Isu Terkini

Akhir Tragis Harun Yahya

Faisal Irfani — Asumsi.co

featured image

Foto: Stand for Peace

Penceramah dan tokoh pseudosains terkemuka, Harun Yahya alias Adnan Oktar, divonis lebih dari seribu tahun penjara lantaran melakukan kejahatan seksual. Ada 10 tindak pelanggaran yang dia lakukan.

Selama ini, Harun Yahya mengaku ilmuwan. Dengan analisisnya yang uthak-athik-gathuk, dia menolak teori evolusi yang telah menjadi konsensus ilmuwan sejagat dan menjadi dasar bagi penemuan di bidang kedokteran dan sains yang sudah tak terhitung jumlahnya.

Menurut Harun Yahya, dan diamini para pengikutnya, teori evolusi Darwin setara dengan sampah serta tak lebih dari penyebab maraknya pembantaian massal, terorisme, dan segala kenestapaan di dunia.

Sebagai seorang kreasionis, tentu Yahya beranggapan evolusi tidak benar-benar terjadi. Semua makhluk lahir, katanya, karena campur tangan Tuhan dan didesain secara khusus berikut fungsinya masing-masing.

Soal evolusi bukanlah satu-satunya kontroversi yang keluar dari mulut Yahya. Pada 1996, contohnya, dia menerbitkan buku berjudul Holocaust Lies (kadang juga disebut Holocaust Deception) yang mengklaim bahwa peristiwa Holocaust bukanlah pembantaian sebagaimana dicatat sejarah. Holocaust, dalam khayalan Yahya, adalah “tewasnya orang-orang Yahudi karena tifus dan kelaparan yang melanda selama perang dengan Jerman.”

Harun Yahya lahir di Ankara, Turki, pada 1956. Dia mengambil kuliah di jurusan desain interior. Meski tidak lulus, setidaknya kehidupannya di kampus berandil besar dalam membentuk gagasannya soal anti-evolusi.

Pada 1986, masalah hukum menimpa Yahya untuk kali pertama. Dia dituduh pemerintah mempromosikan revolusi teokratis dan oleh karenanya, Yahya divonis penjara selama 19 bulan sebab melanggar hukum sekuler.

Tak lama setelah keluar dari penjara, dia membentuk semacam sekte berisikan orang-orang kelas menengah ke atas Turki.

Salah satu lembaga yang lahir dari sektenya ialah Scientific Research Foundation (SRF) atau biasa dikenal dengan nama Bilim Arastirma Vakfi (BAV), pada 1990. Tujuan resmi BAV: “menciptakan lingkungan yang damai, tenang, dan penuh cinta.” Namun, pada kenyataannya, tujuan BAV adalah menyebarkan gagasan-gagasan Yahya.

Upaya Yahya akhirnya membuahkan hasil. Gagasan pseudosains-nya dimuat berbagai buku sains sekolah dan dirayakan pejabat-pejabat pemerintahan, yang mulai ikut-ikutan mengkritik Darwin tanpa pernah membaca sedikit pun hasil penelitiannya.

Sementara kampanye kreasionismenya menangguk keberhasilan, pamor Harun Yahya menjulang. Dia jadi kaya raya berkat penjualan buku serta DVD yang laris manis, diundang ke talkshow, seminar, diskusi, konferensi berskala internasional, sampai terpilih jadi “500 Tokoh Muslim Paling Berpengaruh” versi The Royal Islamic Strategic Studies Centre.

Bukunya, The Atlas of Creation (2006), telah diterjemahkan ke banyak bahasa, termasuk bahasa Indonesia. Video-videonya kerap dipakai oleh para orang tua untuk mengajari anak-anak mereka tentang kebesaran Tuhan. Kini semua itu menguap, dan dia akan selamanya diingat sebagai orang yang dihukum penjara lebih dari seribu tahun karena perkara kejahatan seksual.

Share: Akhir Tragis Harun Yahya