Bisnis

IPO GoTO Dikabarkan Mundur Tahun Depan, Apa Alasannya?

Ilham — Asumsi.co

featured image
GoTo

Rencana GoTo, entitas hasil merger Gojek dan Tokopedia yang rencananya akan melantai di tahun ini, sepertinya baru akan terwujud tahun depan.

Perusahaan tersebut dikabarkan menunda rencana penawaran umum perdana saham menjadi tahun 2022 sembari menanti selesainya aturan mengenai kebijakan dual class of shares dan klasifikasi saham dengan hak suara multipel atau multiple voting share (MVS) oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Meski ditunda, perusahaan rintisan teknologi terbesar di Indonesia ini sebelumnya akan menyelesaikan pendanaan pra-IPO dengan target dana yang dihimpun sebesar US$2 miliar atau sekitar Rp28 triliun dalam beberapa pekan ke depan.

Penundaan itu terjadi setelah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mempertimbangkan pedoman pencatatan baru bagi perusahaan teknologi untuk menawarkan saham kelas ganda yang memberikan hak suara yang berbeda.

GoTo sebelumnya menargetkan untuk terdaftar di Bursa Efek Indonesia Indonesia pada akhir tahun ini, diikuti pencatatan saham di bursa saham AS dengan valuasi potensial sekitar US$40 miliar.

Valuasi perusahaan Gojek setelah merger dengan Tokopedia akan menghasilkan nilai kapitalisasi pasar senilai US$35 miliar sampai dengan US$40 miliar atau kisaran Rp490 triliun – Rp560 triliun dengan kurs Rp 14.000 per US$.

Jika target dana yang dihimpun dalam IPO sebesar 10% saja dari valuasi keduanya, nilainya mencapai Rp49 triliun sampai dengan Rp 56 triliun.

Wait and See

Pengamat Pasar Modal, Parto Kawito, mengatakan, mundurnya IPO GoTo ke tahun depan karena perusahaan tersebut menunggu peraturan OJK dan BEI yang mengakomodir permintaan GoTo dan unicorn lainnya serta menunggu momen bullish pasar modal Indonesia.

“Saya rasa penundaan tersebut masuk akal,” katanya saat dihubungi Asumsi.co, Senin (23/8/2021).

Dihubungi terpisah, analisis pasar modal Fendy Susianto berpendapat bahwa ada kemungkinan GoTo mundur IPO, karena tiga hal. Pertama kondisi pasar yang dipersepsikan bisa membuat kekhwatiran, kedua pengalaman IPO Bukalapak yang sudah menyerap dana Rp21,9 triliun ternyata biasa saja.

“Kinerja saham Bukalapak, tidak seperti yang diekspektasikan naik tajam, hanya naik dan turun. jadi saham teknologi belum tentu bagus sekali. Ketiga mungkin, GoTo sedang menyiapkan skema yang lebih kokoh, seperti menunggu kebijakan OJK Dual Class Share. Mekanismenya bisa multiple voting sehingga bisa melindungi founder teknologi tersebut. Mengapa? karena satu lembar saham memiliki suara lebih dari satu. Mungkin lagi menunggu itu. sehingga kombinasi berbagai macam alasan itu menunda tahun depan,” katanya.

Ia menambahkan, meskipun mundur, GoTo sekarang sedang melakukan penggalangan dana untuk memperkuat capitalnya sehingga valuasinya menjadi menarik, tidak seperti bukalapak yang dijual ke pasar kemahalan.

“Apalagi ini lebih besar dari bukalapak, jadi perlu persiapakan yang lebih matang,” katanya.

Baca Juga: GoTo Jajaki Bursa Saham, Diyakini Menarik Minat Investor Muda

Fendy menambahkan meski GoTo mundur IPO, prospek saham di bidang teknologi masih bagus, tapi dilihat dari beberapa sisi, seperti modal perusahaan tersebut, jaringan dan bagaimana mereka menumbuhkan nilai perusahaannya.

“Sebenarnya prospek saham teknologi bagus dalam konteks ekonomi hanya saja masalahnya, perusahaan teknologi apa yang berpotensi harus kita lihat, apakah dari sisi permodalan, ataukah dari orang-orangnya, jaringan dan digitalisasinya bisa menumbuhkan nilai perusahaan itu yang harus kita lihat. Sekarang orang asal melihat digitaliasi jadi momen itu menjadikan investor merugikan karena memanfaakan euphoria,” katanya.

Pesan untuk Investor Milenial

Fendy berpesan kepada investor milenial jangan lupakan sejarah dan berharap berlebihan karena semua orang akan menilai kinerja perusahaan tersebut.

 “Jadi lihatlah apakah harga sahamnya masih murah atau tidak. jika terjadi kerugiannya bisa besar lho. Artinya lebih aware terhadap resiko terjadi. jadi sisi potensi keuntungan dan kerugian perlu dilihat. Lebih hati-hati, caranya melihat fundamental bagus atau tidak,” katanya.

Senada dengan Fendy, Parto menambahkan investor muda sebaiknya belajar pasar modal dan investasi serta mengajak teman dan kerabat untuk ikut juga berinvestasi dengan memahami resiko nya.

“Menilik IPO BUKA yang mampu memberikan gain, ada potensi cukup besar IPO Goto juga memberikan capital gain sehingga perlu persiapan mengumpulkan dana untuk membeli IPO Goto, tentu saja setelah mempelajari fundamental dan harga IPO- nya,” katanya.

Share: IPO GoTO Dikabarkan Mundur Tahun Depan, Apa Alasannya?