Isu Terkini

Menilik Peluang Sukses Partai Ummat di Panggung Politik Indonesia

Ray Muhammad — Asumsi.co

featured image
Foto: Tangkapan Layar YouTube Amien Rais Official

Partai Ummat baru saja dideklarasikan oleh politikus Amien Rais, Kamis (29/4/21) lalu. Seberapa besar sih peluang partai yang bermodalkan sosok ketokohan pendirinya ini meraih kesuksesan di panggung politik Tanah Air?

Apa Indikator Kesuksesan Partai?

Diketahui, Amien Rais mendirikan partai ini dengan membawa nuansa agama sebagai landasan ideologinya serta lewat visi dan misi untuk bekerja sama, berjuang serta berkorban demi melawan kedzaliman dan menegakkan keadilan. 

Ia meyakini lewat partai yang didirikannya, serta mekanisme demokrasi dan konstitusi negara ini akan menjadi bekal yang lebih dari cukup untuk melakukan perbaikan nasional. Sehingga, menurutnya tidak diperlukan lagi cara-cara ekstra parlementer maupun ekstra konstitusional.

Baca juga: Amien Rais Deklarasikan Partai Ummat

Menyikapi hal ini, Direktur Eksekutif Developing Countries Studies Center (DCSC), Zaenal Budiyono mengatakan, pada dasarnya indikator kesuksesan partai politik di Indonesia terbentuk atas dua hal, yakni idealisme dan juga pragmatisme. 

“Idealisme itu memperjuangkan ideologi misalnya ingin Indonesia menganut sistem ekonomi kerakyatan, it’s okay. Semua partai boleh menyampaikan perjuangannya, selama masih dalam frame Pancasila,” ujarnya kepada Asumsi.co, melalui sambungan telepon, Jumat (30/4/21).

Namun, terkadang banyak partai politik yang gagal dari sisi pragmatis. Pragmatis dalam hal ini, kata dia, pengertiannya berada dalam kaitan meraih suara yang ditentukan agar bisa mengikuti pemilihan umum.

“Partai untuk lolos bisa ikut pemilu, butuh suara sekian persen. Kalau dalam parliamentary threshold, antara 3 sampai 5 persen, masih dibicarakan,” ucapnya.

Ia mengatakan, hal yang perlu dikritisi ialah seberapa besar peluang Partai Ummat mampu memenuhi kedua indikator ini. “Apakah Partai Ummat bisa memenuhi itu? Ini yang jadi tantangan. Memikirkan langkah yang menjembatani antara idealisme dan pragmatisme, tidaklah mudah.,” tuturnya.

Memang Rakyat Butuh Partai Baru?

Menurut Zaenal, sejauh ini partai berideologi nasionalis masih unggul di puncak panggung politik negeri dibandingkan partai bernapaskan agama. Meski demikian, berdasarkan riset lembaganya, saat ini ada 20% masyarakat Indonesia yang tidak berpihak pada keduanya. 

Mereka tidak percaya keberadaan parpol mampu membuat kehidupan mereka menjadi lebih baik. Zaenal menilai segmen inilah yang tengah disasar oleh Amien Rais lewat partai baru besutannya. 

Partai Ummat, disebutnya memiliki tujuan untuk memberikan sugesti kepada publik bahwa mereka bisa menjadi parpol yang membawa harapa baru, yang mengedepankan nuansa keagamaa tapi berpihak pada rakyat yang merasa pada posisi dizalimi secara politik.

“Celah 20% inilah yang mungkin sedang digarap partai-partai Islam, terutama kalau mau kita jujur adalah kelompok-kelompok yang kurang nyaman dengan pemerintah, maupun yang kurang nyaman dengan sistemnya saat ini. Ruang itu saya kira, Partai Ummat ‘jualan’ untuk 20% itu,” terangnya.

Namun, ia mengingatkan Partai Ummat tidak sendiri untuk bisa unggul dan mecuri perhatian publik. Ada sejumlah parpol anyar yang menjadi saingannya. 

“Misalnya ada Gelora, kemudian Masyumi Reborn yang disebut jadi pesaing kuat karena punya segmen yang sama. Cuma, sejauh ini partai Islam masih didomonasi PKS (Partai Keadilan Sejahtera), PKB (Partai Kebangkitan Bangsa), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Menurut saya, Partai Ummat ini perlu berjuang keras,” ungkap Zaenal.

Sosok Amien Rais Bukan Jaminan Kesuksesan

Pria yang juga akademisi dari Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI) Jakarta ini menilai, keberadaan Amien Rais sebagai tokoh pendiri partai tak serta merta menjadikan Partai Ummat sebagai parpol yang laik diperhitungkan. 

Baca juga: Vokal Jadi Tukang Kritik, Perjalanan Manuver Keras Amien Rais ke Jokowi dan Presiden Lainnya

Menurutnya, keseriusan Partai Ummat dalam menjalankan visi dan misinya untuk mencuri perhatian segmennya inilah, mampu menjadi tolok ukur eksistensinya bisa bertahan atau tidak di tengah persaingan parpol negeri ini.

“Saya kira bagaimana kehadiran partai ini, supaya lebih serius. Kalau dilihat banyak parpol baru bernapaskan agama di tahun 2009, 2014, dan 2019 muncul dan memperkenalkan diri, kemudian berebut panggung saat pileg sampai pilpres. Nah, setelah pemilu semua parpol ini hilang. Bisa saja Partai Ummat seperti ini kalau mereka enggak serius hadir sebgai parpol yang ingin membangun bangsa,” terangnya. 

Peneliti Center for Strategic and International Studies (CSIS), Arya Fernandez pun mengamini pendapat Zaenal. Ia mengatakan situasi politik Indoensia yang semakin kompetitif, menyulitka Partai Ummat untuk bisa sukses.

“Dia harus bersaing dengan partai lama dengan basis suara yang sudah stabil, maka perpindahan suara mereka ke partai baru amatlah kecil,” kata Arya saat dihubungi terpisah.

Akan tetapi, kata dia, Partai Ummat bisa saja memperoleh banyak suara dengan catatan, Amien Rais mampu meraih suara dari simpatisan Partai Amanat Nasional (PAN), sebagai parpol yang pernah dipimpinnya dulu.

“Nah, dari saya sebenarnya masyarakat Indonesia menghaarapkan kalau parpol, apalagi yang bernapaskan Islam enggak perlu banyak-banyak. Hal yang paling penting, soliditas elit pilitiknya. Partai Islam, saya kira jumlahnya sedikit asalkan memang kuat dalam memperjuangkan aspirasi umat Islam, sekaligus merawat kebangsaan itu bisa berjaya,” tandasnya.

Share: Menilik Peluang Sukses Partai Ummat di Panggung Politik Indonesia