Isu Terkini

Selamat Tinggal, “Skenario Terbaik” Pemanasan Global

Permata Adinda — Asumsi.co

featured image

Seberapa parah pemanasan global akan terjadi? Lebih dari 40 tahun lalu, para ilmuwan yang dipandu oleh PBB memperkirakan bahwa kenaikan suhu bumi akan mencapai 1,5 sampai 4,5 derajat Celcius jika kadar karbon dioksida di atmosfer terus bertambah.

Perkiraan itu berhasil dipersempit kali ini, dengan 25 ilmuwan dalam program World Climate Research mempublikasikan hasil penelitian yang memperkirakan bahwa suhu bumi akan naik 2,6 sampai 4,1 derajat Celcius dengan meningkatnya karbondioksida sebanyak dua kali lipat.

Hasil penelitian yang terbit di Reviews of Geophysics pada 22 Juli lalu ini memperkirakan angka “sensitivitas iklim” yang merefleksikan seberapa sensitif bumi terhadap kenaikan kadar karbon dioksida di udara berdasarkan data yang disokong rekam jejak temperatur sejak revolusi industri, bukti geologis, observasi satelit, dan pemodelan sistem iklim.

Kabar ini menjadi berita buruk sekaligus baik. Kabar baiknya, estimasi yang lebih sempit itu dapat mengurangi ketidakpastian dan membantu pemangku kebijakan dan pelaku industri untuk melakukan upaya mitigasi secara lebih akurat. Namun, kabar buruknya, estimasi dengan angka minimum sebesar 2,6 derajat Celcius juga berarti malapetaka bagi seluruh kehidupan di bumi.

Kenaikan satu atau dua derajat membawa dampak yang tak main-main, sebab suhu bumi yang 1,5 derajat Celcius saja berisiko membuat 14% populasi dunia terpapar panas ekstrem—yang sepanjang 1998-2017 saja telah membunuh 166 ribu orang di seluruh dunia. 1,5 derajat Celcius juga akan membuat 350 juta orang dilanda kekeringan dan tak memiliki akses ke air bersih, menyebabkan kepunahan berbagai jenis serangga, tumbuhan, vertebrata, dan kematian terumbu karang. Indonesia bersama dengan Bangladesh, Cina, Mesir, India, Jepang, Vietnam, dan Filipina juga akan lebih sering terpapar banjir, dan hal ini diprediksi terjadi paling tidak pada 2040.

Hingga saat ini saja, suhu bumi telah naik 1,2 derajat Celcius di atas level industri. Jika tren ini terus berlanjut, penelitian memperingatkan bahwa suhu bumi akan naik hingga dua kali lipat di akhir abad ini. Lantas, apa yang akan terjadi?

Kenaikan 2 derajat Celcius membuat lebih banyak orang terpapar panas ekstrem, tepatnya hingga 37% populasi dunia. Sebanyak 411 juta akan didera kekeringan dan kelangkaan air, sementara terumbu karang akan hilang sepenuhnya, dan membuat 18% invertebrata, 8% vertebrata, 16% tumbuhan, 18% serangga, 8% mamalia, 10% kupu-kupu, dan 2% capung punah.

Di Asia Tenggara sendiri, kenaikan suhu 2 derajat Celcius akan membuat cuaca panas ekstrem akan 635% lebih sering terjadi, cuaca dingin berkurang 90%, dan membuat hujan ekstrem 47% lebih sering terjadi. Kelangkaan air pun akan menimpa setidaknya 60 juta populasi.

Jika suhu naik lebih tinggi lagi hingga 3 derajat Celcius, berarti gelombang panas pun akan lebih sering terjadi—yaitu hingga 41 kali lebih banyak setiap tahunnya. Es Arktika di musim panas akan 100% meleleh, dan kekeringan bisa terjadi selama 10 bulan dalam setahun.

Di Asia Tenggara, banjir yang disebabkan oleh suhu 3 derajat Celcius diperkirakan akan membuat kerugian ekonomi sebesar 948% di Thailand, 474% di Vietnam, dan 316% di Myanmar.

Kabar buruk lainnya, peneliti studi berjudul “An assessment of Earth’s climate sensitivity using multiple lines of evidence” ini meyakini bahwa 3 derajat Celcius adalah skenario yg paling memungkinkan terjadi. Target untuk menjaga kenaikan suhu sebesar 1,5 derajat Celcius saja, sesuai Perjanjian Paris, juga dikatakan hampir mustahil dapat tercapai.

“Kenaikan atau sensitivitas yang rendah hanya dapat terjadi jika planet ini memiliki sebuah mekanisme perlindungan—yang sampai saat ini tidak ada buktinya. Kemungkinan besar, kenaikan suhu akan mencapai 3 derajat Celcius. Ini tidak bagus dan sangat menakutkan,” terang peneliti Kate Marvel dari Goddard Institute for Space Studies NASA, di Bloomberg Green.

Share: Selamat Tinggal, “Skenario Terbaik” Pemanasan Global