Kesehatan

Ini Alasan Pentingnya Cek Tekanan Darah Sebelum Berolahraga

Ray Muhammad — Asumsi.co

featured image
Ilustrasi: Mufid Majnun/ Unsplash

Pandemi COVID-19 membuat banyak orang khususnya anak muda mengubah pola hidupnya menjadi lebih sehat. Bagi yang biasanya menghabiskan waktu beristirahat tanpa melakukan kegiatan yang menguras energi, kini mereka melakukan aktivitas lain yang lebih positif guna memperkuat sistem imun untuk menghindari penularan COVID-19. 

Salah satu aktivitas yang banyak dilakukan anak muda saat ini adalah berolahraga. Olahraga tengah menjadi tren positif di masyarakat dengan berbagai tujuan, mulai dari menjaga kebugaran sampai ke pembentukan bagian tubuh tertentu. 

Waspada penyakit jantung saat olahraga

Beberapa jenis olahraga dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja, bahkan bisa dilakukan di rumah seperti yoga atau zumba misalnya. Namun, penting untuk memahami kondisi fisik kita sebelum memulai berolahraga. Jika tidak dilakukan dengan benar, hal positif seperti olahraga dapat memberikan masalah pada kesehatan, terutama pada jantung lho.

Sebab saat kita berolahraga, jantung akan bekerja lebih keras untuk memberikan suplai darah ke seluruh tubuh. Beberapa jenis olahraga dengan intensitas yang berubah-ubah, juga dapat mengganggu irama jantung. Selain itu, jika intensitas olahraga yang dilakukan terbilang tinggi tanpa diawali dengan pemanasan, bisa menimbulkan masalah kesehatan seperti stroke dan serangan jantung. 

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), penyakit jantung koroner dan pembuluh darah merupakan penyebab kematian paling utama di dunia. Secara global, angka kematiannya bisa mencapai 17,9 juta jiwa per tahun. “4 dari 5 kasusnya disebabkan oleh stroke dan serangan jantung,” demikian disampaikan WHO dalam datanya.

Sementara itu, Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia juga memaparkan persentase kematian yang disebabkan oleh penyakit jantung tingkatnya mencapai 26,4 persen. Angka ini, 4 kali lebih tinggi dari kematian yang disebabkan oleh penyakit kanker berdasarkan riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan tahun 2013. 

Penyakit jantung koroner akibat hipertensi kini juga tidak pandang bulu. Di Indonesia, penyakit jantung koroner jumlahnya mencapai 12,1 persen dari total populasi. Fakta lainnya yang juga mencengangkan adalah jantung koroner, belakangan sudah banyak diidap oleh kalangan muda.  “Sekitar 39 persen berusia kurang dari 44 tahun sedangkan 22 persen dari pengidap jantung usia berkisar 15 sampai 35 tahun,” demikian hasil riset Kemenkes.

Pentingnya check up sebelum olahraga

Serangan jantung pada individu diketahui dapat terjadi saat sedang berolahraga. Studi dalam jurnal Circulation terkait serangan jantung pada saat olahraga menyimpulkan bahwa olahraga pada aerobik tipe 3 memiliki risiko menyebabkan serangan jantung. “Olahraga tersebut yang berbentuk seperti permainan futsal dan sepakbola memiliki intensitas yang berubah-ubah, sehingga memicu aritmia atau gangguan irama jantung,” tulis penelitian tersebut. 

Oleh karena itu, sangat penting bagi setiap orang untuk memahami kapasitas dirinya dalam berolahraga. Seperti Akbar, salah satu anak muda yang gemar olahraga futsal minimal seminggu sekali. “Dalam sebulan (olahraga) bisa empat kali,” kata Akbar.

Sementara Jul yang aktif melakukan olahraga kebugaran mengatakan dirinya minimal satu minggu empat sampai lima kali olahraga di gym. “Saya (olahraga) di bidang bentuk otot buat memangkas tubuh menjadi indah,” ujarnya. Ia pun menyadari pentingnya mengetahui kondisi tubuh yang mesti benar-benar dalam keadaan fit saat melakukan olahraga ini. Menurutnya, sering melakukan pemeriksaan diri atau tes kesehatan adalah hal yang wajib.

“Kita kan, enggak tahu ada kekurangan apa di dalam tubuh kita. Ada penyakit apa, harus kita tahu. Jadi, kita bisa kontrol diri. Saya tahu olahraga tanpa cek tekanan darah bisa menyebabkan kematian,” terang Jul. 

Penggemar olahraga kebugaran lainnya, Ibrahim mengungkapkan dalam satu minggu, biasanya lima hari digunakan untuk berolahraga dan dua hari lainnya untuk beristirahat. Ia pun mengamini melakukan medical check up demi mengetahui kondisi kesehatan kita sebelum aktif berolahraga merupakan hal yang penting.

Check up sangat penting karena dikhawatirkan kalau tekanan darah tinggi, enggak boleh angkat beban di olahraga fitness ini. Takutnya serangan jantung atau ada hal-hal yang tidak diinginkan. Biasanya, saya check up per dua minggu sekali untuk mengetahui tekanan darah  dan jantung saya,” tutur Ibrahim.

Ada pula Bugie yang mengaku rutin olahraga lari tiga sampai empat kali dalam seminggu. Ia mengungkapkan alasan memilih olahraga itu karena bermanfaat untuk pembakaran lemak di tubuhnya. “Saya memilih olahraga lari kardionya dapat, pembakarannya sempurna. Terus kita juga bisa mengatur pernapasan kita dan bagus untuk paru-paru,” ucapnya.

