Covid-19

Desa Terpencil India Terancam Musnah karena Pandemi, Pakar Khawatir Terjadi di Indonesia

Ray Muhammad — Asumsi.co

featured image
Tangkapan Layar YouTube/ITV News

Usai menerjang kota-kota besar di India, “gelombang tsunami” Covid-19 kini mulai melanda kawasan pelosok desa di negara tersebut. Sebagian besar desa bahkan tidak sanggup melawan situasi pandemi yang melanda. Salah satu desa yang menghadapi kondisi amat memprihatinkan adalah Basi. 

Tak Ada Layanan Kesehatan Hingga Sulit Minta Bantuan

Berjarak sekitar 1,5 jam dari ibu kota New Delhi, Basi menjadi salah satu desa yang menderita dalam melawan wabah virus Corona dahsyat yang tengah melanda saat ini. Bloomberg melaporkan, sekitar tiga perempat dari 5.400 orang di desa itu sakit dan lebih dari 30 telah meninggal dalam tiga minggu terakhir.

Parahnya, mereka juga tidak memiliki fasilitas perawatan kesehatan memadai, tak ada dokter yang siaga, dan tidak menyediakan tabung oksigen. Bukan cuma itu, tingkat literasi digital mereka pun rendah sehingga kesulitan meminta bantuan lewat dunia maya. 

Baca juga: India Obati Covid-19 Pakai Obat Cacing, Pakar: Indonesia Jangan Coba-Coba! | Asumsi

“Sebagian besar kematian di desa telah disebabkan karena tidak ada oksigen yang tersedia,” kata kepala komunitas pertanian setempat, Sanjeev Kumar.

Ia menuturkan, setiap yang terpapar Covid-19 dengan gejala sedang dilarikan ke markas distrik. Sementara pasien yang menderita parah mesti melakukan perjalanan sekitar empat jam ke pusat layanan kesehatan terdekat.  Sayangnya, banyak yang tidak sempat mendapatkan penanganan hingga akhirnya meninggal dunia. 

Kementerian Kesehatan India melaporkan rekor 4.329 kematian per hari hingga Selasa (18/5/21) lalu. Sementara total kasus yang dilaporkan mencapai 25 juta.

Hal ini menyebabkan kemarahan warga desa lantaran pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi dan otoritas daerah dianggap gagal menyediakan infrastruktur medis setelah hadirnya gelombang virus tahun lalu.

“Termasuk mengamankan pasokan oksigen dan vaksin yang cukup. Partai Bharatiya Janata, yang berkuasa bulan lalu, kalah dalam pemilihan lokal di Basi dan bagian lain Uttar Pradesh – negara bagian terpadat di India – tepat ketika negara itu mulai mencatat hampir 400.000 kasus baru setiap hari,” tulis laporan Bloomberg.

Cerita Pilu Keluarga Kumar

Salah satu warga desa, Praveen Kumar, menceritakan pengalaman pilu yang menimpa anggota keluarganya yang terpapar Covid-19. Setibanya di rumah sakit, sang ayah keburu tidak tertolong karena terlalu lama tiba di sana.

“Setelah kami sampai di rumah sakit, dokter mengatakan dia telah meninggal. Tapi, alih-alih mencatat Covid-19 sebagai penyebab kematian, mereka malah bilang serangan jantung. Dokter memberi tahu kami bahwa tidak perlu memeriksa ayah saya positif Covid-19 karena dia sudah meninggal,” tuturnya.

Kakaknya meninggal tak lama kemudian di klinik lain sekitar 30 menit, bersamaan dengan enam pasien lain yang juga baru mendapat bantuan oksigen. “Kecurigaan saya adalah rumah sakit kehabisan oksigen, yang menyebabkan kematian,” kata Kumar. 

Baca juga: “Jamur Hitam” Intai Pasien Covid-19 di India, Bisa Bikin Buta | Asumsi

Dirinya juga menyayangkan sikap pemerintah yang menyelenggarakan pemilu di lima negara bagian India ketika mereka tahu bahwa kasus Covid-19 tengah meningkat tahun ini. Hal tersebut membuat para warga desa seperti dibiarkan untuk menghadapi kondisi wabah seorang diri.

“Menyelenggarakan pemilu saat kasus Covid-19 meningkat dan penularannya menyebar adalah tindakan kriminal,” ucapnya.

Saking mencekamnya kondisi Basi yang kesulitan mendapatkan bantuan pelayanan kesehatan di masa pandemi saat ini, desa tersebut terancam punah karena warganya dikhawatirkan meninggal seluruhnya akibat pandemi.

