Kabar duka datang dari dunia fesyen. Pendiri dari salah satu merek sepatu kenamaan negeri paman sam, Vans meninggal dunia. Paul Van Doren menghembuskan napas terakhir pada usai genap 90 tahun.
Mengutip kantor berita AP Sabtu (8/5/21), pihak perusahaan mengumumkan kematian Van Doren pada akun media sosial pada hari Jumat waktu Amerika Serikat (AS). Van Doren sendiri berperan besar pada revolusi fesyen sepatu di AS. Merek Vans besar di California Selatan dan juga menjadi ikon penting dalam perkembangan olah raga skateboard di AS.
Tidak dijelaskan penyebab kepergian Van Doren, namun perusahaan menyebut Van Doren lebih dari sekedar pengusaha, dia adalah inovator dari suksesnya merek sepatu Vans meramaikan pasar sepatu dunia.
Drop Out dari SMA, Van Doren Besar Bersama Vans
Terpaksa harus merasakan pahitnya drop out dari jenjang pendidikan SMA, Van Doren pindah ke California Selatan untuk memulai usahanya menciptakan sepatu lokal untuk anak muda. Bersama saudaranya, James, Von Doren mulai membangun cikat bakal Vans bernama Van Doren Rubber Co. yang berpartner bersama dengan Gordon Lee dan Serge Delia.
Pada tahun 1966, Van Doren mulai menjual sepatunya dengan berbagai tantangan yang ada. Dalam wawancaranya bersama Los Angeles Magazine, pada hari pertamanya berjualan, Van Doren berhasil menjual 18 pasang sepatu tapi harus berutang kepada para pembelinya karena Van Doren tidak memiliki cukup uang kecil hanya untuk sekedar memberikan kembalian.
Sementara itu, Steve Van Doren, anak dari Van Doren menyebut sang ayah adalah seorang yang sangat sistematik dan detail. Dalam wawancara bersama Los Angeles Times pada tahun 2009, Steve menyebut Van Doren bahkan sangat memperhatikan detail dari warna boks sepatu Vans. Kode warna disematkan yakni biru untuk pria, hijau untuk wanita dan jingga untuk remaja.
Salah satu tagline mereka yang menjadi andalan Vans adalah “Authentic”. Menurut Van Doren, kunci dari Authentic adalah memberikan kebebasan sepenuhnya kepada para konsumen untuk mendapatkan apapun yang mereka inginkan. Van Doren juga memberikan fitur custom sepatu Vans kala itu. Hal itu juga yang membuat sepatu Vans memiliki jenis yang sangat beragam dan berhasil menarik perhatian surfs shops dan department store di AS.
Selain itu, Authentic juga menggambarkan desain Vans yang setia dengan bahan canvas diatas dengan pola diamond pada solenya yang sangat ikonik bagi para skateboarder.
Pada medio tahun 1980-an Vans mulai mengembangkan sayap bisnis dengan menggandeng atlet dan skateboarder profesional untuk menggunakan sepatunya. Stacy Peralta jadi salah satu skateboarder awal yang mendapatkan sponsor dari Vans. Namun puncak popularitas Vans muncul pada tahun 1982 saat Sean Penn menggunakan sepatu Vans Checkerboard Slip-On di film Fast Times at Ridgemont High. Bahkan saking legendarisnya Vans Checkerboard Sean Penn, pada tahun 2020, edisi khususnya pun dirilis dengan jumlah terbatas.
Vans Pernah Hampir Bangkrut
Popularitas Vans tidak selalu berjalan mulus. Pada tahun 1984 Vans masuk ke pengadilan PKPU lantara tidak bisa membayar utangnya. Bisnis Vans mulai goyah karena mereka memutuskan untuk masuk ke segmen sepatu olah raga sepak bola, bola basket, hingga breakdance. Namun, tidak berjalan lancar.
Tahun 1988 perusahaan harus dijual senilai USD 74 juta ke salah satu firma perbankan karena kalah di sidang PKPU dan harus dinyatakan pailit. Kemudia Vans mulai berganti nama menjadi Vans Inc dan berubah menjadi perusahaan publik pada 1991 yang selanjutnya dijual ke VF Corp. Od Denver pada 2004 senilai USD 400 juta. VF Corp sendiri memegang banyak merek fesyen yakni Dickies, JanSport, Timberland, dan The North Face.
Tantangan bisnis Vans di dunia fesyen global semakin berat akibat pandemi Covid-19. VF Corp selaku pemegang merek Vans mencatat penjualan mereka turun hingga 5,8% pada tahun 2020 dan harus menutup sementara hingga 60% tokonya di Eropa, Timur Tengah, hingga Afrika.