Soal check-up, ia menyebut tempat kerjanya rutin menggelar pemeriksaan kesehatan per enam bulan sekali. Menurutnya pemeriksaan kesehatan ini sangatlah penting untuk mengetahui kondisi fisiknya. “Seiring bertambahnya usia, kita enggak tahu apa penyakit yang sekarang kita idap. Karena kalau secara kita lihat fisik sehat, belum tentu di dalam tubuh kita sehat semua. Pasti ada satu  atau dua yang punya gejala tapi kita enggak merasakan apa-apa,” ungkapnya. 

Ia pun tak pernah langsung memaksakan tubuhnya berolahraga berat demi kesehatan fisiknya. “Biasanya sebelum saya lari, pemanasan dulu sekitar 10 menit setelah itu baru lari lari kecil lalu lebih push ke power,” pungkasnya.

Olahraga dalam intensitas sedang

Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, Vito Anggarino Damay mengingatkan, orang dewasa semestinya rutin melakukan pemeriksaan kesehatan agar kondisi fisiknya aman ketika berolahraga. Ia menilai pemeriksaan kondisi kesehatan jantung jangan sampai disepelekan. Pasalnya, sudah sering terjadi kasus meninggal dunia yang disebabkan berolahraga terlalu berat.

“Seharusnya, seseorang yang sudah berusia 20 tahun itu menurut rekomendasi American Heart Association ini dianjurkan untuk memeriksakan diri medical check-up jantung.  Meninggal mendadak ketika sedang berolahraga, ketika tidur, ketika nonton bola itu cukup sering sih. Enggak semua public figure, sehingga enggak semua orang tahu. Kalau bagi kami, dokter jantung itu cukup sering dan bukan sesuatu kasus yang jarang,” jelas dia.

Vito menyebut olahraga apapun sebenarnya tak masalah untuk dilakukan, selama tidak terlalu keras dan memaksakan kondisi fisik sampai lupa memperhatikan kondisi organ yang ada di dalam tubuh kita. 

“Dari American Heart Association yang sebenarnya dianut hampir seluruh dokter di dunia adalah kita enggak perlu olahraga telalu keras untuk menyehatkan jantung. Sudah banyak juga penelitiannya. Jadi orang yang olahraganya sedang – sedang, rutin teratur 30 menit itu malah lebih bagus,” imbuhnya.

Maka, lanjut dia jika dibandingkan dengan orang yang sehari maraton empat jam dan setelahnya tidak melakukan aktivitas lainnya hal ini justru menurutnya berbahaya. 

“Jadi sebaiknya olahraga biasa saja sehari 30 menit setiap hari daripada olahraga mendadak sepedaan 40 km atau 70 km, terus besoknya enggak olahraga lagi. Konsistensi lebih penting daripada olahraga sehari saja,” kata Vito.

Bagaimana Cara Terhindar dari Risiko Kematian Setelah Olahraga?

dr. Vito menegaskan hal ini tentu bisa dihindari dengan mengenal kondisi tubuh kita melalui hasil tes kesehatan yang diperoleh tadi. Dari hasil ini, kita bisa menutup celah sejumlah gejala penyakit yang bisa menjadi pemicu kematian saat berolahraga.

“Kalau seseorang sudah punya risiko jantung, maka kita harus segera menghilangkan celah tersebut. Misalnya hipertensi, kita obati hipertensinya supaya tidak terjadi di kemudian hari darah tinggi yang membuat orang serangan jantung,” terangnya.

Ia menyarankan waktu olahraga yang baik adalah pagi hari. Sebab waktu tersebut sesuai dengan irama tubuh kita yang masih segar sebelum memulai berbagai aktivitas lainnya. 

“Kadang juga ada orang yang kerjanya malam, susah olahraga pagi. It’s okay. Olahraga sore ada bagusnya kok,” kata dia. 

Lebih lanjut, Vito juga mengingatkan orang-orang yang saat ini masih mengabaikan kondisi kesehatannya dengan memilih gaya hidup seenaknya harus segera mengubahnya menjadi pola hidup sehat.

“Kalau kita sekarang makan semaunya atau hidup semaunya saja, suatu waktu kita akan hidup terpenjara oleh kemauan kita. Suatu waktu kamu akan terpaksa makan lewat selang.  Ada pasienku masih muda, stroke dia makan lewat selang,” tuturnya.

Omron hadirkan solusi cek tekanan darah 

Dari penjelasan dokter, dapat dikatakan sangat penting untuk mengetahui kondisi badan kita terlebih dahulu sebelum melakukan olahraga, yakni dengan melakukan cek tekanan darah agar kondisi jantung terpantau dengan baik.

Hal ini penting, sebagai antisipasi terjadinya kematian mendadak saat berolahraga.  Melakukan pengecekan tekanan darah secara rutin, merupakan kunci untuk memantau kondisi jantung. 

“Apabila seseorang memiliki tekanan darah tinggi atau hipertensi mencapai angka 200/100 tidak disarankan melakukan olahraga secara berat guna menghindari terjadinya serangan jantung,” pungkas dokter.

Nah, buat kamu yang merasa tidak sempat melakukan cek tekanan darah karena mesti keluar rumah, tak perlu khawatir. Omron hadir sebagai alat medis inovatif untuk memantau tekanan darah di rumah yang sudah teruji secara klinis.

Omron juga memiliki komitmen yang sangat kuat untuk membantu masyarakat untuk terus menjaga kesehatan dan meminimalisir risiko penyakit serangan jantung, terutama saat berolahraga. 

Tensimeter digital Omron mampu memonitor tekanan darah setiap orang serta dapat  digunakan dimanapun dan kapanpun karena memiliki bentuk yang praktis untuk bepergian. Jadi, sebelum berolahraga apakah kamu sudah mengenal tubuhmu sendiri?

Share: Ini Alasan Pentingnya Cek Tekanan Darah Sebelum Berolahraga