Desa di Indonesia Dikhawatirkan Seperti Basi

Pakar kebijakan publik sekaligus pengamat sosial dari Universitas Indonesia, Lisman Manurung, melihat kondisi seperti yang terjadi di Basi sangat mungkin menimpa Indonesia. Desa di Indonesia saat ini, kata Lisman, jumlahnya ada 84.000 dan tidak semuanya siap menghadapi kondisi pandemi. Keadaan mereka pun sejauh ini tak terekspos oleh publik.

“Kita kan, enggak tahu apakah mereka baik-baik saja selama pandemi? Sebanyak apa yang meninggal dunia karena wabah? Selalu yang disorot ini kan penanganan Corona di perkotaan, perhatian pemerintah pusat untuk kasus Covid-19 di kota-kota besar. Di kota memang mudah diawasi, tapi di desa ini susah. Desa kita ada 84.000 yang banyak lokasinya bahkan di pelosok dan perbatasan,” terang Lisman kepada Asumsi.co melalui sambungan telepon, Rabu (19/5/21).

Ia pun mengaku tak heran warga desa terpencil seperti Basi yang ada di India khawatir kehidupannya bakal punah oleh wabah. Pasalnya, dengan kondisi jangkauan menuju layananan kesehatan yang jauh serta akses komunikasi terbatas, tidak memungkinkan mereka mengandalkan sesama warga untuk bisa selamat dari pandemi.

“Kemungkinan mati semua iya, karena yang mau menolong enggak tahu dan enggak mau. Saya kira karakteristik semacam ini bisa saja menimpa kita,” ucapnya.

Lisman menyebut salah satu desa di Indonesia yang berpotensi kesulitan menghadapi pandemi Covid-19 adalah desa-desa yang berada di daerah perbatasan, terpencil, utamanya di wilayah Indonesia Timur.

“Saya ambil contoh saja satu desa di Yahukimo, Papua. Di situ angkutan cuma pesawat atau kapal sungai. Jalanan darat baru mulai dikerjakan tahun lalu. Di sana angkutan cuma pesawat. Ojek, ya, cuma buat kawasan sekitar. Sebagian masyarakatnya masih sangat tradisional, pakai koteka. Sinyal pun sulit di sana dan kalau ada yang sakit harus dievakuasi pakai pesawat. Fasilitas kesehatan ada, tapi saya rasa tidak mencukupi. Saya pernah ke sana dan sepertinya bisa disamakan dengan kondisi desa di India yang disebutkan tadi,” terangnya.

Baca juga: Mengenal Triple Mutant, Penyebab Melonjaknya Kasus Covid-19 di India | Asumsi

Pemerintah Harus Aktifkan Program Desa Tangguh Bencana

Dengan kondisi prediksi bakal ada ledakan kasus Covid-19, menyusul masuknya beragam varian virus mutasi baru Corona, Lisman mengkhawatirkan desa-desa di Indonesia, seperti Yakuhimo, bakal kesulitan saat menghadapi krisis kesehatan.

“Pemerintah dalam keadaan bencana sebetulnya ada program Desa-Kelurahan Tangguh Bencana. Saya sebagai akademisi pernah memmbimbing penelitian ini bersama mahasiswa saya. Hasilnya, program ini memang belum diefektifkan oleh pemerintah dengan kondisi seperti sekarang. Memang diramalkan kasus Covid negara kita bakal meledak seperti di India. Pemerintah harus bersiap mengaktifkan program ini,” ungkapnya. 

Ia menjelaskan, program ini dikomandoi oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Lewat program ini, pemerintah bisa melacak desa-desa yang rentan terkena wabah satu wilayah tanpa tertolong. 

Pelacakan desa, lanjutnya, bisa dilakukan bersama Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal untuk memberikan dukungan data desa yang ada di seluruh negeri secara proaktif.

“Desa di Indonesia itu sebagian besar belum terhubung dengan sistem untuk komunikasi, seperti desa yang ada di Indonesia timur, kebanyakan hanya bisa ditembus dengan kendaraan terbatas, pesawat, misalnya. Ini sangat rentan. Kalau ada 1 orang yang tertular, maka satu desa bisa kena semua kalau di sana tidak ada pelayanan kesehatan yang memadai. Susah pengobatan buat mereka. BNPB menjadi komando dan memobilisasi Kemendes untuk memberikan dukungan,” pungkasnya.

Share: Desa Terpencil India Terancam Musnah karena Pandemi, Pakar Khawatir Terjadi di Indonesia