Konflik hubungan kemitraan antara driver GoKilat di Jabodetabek dan Bandung dengan Gojek terus berlangsung hingga hari ini. Pemicunya masih terkait kebijakan sepihak Gojek yang menurunkan insentif mitranya di GoKilat.
Sebelumnya, driver GoKilat pernah melakukan aksi mogok tiga hari berturut-turut di awal bulan lalu. Namun, aksi damai yang diiringi dengan pemberian karangan bunga dari mitra ke kantor Gojek tak membuahkan hasil apa-apa. Tak ada perubahan kebijakan terkait insentif. Kini mereka akan menempuh jalur mogok lagi.
”Oleh karena aksi mogok kerja dengan off bid massal pada 8, 9, 10 Juni 2021 yang kami lakukan belum dipenuhi oleh pihak Gojek, dan pihak pemerintah pun seolah diam membisu, maka kami melakukan mogok kerja lagi yang dilakukan pada 29-30 Juni 2021,” kata Perwakilan Himpunan Driver Gosend Sejabodetabek, Yulianto kepada Asumsi, Selasa (29/6/2021).
Menurut Yulianto, insentif yang dipotong drastis dari kebijakan insentif sebelumnya sangat merugikan mitra. Oleh karenanya, Himpunan Driver Gosend Sejabodetabek konsisten menolak keras kebijakan sepihak itu. Menurutnya, penurunan insentif berarti penurunan pendapatan bagi driver.
”Yang itu tentu akan menjauhkan kami dan keluarga dari kehidupan yang layak,” ucap dia.
Hasil survei kepada 662 driver GoKilat oleh Peneliti Muda di IGPA UGM menunjukkan bahwa pendapatan kotor dari driver GoKilat pada Mei 2021 sebelum insentif diturunkan adalah Rp 5.427.727/bulan. Dengan rata-rata 11,2 jam kerja/hari, 25,2 hari kerja/bulan, dan 11,23 pengantaran barang/hari.
Jika dikurangi dengan biaya sarana produksi dan jaminan sosial sebagaimana dalam formula Permenhub KP No. 12 Tahun 2019 yang ditotal yaitu sebesar Rp1.569.294/bulan, maka pendapatan bersihnya menjadi Rp3.858.433.
Baca juga: Gojek Klaim Skema Insentif Baru Lebih Adil, Driver: Untungnya dari Mana? | Asumsi
”Jika dibandingkan dengan upah minimum provinsi (UMP) DKI Jakarta yang pada tahun 2021 adalah Rp4.416.186 /bulan, maka pendapatan driver GoKilat dikonversi dalam hitungan jam kerja UMP, yaitu 40 jam/minggu, menjadi Rp1.661.514 /bulan. Artinya ada selisih Rp2.754.672 yang harusnya menjadi hak driver GoKilat yang tidak kami terima,” kata dia.
Hal tersebut bisa terjadi karena tarif pokok yang mitra terima yaitu Rp2.000 /km untuk wilayah Jabodetabek. Kondisi ini tentu menjadi lebih buruk ketika kebijakan insentif baru diberlakukan.
”Apalagi dengan penurunan insentif, adalah tarif yang rendah sehingga belum bisa membuat driver online dapat hidup dengan layak. Dikarenakan oleh rendahnya tarif pokok tersebut, mitra terpaksa harus berkerja lebih lama lagi agar dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari,” ucap dia.
Dalam skema insentif terbaru, dengan kemampuan 11,23 pengantaran/hari, maka insentif bagi driver GoKilat hanya Rp22.000/ hari. Padahal pada insentif lama mitra bisa mendapat
Rp45.000 per hari. Dengan begitu, driver GoKilat kehilangan pendapatan bersih Rp23.000/hari.
“Dengan berpegang pada insentif lama saja pendapatan kami lebih kecil dari UMP DKI Jakarta, apalagi dengan kebijakan insentif baru,” ucap dia.
Ini Tuntutan Mereka
Oleh karena itu, Yulianto menyebut, lewat aksi ini, ia meminta Gojek mencabut kebijakan penerapan insentif baru tertanggal 08 Juni 2021 dan dikembalikan ke insentif lama. Pihaknya juga ingin Gojek metapkan tarif pokok minimal sesuai dengan Permenhub KP No. 348 Tahun 2020.
”Perjelas hubungan antara driver online dengan perusahaan Gojek, jika hubungan kemitraan, maka jalankan prinsip-prinsip kemitraan yang setara dan saling menguntungkan. Jika hubungan buruh-pengusaha, maka hak-hak pekerja formal harus dijalankan,” kata Yulianto.
Mereka juga meminta ada intervensi dari Pemerintah Republik Indonesia. Intervensi itu di antaranya dengan memberi perlindungan dan keadilan bagi warga negara Indonesia yang bekerja sebagai driver online dengan menetapkan tarif yang layak bagi driver online, baik yang antar makanan, antar penumpang, dan antar barang.
Baca juga: Gojek dan Tokopedia Merger, Ini yang Perlu Diketahui | Asumsi
”Tanpa tarif yang layak, maka tidak ada pendapatan layak, maka kehidupan driver online dan keluarga menjadi terancam,” ujar dia.
Pemerintah juga diminta tegas memberi sanksi perusahaan aplikasi online di bidang transportasi/antarmakanan/antarbarang yang tidak memberi keadilan dan pendapatan layak serta tidak patuh hukum. Jika tidak, maka akan terjadi perang tarif di antara mereka, dan fakta di lapangan, pihak yang dirugikan adalah driver online.
”Beri payung hukum terkait proses kerja di industri transportasi/logistik online ini, jika hubungannya kemitraan, maka jalankan dan tegakkan prinsip-prinsip kemitraan yang adil dan setara. Jika hubungannya adalah hubungan kerja karyawan dengan pengusaha, maka hak kami untuk upah minimum, jam kerja layak, harus dipenuhi,” ujar dia.
Yulianto menambahkan, pemerintah tidak boleh diam. Menurut dia, sikap diam dari pemerintah justru akan membuat driver online semakin tertindas.
Ini Kata Pihak Gojek
Sementara itu, mengutip CNBC, VP Corporate Communication Gojek, Audrey Petriny menyebut seluruh layanan Gojek termasuk Gosend beroperasi seperti biasa. Dia menjelaskan sejak 8 Juni 2021 lalu, Gosend Same Day memberlakukan skema baru pemberian insentif atau bonus untuk mitra driver.
Untuk saat ini pendapatan atau tarif pokok per jarak tempuh untuk driver tidak ada perubahan. Pihaknya menyebut ada sejumlah upaya untuk mendorong peningkatan order. Dengan demikian, mitra berpeluang lebih besar untuk mendapatkan pendapatan secara berkesinambungan.
”Dengan dipertahankannya pendapatan pokok mitra, serta berbagai upaya dalam mendorong peningkatan order di antaranya dengan penguatan teknologi dan inovasi, serta berbagai inisiatif pemasaran dan promosi seperti yang saat ini tengah berlangsung dengan Tokopedia melalui Waktu Indonesia Belanja (WIB), mitra driver akan memiliki peluang yang lebih besar untuk memperoleh pendapatan secara berkesinambungan,” kata Audrey.
Secara berkala, Gosend juga akan menjalankan sejumlah inisiatif untuk mitra dengan performa baik. “Melalui berbagai upaya ini, daya saing Gosend akan semakin meningkat sehingga tetap menjadi pilihan utama pelanggan dan mendukung pendapatan yang berkesinambungan bagi mitra driver,” kata Audrey.