Suara Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto terdengar parau saat mengumumkan nasib 53 ABK Nanggala 402, Minggu (25/4/2021). Beberapa kali suaranya seperti tercekat. Dia juga berhenti sejenak seakan menegarkan diri sebelum menyatakan kalau 53 prajurit berjuluk Hiu Kencana ini telah tiada.
“Dan….seluruh awaknya telah gugur,” kata Hadi. Meski wajahnya tertutup masker hitam, gurat kesedihan tak bisa dinafikkan dari raut perwira tinggi TNI AU ini.
ABK Kapal Selam yang dinyatakan gugur setelah lebih dari tiga hari pencarian ini disebut Hadi sebagai pasukan terbaik. Dia juga mengulang pernyataan atas gugurnya 53 personel KRI Nanggala 402 itu dua kali
“Prajurit-prajurit terbaik Hiu Kencana telah gugur. Saat melaksanakan tugas di Perairan Utara Bali,” kata dia, seraya menyatakan rasa duka cita yang mendalam kepada seluruh keluarga prajurit yang gugur atas kabar sendu ini.
Baca juga: Kerjasama Alutsista Indonesia-Jepang, Seperti Apa Sih Keuntungannya? | Asumsi
Dia melanjutkan, duka cita ini juga ia sampaikan untuk Keluarga Besar Hiu Kencana dan TNI AL. Hadi menyebut serta nama Harry Setiawan dan Heri Octavian mewakili 51 ABK lainnya yang gugur dalam tugas tersebut. “Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa menerima seluruh amal ibadah dan pengabdian saudara-saudara,” ucap dia.
Hiu Kencana memang pasukan spesial. Di tangan merekalah kapal selam-kapal selam milik Indonesia dikendalikan. Usianya yang hendak menginjak 62 tahun pada 12 September ini juga menunjukkan kematangan mereka dalam menjalankan tugas-tugasnya.
Disadur dari laman TNI AL, kehadiran Hiu Kencana yang tidak begitu jauh dengan usia Republik ini menyatakan kalau kehadiran mereka sudah penting sejak awal.
Menakhodai akumulasi kekuatan pemukul taktis dan strategis di laut dengan 12 kapal selam di tahun 1962, menjadikan Indonesia sebagai negara yang memiliki kekuatan angkatan laut terbesar di kawasan Asia Tenggara.
Salah satu tugas prestisius mereka di antaranya saat dilibatkan dalam operasi Trikora pada tahun 1962. Melalui operasi pengintaian dan operasi menyusupkan pasukan khusus ke daratan Irian Barat, Hiu Kencana mampu menerobos tanpa terdeteksi oleh pihak Belanda.
Kesuksesan inilah yang membuat Belanda mengurungkan niatnya untuk berperang secara terbuka dengan Indonesia, yang pada akhirnya Belanda menyerahkan Irian Barat ke pangkuan Indonesia.
Korps Hiu Kencana juga dilibatkan dalam Operasi Gugus Tugas X pada 1965-1966. Operasi tersebut merupakan operasi bersama kapal selam milik Angkatan Laut Pakistan yang berhasil meletakkan dasar-dasar persaudaraan antara Pakistan dengan Indonesia. Bahkan, Presiden Pakistan Ayub Khan secara pribadi memberikan penghargaan yang tinggi kepada segenap anggota Gugus Tugas X tersebut.
Pada Operasi Halilintar tahun 1979, kapal selam yang dinakhodai awak Korps Hiu Kencana juga berhasil memberantas penyelundupan di Selat Malaka. Saat itu marak terjadi penyelundupan bahan baku dari Indonesia ke Malaysia dan Singapura. Selain itu, Korps Hiu Kencana juga terlibat dalam pengamanan arus pengungsi dari Vietnam ke Indonesia di Laut China Selatan.
Di era kekinian, KRI Nanggala 402 yang pada Rabu (21/4/2021) dinyatakan hilang kemudian dinaikkan statusnya menjadi tenggelam ini juga mempunyai banyak kisah senyap pengoperasiannya. Satu torehan baik yang tercatat adalah perannya sebagai ujung tombak saat terjadi konflik dengan Angkatan Laut Malaysia di Blok Ambalat yang kaya migas.
