Sains

Menelaah Potensi Gempa Bumi saat Gerhana Matahari

Ray Muhammad — Asumsi.co

featured image
Foto: Jongsun Lee/IUnsplash

Fenomena Gerhana Matahari Cincin (GMC) akan berlangsung pada hari ini, Kamis (10/6/2021) pukul 16.00 sore. Gerhana ini menjadi fenomena ke dua usai  terjadinya Gerhana Bulan Total yang berlangsung pada 26 Mei lalu.

Penyebab Terjadinya Gerhana Matahari Cincin

Sayangnya, Gerhana Matahari Cincin ini tidak bisa disaksikan di Indonesia. Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin mengatakan tercatat, hanya Pulau Ellesmere dan Bafffin (Kanada), serta Kawasan Siberia yang bisa melihat Gerhana Matahari Cincin. Sementara itu, Greenland, Islandia, Eropa, Rusia, negara-negara Asia Tengah, dan sebagian wilayah China dapat menyaksikan Gerhana Matahari Sebagian.

“Gerhana Matahari Cincin yang terjadi hari ini tidak bisa dilihat di Indonesia. Jadi dimulainya pada pagi hari setelah terbit Matahari di wilayah Kanada, jalur gerhananya itu puncaknya hampir 4 menit di Greenland. Kemudian melintasi Kutub Utara hanya selama 2,5 menit kemudian berakhirnya saat Matahari terbenam di Siberia,” jelas Thomas kepada Asumsi.co melalui sambungan telepon, Kamis (10/6/21).

Ia menambahkan, fenomena ini dapat dilihat di Kawasan Siberia dengan ketampakan maksimal terjadi pada pukul 17.43 WIB atau 18.43 WITA atau 19.43 WIT.

Ia menjelaskan, Gerhana Matahari Cincin terjadi ketika posisi Bulan berada di antara Matahari dan Bumi. Posisi ini menyebabkan Matahari terhalang oleh Bulan. 

Baca Juga : Menyambut Gerhana Bulan Spesial, Hanya 195 Tahun Sekali

“Ketika Bulan berada pada posisi paling jauh dari Bumi, maka Bulan tampak lebih kecil dibandingkan piringan Marahari. Sehingga ketika menutupi Matahari, itu bagian tepi dari Matahari terlihat. Maka akan terlihat seperti cincin maka disebut dengan Gerhana Matahari Cincin atau yang disebut dengan Annular,” tuturnya.

Biasanya, kata dia Gerhana Matahari biasanya terjadi sebelum atau setelah terjadinya Gerhana Bulan dengan jangka waktu yang tidak terlalu lama sekitar dua pekan.

“Ini disebabkan posisi segaris antara Matahari, Bumi, dan Bulan yang masih terjadi. Jadi biasanya terjadi Gerhana Bulan baru Gerhana Matahari atau sebaliknya. Nah, yang terjadi sekarang Gerhana Bulan dulu barulah terjadi Gerhana Matahari,” ucapnya.

Tak Bisa Asal Dilihat Mata Telanjang

Thomas menerangkan, selain fenomena Gerhana Matahari Cincin biasanya orang-orang juga mengenal Gerhana Matahari Total. Keduanya jelas memiliki perbedaan.

Berbeda dengan Gerhana Matahari Cincin, Gerhana Matahari Total (GMT) terjadi saat posisi Bulan berada dalam posisi relatif dekat dengan Bumi, sehingga ukuran piringan Bulan lebih besar atau sama dengan piringan Matahari.

Indonesia, kata dia pernah dikunjungi Gerhana Matahari Total pada 9 Maret 2016 yang bikin heboh masyarakat. Sedangkan, Gerhana Matahari Cincin pernah melintasi Sumatera Utara pada 26 Desember 2019 yang bakal terjadi lagi tahun 2031.

Berbeda dengan Gerhana Bulan, Gerhana Matahari Total maupun Cincin tidak bisa sembarangan dilihat dengan mata telanjang. Untuk mengamatinya, memerlukan kaca mata Matahari khusus.

“Gerhana Matahari itu sinar Matahari yang dipancarkan sangat menyilaukan. Kalau dilihat dengan mata telanjang, secara refleks mata akan menutup. Maka, biasanya harus dibantu dengan kaca mata Matahari,” terangnya.

Baca Juga : Selain Gerhana Bulan Total, 2 Benda Tata Surya Ini Juga Ikutan Muncul di Akhir Pekan!​

Saat mengamati Gerhana Matahari Total seperti yang melewati Indonesia pada 2016 lalu, ia mengatakan kaca mata khusus baru bisa dibuka saat Matahari tertutup gerhana secara penuh.

“Boleh dibuka supaya bisa melihat keindahan korona Matahari. Kalau tetap pakai kaca mata, korona atau cahaya di sekitar Matahari yang merupakan atmosfer di sana jadi tidak terlihat,” ucap Thomas.

Namun, ia mengingatkan, kaca mata tidak boleh lama-lama dal keadaan terbuka. Sewaktu Matahari kembali menyibakkan sinarnya, saat itulah harus kembali mengenakan kaca mata khusus.

“Saat dalam keadaan gelap, pupil mata membesar. Nah, kalau tiba -tiba Bulan mulai bergeser dan muncul cahaya yang menyilaukan dari Matahari walaupun masih kecil intensitasnya, tetap berbahaya bagi mata. Bisa menyebabkan kerusakan retina pada mata, bahkan kebutaan permanen,” jelas dia.

Apa Dampak Gerhana Matahari Bagi Bumi?

Sementara itu, dalam kasus Gerhana Matahari Cincin, Thomas menegaskan tetap harus diamati dengan kaca mata khusus dan tidak boleh dilepaskan barang sedetik saja.

Pasalnya, piringan Matahari yang memancarkan sinar masih terlihat dan silau saat terkena mata. “Tetap harus memggunakan kaca mata Matahari. Kalau tidak, ini menyilaukan sekali dan berpotensi menyebabkan kerusakan pada retina,” ujarnya.

Kepala LAPAN menyebut Gerhana Matahari Total atau Cincin memberikan dampak pada pergerakan air laut di Bumi. Fenomena ini menyebabkan pasang maksimum air laut untuk wilayah-wilayah yang mengalami perubahan naik dan turunnya permukaan air laut secara cepat.

“Jadi, bisa menyebabkan terjadinya pasang air laut yang maksimum, kemudian surutnya pun yang paling rendah. Ini disebabkan efek gravitasi Bulan diperkuat dengan efek gravitasi Matahari yang posisinya hampir segaris pada saat terjadi gerhana,” terangnya.

Peristiwa alam ini, lanjut Thomas juga hanya terjadi pada wilayah-wilayah yang menjadi jalur lintasan Gerhana Matahari tersebut. Selain itu, saat ini peneliti tengah mendalami misteri adanya energi yang dilepaskan Matahari saat terjadi gerhana ke Bumi hingga menyebabkan terjadinya gempa. 

“Ada efek lain tapi ini sifatnya belum konklusif, yaitu gerhana bisa menyebabkan energi yang berpotensi terjadinya gempa. Ini terkait perubahan air laut tadi sehingga adanya pergerakan lempeng akibat adaya perubahan massa air laut. Cuma ini masih diteliti lebih jauh oleh para ahli, sehingga masih belum konklusif,” tandasnya.

Share: Menelaah Potensi Gempa Bumi saat Gerhana Matahari