Di era digital seperti saat ini toko yang menjual berbagai kebutuhan kerap dijajalkan dalam bentuk aplikasi online. Marketplace sebagai wadah dalam satu aplikasi online yang memfasilitasi proses jual beli dari berbagai toko pun terus menjamur. Namun hal itu tak berarti membuat usaha semakin mudah, sebab persaingan tentunya semakin rumit.
Seperti yang terjadi pada Qlapa. Marketplace yang khusus menjual produk kerajinan lokal ini tak berumur panjang. Melalui kiriman blog dan Instagram pada Minggu, 3 Maret 2019 kemarin, Qlapa memutuskan pamit dari peredarannya. Mereka mengumumkan pengunduran diri setelah empat tahun berkreasi.
“Melihat ke belakang, kami bersyukur telah melewati perjalanan yang luar biasa ini. Sayangnya bagi kami, perjalanan romantis ini harus berakhir,” demikian pernyataan manajemen Qlapa dalam Epilog-nya.
“Kami tidak dapat membuat Qlapa menjadi bisnis yang menguntungkan dan berkelanjutan.”
Maraknya produk impor dalam dunia e-commerce tak membuat Benny Fajarai, pendiri Qlapa.com untuk ikut membuat usahanya sama dengan yang lain. Ia justru mencari celah yang lain dengan merangkul industri kerajinan tangan lokal yang tampak kekuranggan pembeli. Benny sendiri terinspirasi mendirikan Qlapa.com untuk barang-barang handmade khas lokal setelah berjalan-jalan di Bali.
Di sana ia melihat bagaimana antusiasme pembeli asing terhadap kerajinan tangan Indonesia. Sayangnya, masyarakat lokal justru jarang yang membeli produk handmade lokal dikarenakan akses yang sulit. Pria kelahiran Pontianak 27 April 1990 ini melihat potensi besar di mana belum adanya tempat yang memungkinkan pembeli bisa menemukan barang buatan tangan pengrajin lokal dari seluruh Indonesia, tanpa harus keluar kota.
Demi mempertahankan ciri khasnya, produk yang ditampilkan di platform Qlapa dikurasi dengan teliti. Ada tim yang memastikan setiap produk 100% handmade, berkualitas, menyertakan informasi yang jelas, dan konsisten memenuhi permintaan konsumen.
Benny pun kemudian berkolaborasi dengan temannya, Fransiskus Xaverius, seorang jebolan Silicon Valley untuk membuat Qlapa.com. Demi fokus membangun perusahaannya yang masih kecil, Benny rela meninggalkan Kreavi.com dan menyerahkan kepemimpinan kepada seorang temannya. Begitu juga dengan Fransiskus yang meninggalkan Silicon Valley.
Pada April 2015 mereka berdua fokus untuk mengembangkan Qlapa.com. Hingga akhirnya marketplace itu diluncurkan pada November 2015. Mereka bahkan berhasil mendapatkan investasi dari Global Founders Capital, Ideasource, dan angel investor Budi Setiadharma, Presiden Komisaris PT Astra International.
Sebelum memutuskan untuk gulung tikar, Qlapa sebenarnya pernah mendapat respons positif dari berbagai pihak. Aplikasi mobile Qlapa dianugerahi sebagai “Hidden Gem” oleh Google Play. Qlapa juga pernah dianugerahi sebagai salah satu start up dengan pertumbuhan paling menjanjikan oleh majalah Forbes Asia.
Dalam Katadata Forum di Djakarta Theater, pada Mei 2018 lalu, CEO dan Co-founder Qlapa Benny Fajarai menyatakan bahwa tagline Qlapa adalah, “Beli produk handmade dan kerajinan unik dari pembuatnya di Indonesia.” Saat itu, menurutnya ada lebih dari 4 ribu perajin yang bergabung dengan platform-nya.
“Jumlah itu terus tumbuh. Produk yang terjual pun sudah mencapai 100 ribu (jenis),” ujar Benny.
Lagi-lagi Qlapa mendapatkan duntikan dari, salah satunya dari founder Kapan Lagi Network (KLN). Qlapa juga pernah menerima pendanaan seri A yang dipimpin oleh Aavishkaar Frontier Funds (AFF) pada 23 Maret 2017 silam. Meskipun tidak ada angka yang diinformasikan untuk pendanaan kali ini, Benny Fajarai mengaku bahwa pemberian itu akan digunakan untuk meningkatkan layanan dan juga menambah talenta-talenta yang ada.
“Kami sangat senang dengan progres ini dan dengan pendanaan putaran ini kami akan dapat dengan cepat memperluas sisi supply dan demand marketplace kami,” ujar Benny.
Semasa perjalanannya, Qlapa telah mempunyai lebih dari 4000 pengrajin yang dikurasi dalam platform-nya. Mereka juga menyebutkan telah berhasil menjual lebih dari 65000 barang-barang kerajinan. Kini, para pembeli itu tentunya akan merasa kehilangan dan juga kesulitan untuk mencari barang-barang unik seperti yang biasanya tersedia di Qlapa.