Dalam arsip Kompas, kisah-kisah tentang pengabdian Satuan Kapal Selam Hiu Kencana juga dapat dibaca di buku “50 Tahun Pengabdian Hiu Kencana 1959-2009”. Dengan semboyan ”Wira Ananta Rudhiro” yang artinya ”Tabah Sampai Akhir” Satuan Kapal Selam TNI AL sudah mengemban puluhan tugas negara, baik dalam mempertahankan kedaulatan RI maupun membantu negara lain yang berkonflik.
Rekrutmen Ketat
Menyadur tulisan di Kompas.com, persyaratan ketat harus dilengkapi lebih dahulu saat seorang TNI AL ingin menjadi bagian dari korps ini. Personel dituntut harus bisa menyelam selama berhari-hari, dalam artian berada dalam ruang tertutup berukuran kecil, sementara tugas harus berhasil beserta dengan risiko yang menyertainya.
Diberitakan Harian Kompas, 29 Desember 2011, salah seorang Perwira Pelaksana KRI Cakra-401 Kapten Yulius Zaenal pernah berbagi kisahnya. Yulius menceritakan, banyak orang pasti mengira kapal selam terdapat jendela yang berbentuk bulatan sehingga bisa memandang ikan-ikan. Nyatanya, hal itu salah.
Dalam kapal selam semuanya tertutup. Oleh karena itu, selain harus tahan pada kejenuhan dan ruang tertutup, kru kapal selam juga harus tenang menghadapi tekanan. Hubungan sosial juga tak kalah pentingnya karena dalam waktu lama berinteraksi dengan orang yang sama di ruang sempit.
Setelah dua tahun berdinas di TNI AL, seorang prajurit baru bisa mengajukan diri untuk dites. Mereka yang lulus serangkaian tes kemampuan, psikologi, dan fisik kemudian menempuh pendidikan selama tiga bulan di sekolah kapal selam di Kodikal, tiga bulan sesuai jurusan, seperti navigasi atau sonar, kemudian tiga bulan baru mulai ikut berlayar. Setelah menjadi kru kapal selam, para prajurit secara rutin enam bulan sekali dipantau keadaan fisik dan psikisnya.
Tabah Sampai Akhir
Tapi kini kabar duka sedang menaungi seluruh keluarga besar hiu jagoan Indonesia ini. Dukanya menyebar ikut menyesakkan dada setiap orang yang terus mengikuti proses pencarian Nanggala 402 beserta 53 ABK di dalamnya.
Ungkapan-ungkapan kesedihan juga berseliweran. Di layar kaca, di lini masa. Seraya mendoakan agar para ABK yang gugur mendapat tempat terbaik di sisi Sang Maha.
53 personel Korps Hiu Kencana mungkin tak kembali. Tetapi mereka membuktikan apa yang selama ini jadi kredo Korps-nya: Tabah Sampai Akhir. Selamat berpatroli abadi.
Penghargaan
Perkembangan terakhir, Presiden Joko Widodo menyampaikan bila negara akan memberikan penghargaan dan Bintang Jasa Jalasena kepada 53 personel Korps Hiu Kencana yang gugur saat bertugas di kapal selam KRI Nanggala 402.
“Negara akan memberikan penghargaan kenaikan pangkat satu tingkat lebih tinggi serta Bintang Jasa Jalasena atas dedikasi pengabdian serta pengorbanan prajurit prajurit terbaik tersebut,” kata Jokowi dalam konferensi pers di Istana Negara, sebagaimana dikutip dari CNN Indonesia, Senin (26/4/2021).
Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto sebelumnya telah mengusulkan kenaikan pangkat kepada 53 prajurit Satuan Hiu Kencana TNI Angkatan Laut, yang gugur dalam insiden tenggelamnya KRI Nanggala-402. Rencana kenaikan pangkat 53 awak KRI Nanggala juga diungkap oleh Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL), Laksamana TNI Yudo Margono.