Setiap kali pertandingan Blibli Indonesia Open 2019 yang didukung oleh Bakti Olahraga Djarum Foundation hendak dimulai, ada beberapa petugas yang terlihat begitu sibuk di lapangan. Mereka wara-wiri mengepel hingga ke sudut-sudut lapangan. Dan saat pertandingan berlangsung, mereka berjaga di tepi, dekat hakim garis, siap bertindak bila para atlet memberi tanda bahwa lapangan licin karena keringat.
“Persiapan lapangan, pasang karpet buat pertandingan, sampai beres. Pemain tinggal main. Kami juga memastikan lapangan nggak basah dan licin,” kata Rahmat, seorang petugas pengering lapangan, kepada Asumsi.co di luar Istora, Senayan, Jakarta, usai dia bertugas pada partai semifinal tunggal putra antara wakil Denmark Anders Antonsen vs wakil Hong Kong Wong Wing Ki Vincent, Sabtu (20/07/19) malam WIB.
Rahmat dan kawan-kawan bergantian bertugas di setiap pertandingan. Mereka tampil rapi dengan seragam lengkap, memakai baju polo hitam dan celana panjang hitam, lengkap dengan ID yang dikalungkan.
Menjadi bagian dari turnamen Blibli Indonesia Open 2019 yang didukung oleh Bakti Olahraga Djarum Foundation membuat Rahmat sangat bangga. Ia pun berharap atlet-atlet Indonesia bisa mempersembahkan gelar juara di hadapan pendukung sendiri.
Pekerjaan yang dilakukan Rahmat dan kawan-kawan barangkali terlihat sepele, tapi berdampak besar bagi keselamatan para atlet bulu tangkis dunia yang berkompetisi. Hampir di setiap pertandingan, ada saja pebulu tangkis yang terpeleset saat mendarat usai melakukan jumping smash atau saat berpindah-pindah langkah dengan cepat. Bila lapangan licin, peluang mereka terjatuh dan mengalami cedera tentu lebih besar.
Legenda bulu tangkis Malaysia Lee Chong Wei, misalnya, menderita cedera otot ligamen karena terjatuh di pusat latihan tim bulu tangkis Malaysia di Bukit Kiara. Dia harus menjalani program pemulihan hingga enam pekan. “Sebenarnya, cedera ini bisa dicegah,” kata Chong Wei, Selasa (07/02/17). Ia mengaku telah mengeluh soal kondisi lapangan yang licin, tetapi tak ada petugas pengering lapangan yang menanggapinya.
Saat itu Chong Wei menjalani persiapan untuk All England, awal Maret. “Saya bukan satu-satunya. Ada beberapa pemain lagi yang juga terpeleset tapi cedera saya yang paling parah,” ucapnya.
Pada Maret 2019, di Semifinal Swiss Open, pebulu tangkis tunggal putra Indonesia Anthony Sinisuka Ginting terkena cedera engkel tak lama setelah pertandingan dimulai. Skor 1-1, Anthony terpeleset. Bertanding dalam kondisi menahan sakit, ia akhirnya kalah dengan skor 9-21 dan 17-21 dari Shi Yuqi.
Terbaru, giliran Shi Yuqi, yang saat ini menempati peringkat dua dunia, angkat koper lebih dulu dari Indonesia Open 2019. Dia mengalami cedera mengerikan saat berhadapan dengan wakil Denmark Anders Antonsen pada babak 16 besar di Istora, Senayan, Jakarta, Kamis (18/07) sore. Saat itu jelas sekali Shi Yuqi terpeleset saat hendak menjangkau shuttlecock.
Insiden-insiden tersebut jelas belum semuanya. Tanpa para petugas pengering lapangan, risiko tentu lebih gawat. Maka peran Rahmat dan kawan-kawan sangat diharapkan.
Meski sadar selalu berada dalam sorotan kamera dan sesekali terlihat di layar televisi, Rahmat mengaku biasa saja. “Nggak terlalu action juga, ” katanya. “Memang sudah tugas kami seperti itu.”
Duduk berdampingan dengan hakim garis, berdekatan dengan pelatih dari negara-negara di dunia, menyaksikan atlet-atlet bulu tangkis kelas dunia bertanding dari jarak yang sangat dekat, lebih dekat ketimbang penonton di tribun, membuat Rahmat antusias.
“Pemain Indonesia yang saya kenal banget ya Tontowi Ahmad, Marcus Gideon, Kevin Sanjaya, Praveen Jordan, terus dari putri ada legenda Susy Susanti juga datang nonton kemarin-kemarin.”
Rekan Rahmat, Nano, juga bergembira bisa menjadi bagian penting dari perhelatan bergengsi di Istora. Ini bukan kali pertama ia bertugas. Ia juga terlibat di Indonesia Open sebelumnya. “Jagoan saya tentu tim Indonesia. Harus juara pokoknya,” ujarnya,