilacap sempat terbakar akibat alat pendingin meledak saat dibersihkan. Insiden ini bahkan menewaskan dua pekerja. Setahun berselang, atau 3 Juni 2009 kilang penyulingan minyak terbakar akibat kebocoran di Kilang Fuel Oil Complex (FOC) Unit B.
Kemudian, pada 24 Januari 2010, terjadi sebuah gangguan kecil di dapur pembakaran minyak mentah, namun tidak mengakibatkan kebakaran. Pertamina menyebut hal ini hanya letupan kecil.
Pada tahun 2011, dua kilang minyak Pertamina di Cilacap terbakar pada 2 April 2011 sekitar 04.25 WIB. Peristiwa itu akibat hembusan angin yang cukup kencang, sehingga membuat api merembet ke kilang lainnya. Akibat insiden ini, dua kilang 31 T-02 dan 31-T03 terbakar. Beruntung, tidak ada korban jiwa atas insiden ini.
Berikutnya, kebakaran di kilang Pertamina juga terjadi pada 5 Oktober 2016. Lagi-lagi sebuah tangki yang ada di kilang minyak RU IV Cilacap yang terbakar. Pihak Pertamina saat itu menyebut bahwa kebakaran terjadi di sebuah tangki kecil nomor 41 yang ada di tengah kilang.
Perlu Evaluasi Mendalam
Menanggapi hal ini, Ketua DPR Puan Maharani meminta ada audit sistem pengamanan di kilang-kilang milik Pertamina. Tidak hanya itu, Puan juga meminta ada evaluasi mendalam dari kebakaran tersebut.
“Seringnya kebakaran di kilang minyak Pertamina memerlukan evaluasi mendalam. Harus ada audit sistem pengamanan di kilang-kilang minyak milik Pertamina, sehingga bisa ditemukan apa persoalannya agar bisa segera diatasi,” ujar Puan dalam keterangannyam dikutip dari Antara.
Ketua DPR menekankan bahwa Pertamina harus memastikan keamanan dan keselamatan masyarakat di sekitar kilang, termasuk para pekerjanya. Menurut dia, Pertamina harus memastikan manajemen risiko dilakukan dengan optimal.
“Sistem pengamanan Pertamina harus memprioritaskan keselamatan pekerja di lingkungan kilang dan masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Pastikan manajemen risiko dilakukan sebaik-baiknya,” ujar Puan.
DPR Bakal Panggil Direksi Pertamina
Komisi VII DPR yang membidangi masalah energi itu juga bereaksi dengan insiden kebakaran. Anggota Komisi VII dari Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) Eddy Soeparno mengatakan, pihaknya bakal memanggil direksi Pertamina dalam waktu dekat.
Menurut Eddy, pihaknya bakal meminta penjelasan dari Pertamina mengenai masalah kebakaran yang kerap terjadi di kilang-kilang minyak mereka.
“Kami juga dalam waktu yang tidak lama akan memanggil direksi Pertamina untuk memberikan penjelasan, dalam rangka fungsi pengawasan yang dilakukan oleh DPR. Penjelasan mengapa terjadi kebakaran tersebut, dan mengapa dalam satu tahun bisa terjadi tiga kali. Berulang sampai dengan tiga kali,” kata Eddy saat dihubungi Asumsi.co, Senin (15/11/2021).
Eddy juga mendesak Pertamina untuk melakukan investigasi menyeluruh tentang penyebab kebakaran. Sampai dengan hasil investigasi rampung, ia meminta Pertamina menahan diri memberikan penjelasan ihwal dugaan penyebab kebakaran.
Ia menilai, hal itu justru akan menimbulkan kebingungan di masyarakat. Apalagi jika informasi yang diperoleh adalah bahwa penyebab kebakaran tersebut akibat sambaran petir.
“Alasan tersebut juga pernah disampaikan pada saat terjadi kebakaran di Kilang Balongan. Jadi kita minta semua pihak menahan diri sampai ada investigasi menyeluruh,” tutur Eddy.
Eddy turut meminta Pertamina memperkuat proses pengawasan, proses perawatan, dan pengamanan dari sejumlah kilang milik Pertamina. Apalagi, DPR sudah beberapa kali mengingatkan hal ini setelah insiden kebakaran di Balongan dan Cilacap beberapa waktu lalu.
“Kami meminta Pertamina untuk lebih memperkuat proses pengawasan, proses perawatan, terus kemudian proses pengamanan dari kilang-kilang yang ada. Kami sudah tekankan itu pada saat terjadi kebakaran pertama di awal tahun,” jelas Eddy.
Tidak Pengaruhi Kenaikan Harga dan Stok BBM Pertamina
Kebakaran pada Sabtu kemarin terjadi pada tangki 36 T-102 yang berisi komponen produk Pertalite sebanyak 31.000 kiloliter. Ketika terjadi kebakaran, Pertamina langsung mengalihkan tangki komponen produk Pertalite yang tidak terbakar di tangki 36 T-101 ke Terminal BBM Lomanis.
Meski terbilang parah, Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan menilai kebakaran yang terjadi kemarin itu tidak akan mempengaruhi pasokan BBM Pertamina. Terlebih, ia meyakini Pertamina sudah bergerak cepat untuk mengatasi masalah ini.
“Pertamina sudah menjamin stok, pasokan bagi BBM, terutama Pertalite dan juga LPG, sehingga tidak menimbulkan kelangkaan di masyarakat. Dan sepertinya ini juga tidak akan mengganggu. Walaupun sempat terganggu, tapi Pertamina dalam hitungan jam bisa menyelesaikan, sehingga kilang di Cilacap bisa beroperasi kembali,” kata Mamit.
Walau begitu, Mamit berharap insiden seperti ini bisa dicegah, sehingga ke depannya tidak mengganggu pasokan minyak Indonesia. Pasalnya, jika hal ini terjadi maka yang akan dirugikan adalah masyarakat.
“Jadi saya kira terkait dengan pasokan sepertinya tidak akan mengganggu dan saya harapkan juga seharusnya tidak mengganggu, karena kalau mengganggu akan memberatkan masyarakat juga, akan terjadi panic buying,” tutur Mamit.
Memperbesar Biaya Impor
Dalam kesempatan terpisah, pengamat pertambangan Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmy Radhi, menilai insiden kebakaran yang menimpa tangki minyak di Kilang Cilacap, Jawa Tengah, akan memperbesar biaya impor Bahan Bakar Minyak (BBM) nasional.
“Sudah pasti kebakaran akan memperbesar biaya impor BBM,” ujarnya di Antara.
Selain berdampak terhadap kran impor BBM, lanjut Fahmy, insiden kebakaran tangki minyak di area kilang yang telah terjadi tiga kali tahun ini juga bisa memperburuk kinerja keuangan Pertamina pada 2021.
Pertamina, kata dia, harus punya komitmen tinggi dan tidak abai dalam mengamankan seluruh aset penting terutama kilang dan tangki minyak dengan menerapkan sistem keamanan berlapis sesuai dengan standar internasional.
“Sistem pengamanan tersebut harus diaudit secara berkala oleh Kementerian ESDM dan lembaga independen,” jelas Fahmy.
Baca Juga: